5. Tata Krama

25 17 9
                                    

Takeda duduk di tepi ranjang, menatap Aya yang terlelap di atas kursi empuknya. Sedangkan pemilik kamar itu kini memakan makanan yang sudah dimasak oleh Aya. Sedikit demi sedikit akhirnya makanan itu masuk ke dalam mulut Takeda, tanpa adanya kata protes. Aya berhasil memberikan makanan yang cocok di lidah pria itu.

"Tidak buruk. Dia pandai memasak rupanya."

Takeda tersenyum, lalu tubuhnya bergerak meletakkan piring kosong di atas meja makan, dan dia ke luar dari kamarnya sendiri untuk pergi ke halaman belakang.

Takeda sangat suka menyendiri di halaman belakang, menikmati pemandangan alam yang dibuat orangnya. Sebuah hutan bambu dan itu adalah buatan seseorang atas perintah dari Takeda.

"Tuan Minamoto," panggil seseorang.

Takeda mengenali suara itu, dan kini memutar tubuhnya menghadap pria yang memanggil.

"Asano ... ada apa?"

"Aku akan pergi ke Osaka, seseorang sedang mengejar beberapa pembelot."

"Tenang saja, mereka akan segera sampai. Kau tidak perlu repot untuk pergi."

"A-apa?"

"Ya, orang ku sudah berada di Osaka. Mereka berhasil menangkap sedikitnya sepuluh orang."

"Begitu rupanya, baiklah ... aku pikir, kau akan mengirim aku."

"Asano Kun, kau tidak perlu bekerja terlalu keras. Kau cukup mengawasi gerak gerik mereka yang ada di Hojo."

"Baiklah ... aku permisi."

Setelah kepergian Asano, Takeda terlihat menatap tajam sang adik. Sepertinya ada sesuatu yang Takeda ketahui dari sikap Asano selama ini. Beberapa orang yang berhasil menentang Klan mengatakan jika ada seseorang di dalam Klan menjadi musuh dalam selimut.

Tidak lama setelah kepergian Asano, terlihat Aya datang dengan tergesa-gesa. Dia membungkuk 'kan tubuhnya sekilas lalu bertanya mengenai makanan yang ada di meja.

"Tuan, apa kau yang memakan makanan itu? Aku ingat sekali saat meletakkannya di sana."

"Entahlah ... aku bahkan tidak berselera makan karena seseorang tidur di kamarku."

"Ma-maafkan aku. Aku tidak bisa membuka mata walau hanya satu detik."

"Lalu ... kenapa kau tidak tidur di dalam kamar milikmu sendiri?"

"Itu ... karena mereka mengganggu aku, mereka mengatakan kau akan marah jika aku terus berada di dalam kamar."

"Hmm, begitu ... tetapi, apa kau tidak merasa yang dikatakan mereka itu adalah sebuah kebohongan?"

"Entahlah, aku tidak tahu, Tuan."

"Nona Hana, sebaiknya kau kembali ke dapur dan membuatkan aku sepiring makanan."

"Baiklah, aku akan memasaknya lagi untukmu, Tuan."

Aya berjalan menuju ke dapur, menyiapkan bahan-bahan seperti yang dia buat sebelumnya. Satu persatu bahan dicampurkan. Dan Aya mulai memberikan bumbu agar terasa lezat saat masuk ke dalam mulut.

"Aku rasa ini sudah cukup," gumam Aya.

Kembali menemui Takeda, Aya membawa makanan itu ke dalam kamar dan meletakkannya di atas meja. Kedua mata Aya mengedar di seluruh ruang kamar, dia tidak bisa menemukan Takeda lagi di sana.

"Astaga ... kemana lagi Tuan itu?" gumam Aya.

Terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi yang ada di kamar itu. Aya kini tahu, dimana Takeda berada. Baru saja dia akan melangkah pergi dari kamar. Seorang pria dengan handuk yang melingkar di bagian pinggang hingga lutut,  keluar dari kamar mandi. Kedua mata Aya terbuka lebar dan membuatnya berbalik badan dengan cepat.

Princess Monarch [Terbit Buku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang