part 7

578 62 0
                                    

Bismillah

"Ibuku Ternyata Hantu"

# part_7

#by:Ratna Dewi Lestari.

"Man ... Maman!" pekik Warjo ketika melihat Maman melintas di depan rumahnya.

Ckitttttt!

Maman berhenti dan menoleh ke arah Warjo. Motor ia belokkan dan berhenti di rumah Warjo. Rumah sederhana berwarna hijau dengan banyak tanaman bunga disekitarnya. Adem dan asri hasil tangan istri Warjo yang rajin berkebun.

Warjo menatap Maman dengan takut. Matanya membulat sempurna dengan bibir gemetar. Gemeretuk gigi yang beradu menandakan rasa takut yang teramat sangat.

Maman mendekat. Ia sangat paham apa yang ingin Warjo sampaikan. Maman menghela napas panjang melihat kegalauan sahabatnya itu.

"Man--Maman, apa yang harus kita lakukan, Man?" ucap Warjo pelan.

"Hmmm, duduk dulu kita, War!" ajak Maman menunjuk kursi di teras Warjo. Kursi kayu berukir dengan bantal yang cukup tebal di atasnya.

Mereka menuju kursi dan duduk berhadapan. Maman menatap serius ke arah Warjo yang tampak sangat gusar.

"War, aku ragu kalau kita harus menyerahkan diri ke polisi. Aku yakin hukuman berat akan kita terima!"ucap Maman dengan suara bergetar.

"Ta--tapi, Man, wanita itu selalu menerorku! ia sangat menakutkan, Man!" Warjo mengepal tangannya yang mulai berkeringat dingin.

"Ya, akupun sama! tapi, aku lebih takut mendekam dalam penjara! terkungkung di dalam dan tak bisa kemana-mana!" Maman memalingkan wajahnya ke arah jalan. Ia merasa dadanya sesak.

"Man, ayolah, Man! kalau terus begini aku bisa gi**!" Warjo meremas kepalanya. Ia benar-benar frustasi.

"Kalau begitu, kau saja sendiri! tapi, aku ingatkan! jangan kau bawa-bawa aku! atau ...," Maman tak meneruskan ucapannya. Matanya menyorot tajam ke arah Warjo.

"Atau apa, Man?" Warjo balik bertanya.

"Atau giliran istrimu yang bernasib sama seperti wanita itu!" jawab Maman dengan wajah bringas. Nyali Warjo ciut. Ia tahu jika sahabatnya itu tak pernah main-main dalam berucap. Rekannya dalam bisnis perbegalan itu memang terkenal sadis dalam bertindak. Sudah belasan nyawa melayang di tangannya. Dan ia selalu bisa terbebas dari hukuman karena kepintarannya. Licin bak belut.

Warjo menghela napas panjang. Dadanya terasa sesak.

"Kau mengancamku, Man!" bisiknya lirih.

"Terpaksa! jika kau masih nekat, War! aku tak main-main dengan ucapanku! ingat itu!" Maman mendengus kesal. Ia pun beranjak dari tempat duduknya dan berlalu meninggalkan Warjo yang diam mematung. Bingung.

*

Malam ini suasana cukup mencekam. Langit gelap tanpa sinar bulan dan bintang. Angin berhembus cukup kencang menggoyang pepohonan dan menggugurkan dedaunan kering. Hujan mulai turun rintik-rintik, dingin menyelusup menusuk hingga ke tulang.

Warjo meringkuk sendirian di dalam kamar. Istrinya memilih pergi dari rumahnya. Warjo sangat ketakutan. Was-was merasuki pikirannya. Rasa bersalah dan takut menjadi satu.

Kretttt -kretttt-krettttt!

Suara ranting pohon yang beradu terdengar seperti suara cakaran di luar sana. Warjo merapatkan kakinya. Walaupun suasana dalam kamar terang benderang, tetapi terasa sangat mencekam bagi Warjo .

Ibuku ternyata hantu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang