Bagian 12 : Ayah Kuat

172 50 7
                                    

Selamat Membaca༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca
༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Sudah hampir 5 minggu setelah kejadian malam itu, dan semua terlihat aman-aman saja. Bahkan Alvaro sama sekali tidak terlihat lagi menongkrong di tempat ini. Kinandara juga merasa dijaga dengan baik oleh sang sahabat, Dirgantara.

Upaya untuk memperketat area kafe pun sudah diatur oleh lelaki itu. Memasang cctv di setiap sudut kafe, memulangkan karyawan lebih cepat dari biasanya, serta selalu berusaha mengantar pulang Kinandara sampai ke rumah dengan selamat. Walaupun tidak setiap hari, sebab banyak tugas kuliah yang harus Dirga selesaikan agar tidak menumpuk nantinya.

"Ra, kenapa bengong aja? Sakit?" tanya Dirga sambil meletakan tangannya di dahi perempuan yang tengah terduduk lemas.

Kinandara menggeleng pelan, padahal jika dilihat wajah putih itu memang terlihat sedikit pucat. Perempuan yang memiliki sifat ceria kini jauh lebih pendiam seperti ada sesuatu yang mengganggu pemikirannya.

"Badan lo anget, mau pulang aja? Gue khawatir takut lo kenapa-kenapa? Atau diam di sini dan gue keluar sebentar buat cari obat, iya?"

Sikap Dirgantara yang perhatian seperti sekarang membuat Kinandara semakin yakin bahwa ia menaruh rasa pada sahabatnya itu. Tapi ia tahu kalau hal ini bisa saja merusak hubungan yang baru kembali membaik bagi keduanya.

"Enggak usah, Ga. Gue baik-baik aja," balasnya sambil tersenyum lirih kearah Dirga.

Drrtt... Drrt...

Ponsel yang berada di saku bergetar tanda seseorang menelpon dirinya. Kinandara segera melihat layar dan menemukan nama Kak Shania disana. Tanpa pikir panjang, ia langsung segera mengangkatnya. Suara parau terdengar dari balik telpon, membuatnya menggeser badan ke arah lain.

"Dek, Ayah masuk rumah sakit."

Dan benar saja penyebab perasaan tidak enaknya itu adalah keadaan sang Ayah yang kembali masuk rumah sakit untuk kesekian kalinya. Sejujurnya ini bukan yang pertama Kinandara mendengar berita buruk mengenai penyakit Ayah, tapi rasanya mengapa hari ini begitu sesak. Seperti ada sesuatu yang akan memberinya luka entah kapan datangnya.

"Bukannya kemarin Ayah abis cuci darah Kak diantar Ibu?" Ia mencoba setenang mungkin padahal perasaannya nyaris saja mati.

"Ayah drop, kakak lagi urus biaya administrasi dulu. Kamu bisa kesini temani Ibu?"

"Aku kesana sekarang, Kak."

"Jangan panik ya, kamu doain Ayah semoga masih diberikan kekuatan untuk bertahan."

"Iya, Kak." Kinandara segera menutup ponselnya bersamaan air mata yang turun membasahi pipi.

Ia benar-benar lemas saat ini, bahkan mau melangkahkan kakinya saja Kinandara tak sanggup. Dirga yang melihatnya langsung menangkap badan sahabatnya agar tak jatuh.

Kinandara | Kim Dahyun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang