Seorang pemuda hanya tersenyum melihat dan mendengar celotehan Kim Junkyu, wajahnya terlihat ceria ketika menatap Kim Junkyu.
Angin malam menyapu wajah keduanya, keduanya tersenyum menatap langit malam.
"Sepertinya kau sangat senang tinggal dengan mereka?" Tanya Haruto dengan jemarinya merapikan poni Kim Junkyu dan membuat rona merah di pipi Kim Junkyu. Kim Junkyu mengangguk.
"Mereka sangat baik, bahkan mereka seperti keluargaku."
"Kau membuatku cemburu." Kim Junkyu terkekeh dan memeluk lututnya.
"Ah ya, tadi orangtuamu menelpon. Mereka menyuruhku berlibur ke sana, aku rasa mereka merindukanmu." Haruto tersenyum, ia mendekati wajah Kim Junkyu dan mengecup sekilas bibir Kim Junkyu.
"Kau terlalu berpikir jauh, mereka hanya ingin kau bermain kesana. Lagi pula bukannya bagus?"
"Aku akan kesana jika ada waktu, mengunjungi kedua orangtuamu."
"Lalu aku?" Tanya Haruto. Mereka terdiam sesaat dan tersenyum kemudian.
"Bagaimana aku mengunjungimu jika kau saja yang membuat aku hidup?" Mereka pun terkekeh.
"Aishiteru Kim Junkyu."
"Na do saranghae Haruto."
Suasana malam semakin dingin, malam pun semakin larut, Kim Junkyu masih setia untuk duduk di balkon tersebut. Tak lama suara Xiao Zhan pun terdengar memanggil.
"Junkyu-ah, apa itu kau? Kau belum tidur?" Kim Junkyu dan Haruto menatap Xiao Zhan yang melangkah datang, Kim Junkyu sendiri segera beranjak dari duduknya.
"Apa ada yang hyung butuhkan?" Xiao Zhan menggelengkan kepalanya.
"Sedang menelepon? Aku mendengar kau berbicara sejak tadi." Haruto melirik Kim Junkyu, sementara Kim Junkyu pun tersenyum.
"Ya, aku baru saja menelepon Haruto, tetapi sudah selesai dan aku akan segera tidur. Apa hyung memerlukan sesuatu sebelum kita kembali ke kamar?" Tanyanya.
"Tidak. Aku hanya memastikan itu suaramu. Sebaiknya kau tidur, bukannya kau ada kuliah pagi besok?"
"Ah iya, aku hampir melupakannya, kalau begitu ayo kita kembali." Kim Junkyu meraih tangan Xiao Zhan dan menuntunnya kembali ke kamar, sementara tangan Kim Junkyu lainnya ia lambaikan ke arah Haruto. Haruto tersenyum dan membalas lambaian tangan tersebut.
Setelah kepergian Kim Junkyu, Haruto pun menghilang tersapu angin malam.
Kim Junkyu hanya menatap guci abu kremasi bertuliskan nama Watanabe Haruto disana, matanya sudah memanas, rasanya ingin sekali ingin mengulang waktu, ingin sekali ia memutar segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is This Love?
Fiksi PenggemarEntah apakah membenci itu adalah cinta? Merindukan itu adalah cinta? bahkan merasa sakit adalah cinta? Satu kata yang tidak mungkin dimengerti apa maknanya.