Happy Reading
Mentari menyinari cahayanya dari ufuk timur, hembusan angin terdengar halus dan teratur, kelopak bunga sakura yang berjatuhan menambah keindahan kota, berbanding dengan kelopak mata yang masih tertutup. Embun menghiasi jendela kamarnya, hujan malam yang menciptakan suhu dingin membuatnya meringkuk dibalik selimut hangat. Surai keperakan tampak berkilau, membuatnya tampak halus dan indah.
Ia berbalik menatap wajah tegas yang masih terlelap, beranjaknya ia pelan-pelan agar tak membangunkan Obito.
Nasi dan sup miso, serta makanan berprotein lainnya menjadi menu sarapan pagi ini. Tak lupa sekotak bento yang menjadi bekal Obito nantinya.
Meski Kakashi tahu, Obito jarang sekali memakan apa yang ia masak, bento nya pun selalu ia berikan pada teman sekantornya. Bagaimana ia bisa tahu? bagaimana lagi selain Obito yang mengatakannya secara terang-terangan.
"Papa?"
"Baru papa ingin membangunkan Hotaru, sudah mandi?"
"Belum,"
Hotaru mengucek-ngucek matanya tanda baru saja bangun, ia menerima handuk yang diberikan Papanya.
"Mandi dulu, nanti langsung sarapan ya."
"Papa mau kemana?"
Kakashi tersenyum, merapikan rambut acak-acakan putranya, "Kemana lagi? Jemput adikmu."
.
,"Huwaa, diamlah dattebayo,"
"Masih menangis?"
"Teme, kau punya mata kan huhuhu." Naruto berseru frustasi, sudah berbagai cara ia lakukan untuk menghibur anak ini tapi ia tetap saja menangis tanpa lelah.
Ditambah Sasuke yang sama sekali tidak membantu.
"Sasuke, mungkin dia takut dengan wajah suram mu, pergilah sebentar."
"Tidak ada hubungannya, bodoh. Kau yang pergi sana, biar ku buang anak itu."
"Heh!"
Bibirnya mengerucut sebal, Naruto menggeplak pemuda raven dengan penggaris besi. "Gantian, aku pegal."
"Tidak lihat aku sedang menyusun makalah milikmu? Sumpah serapahi lah otak bodohmu itu yang terus melemparkan tanggung jawab padaku." Sasuke bersungut-sungut, ia kembali fokus pada pekerjaannya.
"Sasu nii jangan malah malah, nanti Nalu nii-chan na sedih,"
Bocah perempuan berujar polos, meski sibuk mengelapi air mata dan ingusnya. Naruto terkikik dalam hati. Sasuke menatap datar pada Naruto yang tengah menahan tawa.
Memanfaatkan situasi yang terjadi, pemuda pirang bersiap mengeluarkan kata-kata manisnya. "Hn, Sasuke jahat sekali padaku. Hatiku sakit sekali rasanya, nah kalau Lin menangis terus hatiku tambah sakit."
"Benalkah?"
"Ya! Anak cantik tidak boleh menangis, nanti digigit Sasuke."
"Aku lagi?"
"Sasu nii minta maap sama Nalu nii! Kata daddy es klim bisa buat olang sedih jadi bahagia lagi."
"Jadi aku disuruh beli es krim nih?"
"Iya!"
"Buat Naruto nii atau buat Lin?"
"Em... Lin juga mau"
"Baiklah."
Naruto mengeluarkan senyum kemenangan, kenapa tidak daritadi saja ia menumbalkan Sasuke.
Sesaat setelah berpikir seperti itu, Sasuke memandang Naruto serius, "Dan kau, aku minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
FanfictionPernikahan atas dasar wasiat terakhir seorang ayah yang ingin melihat anak kesayangannya bahagia setelah kematiannya. Kakashi tak pernah mengira hal seperti ini akan terjadi. Mendapat gelar sebagai pasangan serasi, dengan tulus mencintai satu sama l...