4. Selamat Tinggal

835 150 27
                                    

Jung Yunho terus menambah pekerjaan Kim Jaejoong, bahkan ia mempersulit Kim Jaejoong. Sebenarnya apa yang Jung Yunho inginkan? Bukannya ini hari terakhir Kim Jaejoong berada di Jung Corp, tetapi mengapa semakin sulit? Tak hanya mengurus berkas-berkas, Jung Yunho bahkan menyuruh Kim Jaejoong membuatkan kopi yang seharusnya itu tugas seorang OB. Bukan tak ingin menolak, hanya saja percuma ia melakukan hal itu.

"Jung Yunho brengsek!" Maki Kim Jaejoong, karena harus naik dan turun tangga terlalu sering dan mengangkat beberapa barang membuat ginjal Kim Jaejoong kembali sakit. Ia pun meremas perut bagian kanannya. Kim Jaejoong pun segera mengambil kursi untuk duduk, ia tak mempedulikan jika Jung Yunho akan marah karena ia terlalu lama membuatkan kopi untuknya.

"Akhh." Kim Jaejoong semakin meringis dan menekan kuat perutnya, setetes darah sudah keluar dari hidungnya. Ia segera mencari tisu untuk menghapus darahnya, tetapi semakin ia bergerak, rasa sakit itu semakin menjadi. Pada akhirnya ia kembali duduk dan mengabaikan hidungnya yang berdarah. Bibir Kim Jaejoong sudah memucat, bahkan ia terasa sangat lelah.

"Bukankah aku menyuruhmu untuk membuatkan kopi untukku, mengapa kau bermalas-malasan?!" Kim Jaejoong memejamkan matanya mendengar ucapan Jung Yunho yang tiba-tiba datang, bahkan posisinya membelakangi Jung Yunho, ia berharap Jung Yunho tak mendekat.

"Pe-perutku sedang sakit. Ak-aku aku menyelesaikannya sebentar lagi." Ujarnya.

"Tidak perlu, karena aku sudah tak berselera." Ujar Jung Yunho. Kim Jaejoong tak menjawab. Jung Yunho melangkah mendekati Kim Jaejoong.

"Jangan mendekat!" Ujar Kim Jaejoong yang mendengar langkah Jung Yunho. Langkah Jung Yunho terhenti, tetapi jujur ia muak.

"Siapa dirimu, menyuruhku seenaknya? Tidak tahu malu." Lagi-lagi Kim Jaejoong hanya diam, bahkan perlahan kesadarannya hampir hilang.

"Cepatlah berdiri, setelah ini aku punya pekerjaan lagi untukmu." Tak ada jawaban dari Kim Jaejoong, hal itu benar-benar membuat Jung Yunho muak, ia pun segera mendekati Kim Jaejoong dan menarik tangan Kim Jaejoong. Saat itu Jung Yunho dengan jelas melihat wajah pucat Kim Jaejoong, bahkan ia melihat darah yang mengalir dari hidung Kim Jaejoong. Dengan sisa tenaga, Kim Jaejoong menepis tangan Jung Yunho.

"Jangan... menyentuhku." Ucapnya dengan sangat lemah. Tetapi, tak lama kesadaran Kim Jaejoong benar-benar hilang. Jung Yunho sendiri sudah menahan tubuh Kim Jaejoong.

"J-Jae! Jangan bercanda!" Ujarnya, bahkan terdengar nada panik, tetapi Kim Jaejoong tak membuka matanya. Nafasnya pun sangat lemah. Jung Yunho segera mengangkat tubuh Kim Jaejoong, ia segera membawanya ke klinik perusahaan tersebut. Jantungnya benar-benar berdegup sangat cepat.

...

"Tingkat kesadaran Wang Yibo semakin menurun, kami sudah tidak bisa melakukan apapun, kami sudah melakukan rujukan untuk memindahkan Wang Yibo ke Rumah Sakit lain." Nyonya Wang hanya terdiam. Setelahnya ia beranjak pergi meninggalkan ruangan tersebut. Wang Yibo masih berada di ruang ICU, bahkan saat Nyonya Wang sendiri masih belum dapat melihat kondisi anaknya secara langsung.

Nyonya Wang menghela nafasnya.

"Ma."

"Mn?"

"Apa yang Mama lakukan dulu saat mencintai Papa?" Pertanyaan tersebut membuat Nyonya Wang terkekeh dan menyentil hidung Wang Yibo.

"Apa kau sedang jatuh cinta?" Wang Yibo tersenyum.

"Siapa dia?" Tanya Nyonya Wang.

"Dia salah satu teman sekelas Yixing ge."

"Ahh jadi seperti itu, maka dari itu kau memilih bersekolah ditempat yang sama dengan Yixing? Bahkan kau sengaja mengambil kelas Akselerasi sebelumnya." Wang Yibo terkekeh.

Is This Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang