FIRST NIGHT
╰┈➤ BY ERI🚫 Don't Share/ re-post 🚫
WARN! 🔞
JIKA JIJIK HARAP SKIP
.
.
.Bulu mata lentik milik seorang pemuda bergerak turun saat sebuah tangan mengelus lembut kepalanya. Wajahnya yang pucat kini tampak lebih hidup. Jika diamati, ada rona merah yang menghiasi wajahnya.
Rasa kantuk menghantam dirinya hingga tanpa sadar membuatnya terlelap. Dengkuran halus membuat elusan itu terhenti, berganti dengan pelukan posesif.
Bunyi dari pintu yang terbuka sedikit mengusik kegiatan pria itu. Namun tak membuatnya menghentikan pelukan posesif miliknya.
"Ada perlu apa Daeve?" tanyanya pada pemuda yang kini diam sambil mengamati keduanya. Daeve tak kunjung menjawab membuat pria itu kembali menegurnya.
"Ah, waktunya makan siang, Ray." ucapnya. Iris ruby itu kini mengalihkan pandangannya.
"Hm...aku akan kesana." balas Raymond kemudian bangkit seraya menggendong Leewin. Sedangkan Daeve sudah menghilang dengan tangan yang tekepal kuat.
Perlahan dia menidurkan pemuda itu ke atas ranjang miliknya lalu menyelimutinya. Ia tak perlu membangunkan Leewin karena pemuda itu sudah makan tadi.
Raymond langsung melesat menuju ruang makan karena tak ingin para selir menunggunya lebih lama.
Makan malam berlangsung dengan khidmat walaupun sesekali mendengar ocehan milik Carlos dan kadang Levi juga ikut berkomentar.
Raymond melirik jam saku miliknya. Ia tak sadar sudah selarut ini. Ia menatap jengah pada tumpukan berkas yang berdatangan tadi pagi kemudian memilih menunda pekerjaannya. Malam ini dia akan tidur dikamar Daeve karena dikamarnya ada Leewin yang tidur disana. Jika harus tidur bersama maka dia akan mulai dengan selir pertamanya, walaupun dia sudah pernah tidur bersama karena insiden tidur berjalan selirnya itu. Ingat hanya tidur
Tanpa mengetuk dia langsung menerobos ke kamar Daeve setelah mengusir pengawal yang ia tugaskan untuk menjaga Daeve. Ini kali kedua dia menginjakkan kakinya ke sana. Kamar yang didominasi dengan warna merah dan juga emas. Jelas itu warna kesukaan dari sang pemilik. Bahkan dapat dilihat dari semua pakaian dan perhiasan yang digunakan oleh Daeve.
Daeve sendiri merupakan selir pertamanya yang berasal dari kerajaan timur tepatnya mesir. Dia berasal dari suku hamit. Suku mesir kuno dalam artian merekalah yang mendirikan mesir dan merupakan kaum bangsawan. Dengan ciri kulit putih, berambut ikal serta hidung yang mancung.
Aroma yang menenangkan langsung menyambut indra penciuman miliknya. Mata elangnya dapat melihat sosok pemuda yang tengah berdiri dibalkon dengan segelas wine ditangannya. Jubah tidur berwarna merah miliknya dengan bordiran emas disisi jubah bergerak mengikuti angin. Begitu pula rambut merah ikal sepinggang miliknya yang kini terurai cantik. Tampaknya tak menyadari kehadiran dari Raymond.
Paha putih yang tak tertutup kain apapun karena jubah tidur pendek yang ia kenakan tak mampu untuk menyembunykan keindahan itu dari netra hijau milik Raymond. Apalagi dua bongkahan yang menonjol dibalik jubah tidur tipis.
Tanpa suara dia mendekati Daeve yang tampak asik memandangi bulan. Tangan kekar miliknya ia lingkarkan pada pinggul langsing milik Daeve. Dapat ia rasakan respot terkejut dari pemuda itu. Tapi kembali rileks saat tau siapa yang tengah memeluknya.
"Kenapa diluar? Dingin." bisiknya.
Daeve yang merasakan hembusan napas milik Raymond dilehernya sontak merinding. Lehernya adalah bagian tersensitif dari seluruh bagian tubuhnya. Raymond yang menyadari itu menyeringai kecil dan menjilat leher milik Daeve.
"Akh!"
Nyaris saja Daeve melepaskan gelas yang berada ditangannya. Untungnya Raymond langsung mengambil gelas itu dan meletakkannya dimeja.
Raymond kembali fokus dengan leher jenjang milik Daeve. Jilatan, hisapan dan gigitan ia berikan pada leher mulus itu hingga yang tadinya putih berubah warna menjadi merah. Daeve terus mencengkram besi balkon saat menerima rangsangan dari pasangannya itu.
Tak tinggal diam, tangan Raymond menjelajah kedalam jubah Daeve yang kini sudah terbuka karena ulahnya. Tangan Raymond yang lain juga sibuk mengusap paha mulus milik Daeve.
"Ugh...jangan disana..." ucap Daeve saat jari besar milik Raymond berusaha masuk ke dalam lubang miliknya.
Raymond tak menggubris. Ia menarik jarinya, menjilat hingga basah lalu memasukkannya lagi ke dalam lubang milik Daeve. Tak membiarkan bibir Daeve menganggur, ia langsung menarik kepala milik pemuda dengan tahi lalat dibawah matanya itu. Melumat bibir merah menggoda milik Daeve.
"Ah..."
"Pelanh...Pelanhh..." rintih Daeve saat tak merasakan jari Raymond dan malah diganti oleh benda tumpul yang berusaha menerobos ke dalam miliknya
Tak sabar akhirnya Raymond menghentakkan penisnya ke dalam lubang milik Daeve. Hingga pemuda itu memekik kencang dengan air mata yang mengalir dan juga cengkramannya pada besi yang menguat. Sangat sakit.
"Maaf..." bisik Raymond dengan suara serak menahan gairah. Ia kembali menarik dan mendorong penisnya dalam tempo lambat. Mata miliknya terpejam saat otot-otot lubang milik Daeve memanjakan penis miliknya yang belum pernah dijamah siapapun.
"Haa...haa..." desahan seksi milik Raymond membuat Daeve semakin bernapsu.
Daeve yang tak tahan mencoba memaju mundurkan pantatnya sehingga membuat penis besar milik Raymond mengenai titik kenikmatannya.
"Ahh...Rayh..." tubuh Daeve hampir limbung jika tidak ditahan oleh tangan kekar milik Raymond. Ia pun mengangkat tubuh Daeve lalu menidurkannya di ranjang dengan posisi telentang. Dapat ia lihat tubuh putih mulus dengan otot perut yang belum sempurna juga dengan penis mencuat ke atas yang terus menerus mengeluarkan precum.
"Ray masukan...hah..." pinta Daeve dengan mata sayunya. Dia benar-benar terbuai dengan penis milik Raymond yang begitu besar dan nikmat saat menusuknya.
Tak membuang waktu, Raymond langsung memasukkan kembali penisnya ke dalam lubang sang istri. Hentakan pelan berubah menjadi hentakan kasar dan menuntut. Bibir miliknya juga turut serta memberi servis pada nipple merah muda milik Daeve yang kini terlihat basah oleh liur Raymond.
"Mmh...ahh....aahhh...aku akan keluar."
Raymond tersenyum jahil lalu menutup lubang penis milik Daeve tanpa menghentikan hentakannya. Daeve menatap Raymond dengan ekspresi menyedihkan. Dia benar-benar ingin keluar sekarang namun malah ditahan. "Biarkan aku keluar... Ku mohon... Rayh.."
"Aku bahkan belum keluar. Tunggu aku maka aku akan membiarkanmu keluar." ucap Raymond.
Daeve menggeleng kencang. Ia tak tau kapan Raymond akan cum. Ia tak bisa menunggu lama lagi, itu menyakitkan. "Hiks... Ku mohon...itu sakit...haaa..."
Raymond akhirnya menarik tangannya yang menutupi lubang milik Daeve diikuti oleh cairan putih yang menyembur keluar dan mengenai wajah cantik milik Daeve.
Raymond menarik penisnya dan mendekatkan miliknya ke bibir pemuda yang tengah kenikmatan itu. Ia mendorong penisnya hingga masuk ke dalam mulut Daeve, membuat empunya membuka mulutnya.
Penisnya kini tengah dihisap kuat oleh Daeve. Pelepasan pertamanya justru membuat Daeve semakin bersemangat. Sesekali dia memutar lidahnya dilubang penis Raymond yang membuat sang empunya mendesah nikmat.
Raymond mengeluarkan penisnya lalu membalikkan tubuh Daeve hingga posisi Daeve saat ini menungging didepan Raymond yang sudah siap memasukkan miliknya ke dalam lubang kenikmatan Daeve. Kembali desahan dan erangan yang saling bersahutan disertai bunyi kulit yang saling bertabrakan.
Tak peduli jika suara mereka dapat terdengar keluar. Bahkan membuat seseorang diluar kamar meremat jarinya sambil menatap sendu pintu kayu yang tertutup. Tanpa kata dia kembali berjalan menuju kamarnya dengan selimut yang dia seret menyapu lantai.
┏══════════════════┓
TO BE CONTINUED
(9 january 2022)
Please vote and comment
┗══════════════════┛
![](https://img.wattpad.com/cover/295580222-288-k209884.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Connubial Bliss [TRANSMIGRATION]
FantasyAlexio Davin, seorang prajurit bayaran harus mati dilembah kabut karena menjadi target dari para mantan klien-nya. Raymond Alaska Xavier, pria bangsawan yang memiliki lima orang selir tapi tak pernah mendapatkan kasih sayang darinya. Berkat sesuatu...