9. »Bamboozle

56.1K 5.4K 508
                                    

Walaupun ini cerita fiksi, maaf kalau cacat logika🙏
Jadikan hiburan dan ambil positifnya buang negatifnya jauh-jauh.
.
.

9. Bamboozle[Memperdaya]



"ARRGGHHH!! LO NGGAK TAU GIMANA SAKITNYA MENJADI KORBAN KARENA KELAKUAN ORANG TUA!"

Seorang gadis yang selalu tampil anggun, bersifat lemah-lembut di depan orang banyak, ternyata mempunyai sisi gelap bak iblis.

Wajahnya yang cantik dan siapapun yang melihatnya akan merasa tenang. Namun, kali ini berbeda. Siapapun yang melihatnya, akan merasa terancam. Sosok itu berubah drastis. Seperti ada sosok lain yang merasuki jiwanya. Namun, pada kenyataannya itu memang sejati dirinya.

Memperdayai seseorang dengan keramahan dan memperlihatkan kecantikannya adalah hobi. Dengan begitu, ia tidak perlu repot-repot mencari mangsa. Karena mangsanya akan datang sendiri kepadanya hanya dengan satu pancingan.

Tidak berbeda jauh dari saudaranya. Ia menggunakan parasnya yang hampir sempurna untuk mengelabuhi si mangsa. Dia Ludira Kasalvori. Sosok yang dipandang sebagai gadis anggun, ramah dan berbicara lemah-lembut kepada semua orang, tapi tidak dengan mangsanya.

Kakak dari Agraven Kasalvori tersebut tidak berbeda jauh darinya. Sama-sama mempunyai masalah kejiwaan. Masa lalu yang membentuk mereka menjadi seperti itu. Masa lalu memang sangat berpengaruh untuk mereka berdua. Besar dengan rasa benci dan dendam.

Bedanya Agraven dan Ludira adalah Agraven hanya membunuh seseorang yang menurutnya adalah sampah dunia. Sedangkan Ludira tidak memandang siapapun targetnya. Ia hanya ingin hasratnya terpenuhi dan menciptakan kesedihan di kehidupan orang lain.

Seperti sekarang ini. Ludira sedang mengeksekusi seorang wanita paruh baya. Wanita yang ia temui sedang berjalan sendirian di trotoar. Bertepatan dengan Ludira yang baru pulang dari kampus. Karena hasrat membunuh Ludira sedang membuncah, jadilah wanita malang tersebut sebagai mangsanya.

Sreek

"Shhh, Nak! Apa yang kau inginkan dariku?" Wanita paruh baya tersebut bertanya dengan terbata-bata. "Ibu tidak mempunyai kesalahan terhadap kamu. Bebaskan Ibu, ya, Nak. Anak bungsu Ibu pasti sedang menunggu Ibu di rumah."

"Gue nggak peduli. Gue cuma mau lo mati setelah ini!" sentak Ludira dengan tangannya mengukir pola acak menggunakan pecahan kaca di pipi wanita tersebut.

Sungguh wanita itu sangat bingung. Awalnya ia sedang berjalan untuk pulang dari tempatnya bekerja. Tiba-tiba ada seorang gadis cantik nan lembut saat berbicara kepadanya, menawarkan ia untuk diantar pulang. Tanpa ragu wanita tersebut mengiyakan. Selama diperjalanan pun Ludira sangat ramah kepadanya. Tidak pernah terlintas dalam benak wanita itu bahwa nyawanya sedang terancam.

Setelah mendekati simpang gang rumahnya berada, wanita tersebut meminta agar diberhentikan, tetapi Ludira tidak mendengarkannya sedikit pun. Sampai, lah, Ludira membawanya kesebuah rumah bernuansa Spanyol. Wanita itu masih bingung, ia belum berpikir bahwa Ludira akan mengakhiri hidupnya.

"Ini rumah siapa, Nak?" tanya seorang wanita bernama Emi, matanya menatap kagum rumah di depannya.

Gadis yang membawanya tidak menjawab sama sekali.

Emi mengernyitkan heran. Sebelumnya
gadis di sampingnya ini sangatlah ramah saat berada di mobil. Namun, sekarang seperti bukan sosok yang beberapa menit yang lalu bersamanya.

"Ikuti aku!" Gadis bernama Ludira tersebut lebih dulu masuk ke dalam rumah. Emi hanya mengikutinya dari belakang.

Melihat Emi yang patuh mengikuti perintahnya, membuat Ludira tersenyum senang.

"Masuk!" tekan Ludira menunjuk sebuah ruangan dengan pintu kayu berwarna coklat tua. Lagi-lagi Emi patuh mengikuti suruhan Ludira.

Saat membuka pintu ruangan itu, mulut Emi terbuka lebar dengan mata yang melotot kaget. Ia mundur beberapa langkah. Namun, Ludira lebih cepat mendorongnya dengan kuat. Berakhir Emi terjatuh di atas lantai yang dipenuhi berbagai pecahan kaca dan beling yang sangat tajam.

Seketika tubuh Emi merasakan perih saat beradu dengan lantai yang beralaskan pecahan kaca dan beling.

"Nak, ke-kenapa kamu dorong Ibu ke ruangan ini. Tolong bantu Ibu berdiri, ya, Nak!" ucap Emi mengulurkan tangannya meminta Ludira membantunya berdiri.

Ludira lantas tersenyum cantik. Tangan kirinya ia ulurkan. Sebelum Emi mencapai tangannya, Ludira lebih dulu mengganti tangan kirinya dengan tangan kanan yang memegang pecahan beling yang entah sejak kapan sudah ada di tangannya. Alhasil, Emi memegang pecahan beling tersebut.

Darah segar keluar dari telapak tangan Emi. "Mengalir dengan indah," batin Ludira. Bibirnya terangkat dan membentuk sebuah senyuman puas.

"Nama gue Ludira. Ludira dalam artian adalah darah. Mungkin itu sebabnya gue menyukai darah." Ludira terkekeh. "Nama pemberian dari dua iblis. Mereka berhasil mencetak iblis baru di dunia ini," sambung Ludira sirat akan makna.

"Sesuai harapan kalian, 'kan? Si darah menyukai darah!" batin Ludira. Wajahnya kembali datar saat mengingat orang yang telah melahirkannya.

"Nak. Tolong Ibu. Anak ibu sedang menunggu Ibu di rumah sendirian. Kakaknya masih kerja-"

"ARRGGHHH!! LO NGGAK TAU GIMANA SAKITNYA MENJADI KORBAN KARENA KELAKUAN ORANG TUA!"

Sreek

"Shhh, Nak! apa yang kau inginkan dariku?"

"Ibu tidak mempunyai kesalahan terhadap kamu. Bebaskan Ibu, ya, Nak. Anak bungsu Ibu pasti sedang menunggu Ibu di rumah."

"Gue nggak peduli. Gue cuma mau lo mati setelah ini!" Emi meringis saat tangan lembut Ludira mengukir pola acak di pipinya menggunakan salah satu pecahan kaca.

Flashback off

"Apa anak sulung Ibu menyakitimu? Apa Riski menyakitimu, Nak? Jika benar, maka sakitilah Ibu. Bunuh saja Ibu. Jangan sakiti Riski, biarkan ia merawat Riska adiknya. Tolong sakiti saja Ibu." Emi mulai menduga-duga penyebab Ludira menyiksanya.

Ia pikir Riski anak pertamanya yang menyebabkan Ludira menyiksanya. Jika itu benar, Emi ikhlas disiksa oleh Ludira. Asal jangan anaknya. Apapun Emi lakukan demi melindungi anaknya. Walaupun anaknya bersalah.

Ludira terkekeh miris. Lihatlah Ibu ini! Dia rela menyerahkan nyawanya demi anaknya yang belum tentu menjadi penyebab gue mau membunuhnya. Sungguh beruntung yang menjadi anaknya," batin Ludira.

"Baiklah. Anak lo akan merasakan kesedihan yang disebabkan oleh Ibunya sendiri, haha!" Ludira tertawa. Namun, di pelupuk matanya terdapat genangan air yang sebentar lagi akan jatuh. "Seperti yang gue rasakan."

Doorr

Sekejap mata, nafas Emi berhenti. Sangat mudah bagi Ludira melenyapkan nyawa seseorang. Dengan sekali tembakan tepat di dada Emi, sudah mampu membuat jantungnya berhenti berdetak.

Itulah perbedaan Agraven dan Ludira. Agraven membunuh seseorang yang menurutnya sampah agar tidak tercipta manusia seperti dirinya lagi, sedangkan Ludira membunuh karena ingin membuat orang lain bersedih karena kematian. Ludira ingin semua orang merasakan kesedihan. Ludira iri melihat kebahagiaan orang lain. Dengan cara membunuh salah satu anggota keluarga, ia pikir bisa membuat derita dalam sebuah keluarga tersebut.

Siapa yang lebih bejat?

.
.
.


Jangan lupa follow Instagram biar gak ketinggalan info
@wp.12kentang
@wattpadkasalvori
@n.jannati_

Tiktok
@desember.10
@wp.12kentang

]

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang