BAB I : Chapter 2

4.5K 639 24
                                    

BABY BOY
    ╰┈➤ BY ERI

      
🚫 Don't Share/ re-post 🚫
.
.
.

Lagi dan lagi bibir seksi milik Raymond mengeluarkan gerutuan bahkan umpatan pelan seraya menandatangani segudang kertas. Bagaimana tak kesal jika dipagi hari yang indah ini, Ivan malah memberitahunya soal pekerjaan yang perlu dia perhatikan. Padahal niatnya mencari dan mengganggu Lucius. Tapi harus tertunda karena tumpukan kertas sialan ini.

Manik hijaunya menatap Ivan yang sedari tadi menambahkan tumpukan kertas baru ke mejanya saat dia sudah selesai dengan satu tumpukan. Raymond menghela napas pasrah, inilah nasibnya sebagai seorang Duke.

“Berapa banyak lagi?” Tanya Raymond sambil menatap Ivan.

“Syukurnya tinggal segini tuan.” Dia memperlihatkan lengannya yang mengangkat dua tumpuk kertas dan meletakkannya dimeja.

Raymond mengangguk, diam-diam menghela napas lega. Pasalnya sudah depalan jam dia terus berkutat dengan kertas-kertas itu, bahkan melewatkan sarapan dan makan siangnya.

“Tuan, apa anda ingin makan sekarang?” Tanya Ivan, dia khawatir karena tuannya belum mengisi perutnya sedari tadi.

Raymond tampak berpikir sejenak lalu memandang Ivan. “Pergi dan makanlah.”

“Baik tuan, saya akan segera mengambil makanan anda.”

“Bukan aku, tapi kau.”

Ivan mengerjapkan matanya, bingung dengan perintah tuannya. “Maaf, tuan?”

Tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas dia menjawab, “Ya, makanlah sana, kau belum makan apapun kan.” Raymond tidak masalah dengan perut kosong, bahkan dulu saja dia bisa tiga hari tidak makan dan hanya minum air karena sedang melakukan misi diarea perang antar negara.

“Tapi tuan...”

Raymond menatap Ivan kesal, kenapa pemuda itu selalu memprotes perintahnya. Apa semua bawahannya seperti itu. “Dari mana kau belajar untuk membantah tuanmu, Ivan Petrovy?”

“Maafkan kelancangan saya tuan, saya tidak berani.” Ivan menempelkan satu  lututnya ke lantai dengan satu kaki tertekuk saat mendengar suara menyeramkan dari tuannya itu.

“Pergi.” Usir Raymond tanpa memandang lawan bicaranya.

Selepas kepergian Ivan, ia pun kembali fokus menatap kertas yang berisi laporan pemberontakan disalah satu wilayahnnya. Tangan kanannya mengusap dagunya sambil berpikir penyebab dan solusi untuk masalah ini. Daerah Sanrafles adalah daerah yang dulunya dilanda kemiskinan, tapi semenjak dia mengambil alih, wilayah itu menjadi subur seperti saat ini. Bahkan tidak ada satu pun yang melarat.

Dari laporan jelas tertulis penyebabnya karena banyak dari mereka yang tak mendapat makanan dan air selama musim kemarau. Pemberontakan sudah berlangsung selama satu minggu lamanya. Musim kemarau bahkan sudah lewat dan mereka masih memberontak. Raymond ragu jika masalahnya sesederhana itu

“Draco...” Panggil Raymond pada salah satu prajurit bayangannya.

Sekelebat bayangan muncul dibalkon ruang kerjanya. “Siap melayani, tuan.”

Connubial Bliss [TRANSMIGRATION] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang