part 1

1.2K 96 20
                                    

Bismillah

"Ibuku Ternyata Hantu"

by: Dewi Jambi

"Kak, Ibu pergi belanja dulu, tolong kakak jaga adik-adik, ya, kak," perintah Ibu sebelum menstater motor maticnya. Ibu menatapku dengan lembut, senyumnya tersungging manis untukku.

Sebuah lambaian diberikan Ibu sebelum ia benar-benar hilang ditelan kegelapan malam.

Dia Ibuku. Wanita paruh baya yang berperawakan tinggi, tidak terlalu gendut dengan kulit putih membalut tubuh. Wajahnya masih terlihat cantik dan menarik di usianya yang menginjak 45 tahun.

Ibu seorang yang ulet dan pekerja keras. Tegas, tetapi sangat mencintai semua anaknya dan suami.

Di pertengahan malam seperti ini, ketika waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari, Ibu selalu ke pasar untuk membeli sayur, lauk dan barang-barang untuk warungnya esok pagi.

Namun ada yang aneh dari diri Ibu hari ini. Ibu nampak murung tidak seperti biasanya. Sifatnya yang ceria seolah sirna. Entah kenapa wajah Ibu tampak lebih bersinar.

*

Aku Widya. Anak tertua dari 4 bersaudara. Ibuku seorang Ibu rumah tangga biasa yang membuka warung di depan rumah untuk membantu perekonomian keluarga.

Ayahku seorang salesman yang kadang bertugas ke luar daerah. Usiaku saat ini 17 tahun. Di usiaku yang remaja ini, di saat teman-temanku yang lain bisa bebas bermain, tetapi tidak dengan diriku. Hari-hariku hanya mengurus Adik-adik dan membantu pekerjaan Ibu di rumah.

Tapi aku tak pernah mengeluh. Ada rasa bahagia ketika bisa meringankan tugas Ibu. Ibu tidak pernah marah. Ia selalu tersenyum walaupun dalam keadaan lelah. Itu sebabnya Aku dan ketiga Adik-adikku selalu kompak untuk bekerja sama agar ibu tak kelelahan.

Kami tak ingin Ibu sakit, sedangkan ia harus mengurus kami selagi ayah mencari nafkah di daerah lain.

Kututup segera pintu begitu Ibu sudah tak terlihat. Dalam hati berdoa semoga Ibu selamat dimanapun ia berada. Walau dihati terselip rasa khawatir yang amat sangat. Namun segera kutepis pikiran itu. Ibu pasti baik-baik saja.

**

Di tengah kegelapan malam, seorang Ibu dengan gagah berani memacu motornya membelah kegelapan malam. Ia tak perduli dingin malam menyelimuti perjalanannya.

Pandangan matanya fokus ke jalan yang dilaluinya.

Ia hanya ingin cepat sampai di pasar. Berbelanja dan segera pulang. Ia takut meninggalkan anaknya berlama-lama. Ia takut terjadi hal buruk kepada 4 orang anaknya.

Di tengah konsentrasinya mengendarai motor maticnya, tiba-tiba ia di dikagetkan dengan seberkas sinar yang tampak dari kaca spion motornya.

Sinar itu melesat mengikuti laju motornya. Hati si Ibu yang bernama Marni itu mulai tak enak.

Sinar itu kian mendekat dan mulai terlihat jelas, yang ternyata sinar dari lampu motor. Motor itu di tunggangi 2 orang lelaki paruh baya.

Dua lelaki itu tertawa menggoda Marni ketika motor mereka berpapasan. Tampak dengan jelas 2 lelaki itu mempunyai maksud buruk terhadap Marni.

Marni ketakutan menyadari adanya bahaya yang sedang mengintainya. Ia kemudian mempercepat laju kendaraannya untuk menghindari 2 lelaki yang mengincarnya itu.

Kebut-kebutan di jalanan tak terelakkan. Jalanan berlubang pun dilaluinya. Motor Marni menghentak hebat begitu memasuki lubang besar yang cukup dalam.

Brukkkkkkkkk!

Marni jatuh dan terpental di aspal. Kepala dan lengannya robek mengeluarkan banyak darah segar. Ia mengaduh kesakitan. Berusaha sekuat tenaga bangkit, tetapi tubuhnya sulit digerakkan.

Dua lelaki itu menghentikan motornya dan perlahan mendekati Marni yang terkapar tak berdaya.

Dua lelaki itu terkekeh kegirangan. Bukannya menolong, mereka malah menginjak keras betis Marni hingga Marni berteriak kesakitan.

"Hahahaha ... siapa suruh menghindar! dasar wanita bodoh! sok jual mahal!" hardik lelaki bertubuh gendut, pendek dan hitam seraya terkekeh menjijikkan.

Dalam keterangan malam masih terlihat jelas wajah lelaki bejat itu. Wajahnya jelek berhidung besar dan pesek dengan jerawat memenuhi muka.

"Mau apa kalian! jangan ganggu aku!" ucapnya ketus. Tangannya menggenggam kaki dan lengannya yang kesakitan.

Mereka kompak terkekeh. Dan, detik berikutnya mereka seret Marni masuk ke dalam semak di tepi jalan. Tubuh Marni yang penuh luka dan bersimbah darah tak menyurutkan niat jahat mereka.

Walaupun Marni meronta dan mengiba, tetapi mereka tetap menyeret Marni masuk lebih dalam ke semak belukar.

Karno menangis meminta belas kasihan, tetapi mereka sudah di kuasai hawa nafsu yang sudah tinggi. Marni berusaha meminta tolong berulang kali. Namun nihil. Tak ada satu orang pun yang datang untuk menolongnya.

Suasana hening dan sepi. Hanya terdengar deru napas penuh nafsu dari kedua lelaki bejat yang bersahut-sahutan.

Baju Marni dibuka paksa. Terkoyak seperti harga dirinya yang direnggut. Wanita itu berontak sekuat tenaga, tetapi dengan mudah terkalahkan.

Kedua lelaki itu dengan bebas menjamah dan menghancurkan mahkota kesucian yang Ia jaga hanya untuk suami tercinta. Mereka bergantian menjamah dan menikmati tubuh Marni sesuka hati dengan ganas dan beringas. Peluh berjatuhan di tubuh Marni yang sudah tak memakai selembar benang pun.

Marni hanya mampu menangis menyesali diri. Mahkota kebanggaanya hancur lebur. Perih dan sakit hingga mengeluarkan darah kental membasahi selangkangannya.

Ia pasrah. Tubuhnya lemah tak berdaya. Dalam hati dan pikirannya hanya ada anak-anak dan suaminya. Ia ingin pulang kerumah. Memeluk erat buah hati tercintanya.

Setelah puas menikmati tubuh wanita malang itu, kedua lelaki mulai berbisik. Mereka kembali menyeret tubuh Marni yang sudah lemah masuk ke dalam semak.

Tubuh Marni di lempar begitu saja ke tanah. Terhempas dan terhentak di antara rerumputan ilalang dan ranting-ranting tajam. Marni mengaduh kesakitan. Tubuh polosnya terluka.

Dari balik baju, seorang lelaki kurus dan hitam mengeluarkan sebilah pisau tajam. Benda itu bercahaya di tetap sinar bulan.

Marni terkesiap melihat benda tajam yang siap menghujam tubuhnya. Sebelum benda itu menancap tubuhnya, lagi-lagi Marni memohon belas kasihan.

"Tolong ... jangan bunuh aku! Anak-anakku banyak, mereka masih butuh Aku!" Marni mengiba disertai airmatanya yang jatuh berderai membasahi wajahnya yang kotor penuh tanah.

Kedua lelaki itu saling berpandangan. Dan tanpa aba-aba lelaki kurus itu menghujam pisau itu berkali-kali ke tubuh Marni. Hanya sekali terpekik dan dalam hitungan detik tubuh Marni tak bergerak. Tubuh Marni mengeluarkan banyak darah dari luka tusukan di sekujur tubuhnya.

Setelah mereka yakin Marni sudah tidak bernyawa, tubuh wanita malang itu mereka biarkan tergeletak di dalam semak. Mereka lalu pergi sembari terkekeh senang. Sunyinya malam menjadi saksi kesadisan 2 lelaki yang dengan tega menggagahi dan menyiksa Marni, Ibu beranak 4 yang harus terpaksa pergi untuk selamanya, meninggalkan ke 4 anak yang sangat dicintainya.

Bersambung....

Ibuku ternyata hantu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang