8. Siapa itu?

18 13 1
                                    

Tubuh Aya terasa seperti dikendalikan, dia bahkan tidak tahu siapa yang berbicara di dalam pikirannya. Hanya saja, tubuh Aya terasa sangat ringan saat menebas beberapa orang yang mencoba untuk menyerang dia. Hingga akhirnya, Takeda muncul dan menghentikan semua aksi itu.

Ctak!

Pedang yang ada di tangan Aya terlempar jauh. Napas Aya tersengal karena gerakannya.

"Hana."

Suara Takeda membuat Aya kembali dan bisa mengendalikan tubuhnya lagi. Tatapan mata Aya seperti tidak percaya jika semua itu dia yang melakukannya. Aya terduduk dengan lemas menatap banyak mayat di sekitar halaman istana.

"Paman Kai, bereskan semua ini," ujar Takeda.

"Baik, Tuan."

Takeda meraih tubuh Aya dan menggendong-nya menuju ke kamar. Di sana, Takeda mengambil handuk untuk membersihkan noda darah yang menempel di wajah Aya. Perlahan, dengan sentuhan lembut, tatapan mata mereka bertemu.

"Tu-tuan ... apa yang terjadi? Kenapa tubuhku seperti dikendalikan?" tanya Aya.

"Apa yang kau katakan? Sebenarnya siapa kau?"

"Entahlah, aku seperti bukan diriku saat menyentuh pedang itu. Tiba-tiba saja tangan dan tubuhku bergerak saat seseorang mengancam."

Takeda masih belum bisa percaya dengan perkataan Aya. Dia meletakkan handuk yang kotor itu ke dalam sebuah tempat seperti mangkuk besar.

"Hana ... siapa kau sebelum ini? Apa kau salah satu samurai? Atau ... kau ini seorang ninja? Karena gerakan tubuhmu seperti perpaduan diantara keduanya."

"Tuan, aku sungguh tidak bisa mengingat siapa aku. Aku hanya ingat ... aku adalah seorang pemain game yang memiliki hunian di Osaka."

"Osaka? Kau memiliki tempat tinggal di sana?" tanya Takeda.

"Tidak, bukan di abad ini. Kau tidak akan percaya dengan penjelasan ku. Sekarang ... apa aku bisa kembali ke kamar milikku sendiri? Aku hanya ingin menenangkan pikiran ku saja," ujar Aya.

"Baiklah. Aku akan mengantarkan mu."

Mereka berdiri dan berjalan bersama menuju ke kamar milik Aya saat ini. Di depan pintu masuk, mereka menghentikan langkah.

"Tuan bisa pergi, aku akan baik-baik saja."

"Baiklah ... untuk beberapa hari ke depan, Paman Kai akan berada di dalam istana menggantikan aku. Kau bisa berbicara dengannya jika membutuhkan sesuatu," jelas Takeda.

"Kemana Tuan akan pergi?" tanya Aya.

"Aku harus datang pada pertemuan khusus Klan. Tokyo, aku akan ke sana."

"A-apa terjadi hal yang buruk?"

"Tidak, lagi pula ... ini bukan urusanmu, Hana."

"Hana ... nama itukah yang selalu kau ingat? Bagaimana jika aku hanya ingat nama Aya? Namaku Aya, bukan Hana."

"Aya?"

"Haruyama Aya."

"Kau tidak memiliki nama Klan, apa kau orang biasa?"

"Ya, aku hanya rakyat biasa, sama seperti mereka yang menjadi pelayan di sini," ungkap Aya.

"Baiklah, aku akan memanggil nama itu, sesuai keinginanmu."

"Terima kasih."

Setelah percakapan singkat itu, Takeda berbalik badan dan pergi dari sana. Sedangkan Aya memilih untuk kembali menenangkan diri di dalam kamarnya.

Princess Monarch [Terbit Buku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang