LITTLE BRATS
╰┈➤ BY ERI🚫 Don't Share/ re-post 🚫
.
.
.Bola mata dibalik kelopak yang dihiasi dengan bulu lentik itu bergerak tak nyaman kala merasakan cahaya yang menerpa wajahnya. Dengan kesal dia membuka matanya hingga manik ruby itu sedikit menyipit. Merutuki kebodohannya yang lupa menutup gorden kamarnya. Kalau begini kan dia jadi tidak bisa melanjutkan tidur lagi.
Dan bicara soal tidur, ia kembali melihat sekelilingnya. Dia berada dikamarnya dan masih diatas ranjang dengan posisi yang manusiawi. Biasanya saat bangun tidur dia selalu mendapati dirinya diatas sofa, lantai, dalam bathup, dibawah tempat tidur. Namun kini ia malah tetap berada di atas ranjang. Sunggu keajaiban yang luar biasa.
Ia berusaha bangkit dari posisinya, namun urung tatkala merasakan sebuah lengan kekar yang memeluknya dari samping. Netranya ia gulirkan, mencari tau siapa sosok yang dengan lancangnya sudah memeluknya.
Setelah tau siapa pelaku tersebut, mata rubynya membulat tak percaya. Sekelebat ingatan muncul diotaknya saat itu juga. Adegan dimana pria itu membungkusnya tadi malam. Mengingatnya saja membuat wajah cantiknya merona hebat.
Daeve menatap dalam pria disampingnya. Bulu mata hitamnya, hidung mancung, bibir penuh yang terlihat seksi. Jangan lupakan jakun yang sedari tadi terus bergerak naik turun. Membuat Daeve berkeinginan untuk menjilatnya. Abaikan kalimat tadi. Daeve menampar pipinya pelan guna menyadarkannya dari pikiran kotor yang ia miliki.
Tangannya terhenti saat ia akan menampar dirinya untuk yang kedua kali. Raymond mencekal tangannya yang hendak menyakiti pipi mulus itu.
Kini mata hijau milik Raymond terbuka, menatap sang istri yang melakukan hal aneh menurutnya.
"Jangan..." gumam Raymond dengan suara serak khas orang baru bangun, tidur.
Daeve yang mendengarnya kembali memerah. Ekspresi menggemaskan itu tak luput dari penglihatan tajam milik Raymond. Dia mendekatkan wajahnya pada Daeve, mengecup bibir merah didepannya lalu berganti menjadi lumatan-lumatan.
Rasanya ia ingin memakan Daeve hingga habis tidak tersisa. Mengusir pikiran kotor itu dari kepalanya lalu beranjak menuju kamar mandi. Cukup lama untuk membuat Daeve menunggu hingga akhirnya pria tampan itu keluar dengan bathrobe yang kini menempel ditubuhnya. Rambut yang basah membuat beberapa tetes air turun melalui leher berjakun dan terus turun menuju dada bidang milik Raymond hingga hilang dibalik kain putih itu.
Tangan kekar itu mendekati tubuh Daeve lalu mengangkat Daeve yang kini tubuhnya tidak dilapisi apapun. Malu, tentu saja. Bahkan rona merah yang menjalar ke telinga sang istri dapat jelas Raymond lihat.
Raymond menempatkan istrinya senyaman mungkin didalam bak mandi berbentuk lingkaran itu. Aroma mur langsung menguar. Baunya seperti dupa, tapi tidak menusuk malah lebih lembut.
Membiarkan Daeve selesai dengan membersihkan dirinya lalu kembali membantu pemuda itu berbaring diatas tempat tidur yang kini sudah tampak bersih dan rapi dari sebelumnya.
Posisi telungkup membuat Raymond dapat melihat jelas bekas kemerahan dipinggul pemuda itu. Telinganya juga menangkap ringisan sakit dari Daeve.
Jari-jari panjang itu menekan pinggul ramping itu dengan kekuatan yang pas. Tak ingin lebih jauh menyakiti pemuda rapuh itu. Diam-diam mengutuki kelakuannya tadi malam yang lupa menahan diri saat ditengah-tengah permainan mereka.
"Sakit?"
Daeve bergumam sebentar lalu menjawab, "Sudah berkurang."
Hening kembali. Tak ada satu pun dari keduanya yang berbicara. Entah masih canggung atau karena tak ada topik yang bagus untuk dibicarakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Connubial Bliss [TRANSMIGRATION]
FantasíaAlexio Davin, seorang prajurit bayaran harus mati dilembah kabut karena menjadi target dari para mantan klien-nya. Raymond Alaska Xavier, pria bangsawan yang memiliki lima orang selir tapi tak pernah mendapatkan kasih sayang darinya. Berkat sesuatu...