9. Penglihatan yang Nyata

15 13 0
                                    

"Ada sesuatu yang perlu aku pastikan, tetapi ... aku ragu saat akan melakukannya," gumam Aya.

Dia sedang berada di dalam kamarnya, di atas ranjang yang masih membuatnya malas untuk beranjak. Aya ingat, kondisi Takeda kini sedang dalam perawatan tabib. Setelah berpikir selama beberapa menit, akhirnya Aya turun dari ranjang, dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Baru saja Aya melepaskan pakaiannya, suara Paman Kai membuat Aya terkejut. Aya memberitahu jika dirinya baru saja bangun dari tidur.

"Nona, Tuan sedang menunggu Anda di kamarnya."

"Baiklah, Paman. Aku akan segera ke sana!" jawab Aya.

Paman Kai berjalan ke luar dari kamar Aya. Setelah itu, Aya mengurungkan niatnya untuk mandi, dan hanya membasuh wajah saja. Segera mengenakan pakaian, dan berjalan dengan cepat menuju ke kamar Takeda.

"Tuan, kau memanggil aku?" tanya Aya.

"Duduklah di sini!" titah Takeda sembari menepuk tepi ranjangnya yang terlihat sangat empuk itu.

Aya berjalan mendekat dan duduk di tempat yang sudah disarankan Takeda.

"Ada sesuatu yang harus aku jelaskan padamu." Suara Takeda terdengar serius, sesuatu pasti sedang terjadi.

"Ada apa, Tuan?"

"Nona Aya atau Hana, adalah orang yang sama. Jadi ... aku tetap akan memanggil dirimu dengan sebutan Hana. Itu membuat aku nyaman."

Aya terdiam, dia masih tidak mengerti dengan nama Hana. Apakah nama itu sangat berarti untuk Takeda, sehingga membuat pria itu terus menyebut Aya sebagai Hana.

"Tuan, apakah ada sesuatu yang sedang kau sembunyikan dariku?"

"Untuk apa?"

"Untuk apa?" Aya membeo.

"Ya, untuk apa aku menyembunyikan sesuatu darimu, bahkan aku tidak mengenal siapa kau di masalalu."

"Baiklah, maafkan aku yang memiliki pemikiran buruk ini."

"Kau masih menjadi pelayan pribadiku, sekarang ... di mana makanan yang seharusnya ada di sini sejak pagi?" tanya Takeda.

Aya terlihat terkejut dengan perkataan Takeda, dia berdiri dan berlari menuju dapur istana untuk membuat sesuatu.

Di dalam kamar, Takeda sedang bersama Paman Kai. Pria itu duduk di dekat ranjang Takeda, menunggu sebuah penjelasan mengenai kejadian yang menimpanya kemarin.

"Paman, mereka melakukan pemberontakan. Bukan dari Klan Hojo, tetapi ... mereka yang berada di beberapa wilayah kecil, mulai memberikan perlawanan."

"Bagaimana kau bisa kalah oleh mereka?" tanya Paman Kai.

"Mereka sepertinya mendapatkan bantuan, hanya saja ... aku masih belum tahu siapa dalang dibalik kejadian ini. Bahkan ... Tuan Hojo terluka."

"Kenapa Ogawa bisa terluka? Apa yang sebenarnya terjadi di sana?"

"Kami melakukan rapat, percakapan seperti biasa terjadi di sana. Hanya saja ... seseorang yang memiliki kekuatan iblis, entah siapa dia ... mempengaruhi mereka yang ada di wilayah kecil, dia mengenakan pakaian samurai dengan tidak melepaskan topeng. Sepertinya ... ilmu yang dia miliki berasal dari pertapaan dengan roh agung," jelas Takeda.

"Tidak mungkin! Semua yang menjalankan pertapaan dengan roh agung selalu menjadi korban, dan mereka tidak pernah berhasil mendapatkan kekuatan itu."

"Kenyataannya ... dia berhasil mendapatkannya."

"Aku akan menyuruh seseorang menyelidiki kejadian ini." Paman Kai berdiri dan hendak menyuruh seseorang. Namun, Takeda menghentikannya.

Princess Monarch [Terbit Buku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang