part 5

606 59 1
                                    

Bismillah 

     "Ibuku Ternyata Hantu"

#part_5

#by:Ratna Dewi Lestari 

   

    "Nina! Nina!" panggil Ayah berulang kali. Aku pun terus berlari bersama Ayah mengikuti Nina yang terus berjalan cepat. Ia seperti tak mendengar teriakan kami.

   Nina terus berjalan menelusuri kebun. Dalam keremangan malam tak sadar samar-samar kulihat asap mengelilingi Nina. Jantung berdegub kencang. Nina, ada yang tidak beres dengan Nina.

    Ayah semakin kencang berlari walaupun terkadang terdengar bunyi napasnya yang ngos-ngosan. 

    Nina kini berada di ujung kebun dan masuk kedalam semak belukar. Ranting pohon, tanaman berduri serta ilalang menusuk kaki ku yang polos. 

    "Akh, sakit," terkadang aku berteriak kesakitan. Tapi, terus mengejar Nina.

    "Nina!" Ayah berhasil meraih tangan Nina dan memeluk Nina erat.

    "Nina! kamu mau kemana!" kulihat peluh Ayah membasahi keningnya. Badannya basah, begitu juga aku.

   "Nina mau ikut Ibu, Yah!" ucap Nina. 

  "Ibu? dimana Ibu?" tanya Ayah. Ia mengedarkan matanya kesekeliling. Tak ada siapa pun selain aku, Ayah dan Nina.

    "Tadi Ibu bersama Nina, Yah!" Nina berusaha meyakinkan Ayah. 

    Ayah menggeleng. Ia kemudian mengajakku dan Nina pulang. Angin semilir mengibas rambutku, membuat bulu kuduk seketika merinding. Ku percepat langkah kaki agar sampai di rumah dengan segera.

    "Ibu? Ibu ada di rumah?" ucap Ayah begitu melihat Ibu yang sedang berdiri di meja dapur.

    Klinting-klinting!

   Ibu menatap Ayah. "Ibu dari tadi di rumah, Yah! ini Ibu buatin kopi!" ucap Ibu sembari tersenyum menyerahkan segelas kopi susu untuk Ayah. Aromanya yang harum menyerbak ke seluruh ruangan.

   Ku tatap wajah Ibu yang tampak sangat pucat. Tersirat beban di wajahnya yang memasuki usia renta. Aku takut Ibu mengalami hal yang berat. Mengingat sikap Ibu yang berubah. Dan kejadian demi kejadian aneh di keluarga apakah ada hubungan nya dengan Ibu? 

**

   Hosh-hosh-hosh!

    Warjo berlari secepat yang ia bisa. Mengikuti jalan setapak yang di samping kanan dan kiri tumbuh pohon tinggi dan semak yang mengelilingi. Ia terus berlari tapi suara tawa wanita itu masih terdengar sangat jelas telinganya. Dengan napas yang terengah, Warjo tetap berlari. Gelap malam tanpa sinar bulan membuat mata Warjo menjadi berkunang. Lelah tak tertahankan. Peluh mengucur membasahi badan.

    Dalam ketenangan malam, samar-samar mata Warjo melihat sebuah sinar. Sinar itu semakin lama semakin terang. Mata Warjo seketika berbinar. Ia menemukan sebuah harapan. 

     "Huh, syukurlah," Warjo menghentikan langkahnya. Berusaha kembali mengatur napasnya yang tersengal.

     Ia memperhatikan ke sekitar. Tubuhnya tiba-tiba kaku. Ia menatap nanar sosok yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. 

     "Maman!" teriaknya. Ia heran kenapa ia bisa kembali ke tempat itu. Berada di komplek Area pemakaman. Berarti sedari tadi ia hanya berputar-putar di tempat yang sama.

    "Khihihiiiiiiii, kau kembali lagi, Warjo!" Warjo menatap ngeri asal suara yang terkikik ngeri menatapnya dengan sengit. Ia duduk di dahan pohon kamboja tak jauh dari tempatnya berdiri. Wanita itu mengayunkan kakinya mengibas gaunnya yang terjuntai .

Ibuku ternyata hantu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang