Bismillah
"Ibuku Ternyata Hantu"
#part4
# by: Ratna Dewi Lestari.
"Sim, apaan itu Sim?" tanya Tejo dengan menunjuk lembaran baju yang terkoyak di antara rerumputan.
"Itu kayaknya baju perempuan, yok kita tengok!" ajak Kosim. Teman-temannya yang lain mengangguk serentak.
Perlahan tapi pasti, Bapak-bapak itu melangkah menuju baju yang letaknya tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Srek-srek-srek!
Kaki-kaki mereka menginjak ranting dan rerumputan sekitar. Golok mereka arahkan kesana-kesini untuk menerbas rumput ilalang yang menutupi penglihatan.
Kosim mengangkat baju itu dengan sebuah ranting. Matanya memperhatikan dengan seksama.
"Jo, ada darah nya, Jo!" pekiknya.
"Waduh, yang punya kemana?" sahut Tejo.
"Tejo, Kosim, ada celana juga di sini!" sahut Diman seraya melambai-lambai.
"Eh, iya, tapi pada nyium bau bangke ga sih kalian?" ucap Kosim dengan menutup hidung.
"Hooh, baunya nyengat banget ini!" mereka serentak menjawab. Mata mereka mencari-cari ke sekitar.
Golok Kosim melayang kesana-kesini. Membuka jalan yang tertutup ilalang tinggi. Matanya tiba-tiba membesar. Tak sengaja kakinya tersandung sesuatu.
Brukkkk!
"Ahhh ... kawan-kawan, tolong aku!" teriaknya kuat. Matanya membulat sempurna melihat apa yang disandungnya. Serta merta ia menutup hidung karena bau menyengat yang menusuk indra penciumannya.
Bapak-bapak saling berpandangan. Mereka lalu berhamburan menyusul Kosim.
"Astagfirullah!" ucap mereka berbarengan.
Nampaklah di mata mereka, sesosok perempuan yang tidak memakai selembar benang pun dalam keadaan terbujur kaku. Badan sudah membiru dan di kerubuti belatung. Tubuhnya sudah tidak utuh, sebagian telah mengelupas dan hampir terlihat tulang.
Masih terlihat jelas bekas darah yang mengering di sekitar jasadnya. Dan tusukan benda tajam di tubuh perempuan malang itu.
Bapak-bapak lari tunggang langgang. Alat pancing dan golok melayang, terlempar entah kemana. Mereka berteriak minta tolong dan mencari bantuan.
"Tolong... ada korban pembunuhan!" teriak mereka serentak.
*
Di sudut desa, tepatnya di warung remang-remang, berkumpullah sekelompok Bapak-bapak paruh baya yang sedang bercengkrama.
Mereka tertawa sambil bermain gaplek dan kartu. Minuman tuak dan bir tak luput dari cengkeraman mereka. Wanita-wanita muda dengan pakaian sexy ikut menemani.
Tawa mereka bersahut-sahutan di tengah keremangan malam. Seolah hidup mereka pasti lama.
Begitupun dengan Warjo dan Maman. Dua lelaki laknat yang baru saja menyiksa dan membunuh Marni. Wanita malang yang jadi pemuas nafsu dengan keterpaksaan.
"War, lu takut ga kalau Ibu tadi jadi Hantu!" bisik Maman. Dalam hatinya Maman mulai takut.
"Halah, lu mah penakut Man. Kalau udah jadi mayat ya ga usah takut la. Mana ada hantu!" jawab Warjo jumawa. Warjo yang bertubuh gempal dan pendek itu tertawa mengejek Maman.
"Balik yok War, gua capek banget ini!" ajak Maman.
"Sama la gua jugak," sahut Warjo dan melangkah pergi mengikuti Maman dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibuku ternyata hantu
Детектив / ТриллерMarni datang menuntut balas kepada dua pembunuhnya. Semua itu berimbas pada anak-anak marni. bagaimana kisah mereka?