"Kenapa?"
Kakashi menepuk pundak Obito yang tengah berdiam diri. Mata bulatnya tampak sendu, entah merenungi apa di pikirannya. Halaman besar perumahan Uchiha memang tiada tanding, Kakashi sering kesini untuk menemani Obito dan menenangkan diri. Ditambah mereka punya rooftop dengan pemandangan yang menjanjikan.
Kakashi menghembuskan nafasnya lega, menghirup sebanyak-banyaknya angin segar selepas membuka maskernya. Obito menoleh, menatap pada wajah polos Kakashi yang tak tertutupi apapun. Sebenarnya di bawah sana sedang ada perkumpulan klan, membuat Obito jengah ketika ingin sendiri, tapi ia dongkol karena kesepian juga di waktu yang bersamaan. Jadi larilah ia kesini dan menghubungi Kakashi untuk menemaninya.
Kakashi mendudukan dirinya di samping Obito, bersandar pada dinding di belakangnya. Tangannya membenarkan letak jaket saat angin malam berhembus kencang.
"Mau? Ini enak, diberikan ibu tadi."
Es krim.
Es krim buah yang selalu ibunya buat.
Sampai membuat Obito kecil harus mengendap-ngendap ke dapur di malam hari demi satu potongnya.
Obito terkekeh, memperhatikan cara makan Kakashi yang berantakan. Bisa-bisanya makan es krim di malam yang dingin seperti ini.
"Enak?"
"Enak, karena mau kutolak tidak enak."
"Padahal tolak saja kalau tidak mau, di dalam sana memang hangat, ibuku tidak tahu kalau kau mau kesini, kalau tahu mungkin malah memberi cokelat panas."
"Tidak apa-apa." Kakashi berucap meyakinkan pemuda di sampingnya, tangannya menerima sekaleng susu hangat dari Obito, "Terima kasih."
"Maaf kalau ibuku terlalu banyak bicara atau ya.. cerewet padamu." Obito menggigit bulat-bulat es krim yang tersisa di tangan Kakashi, membuat mulutnya mengeluarkan uap dingin.
"Menurutmu begitu? padahal berkat ibumu aku tau bagaimana rasanya punya ibu."
Obito mencelos, benar juga. Apa Kakashi merasa seperti itu? Tadinya ia kira selama ini Kakashi mungkin risih, tapi astaga ia merasa bersalah sekarang.
Hening cukup lama setelahnya, Kakashi hanya melamun menatap hamparan rasi bintang. Begitupun dengan Obito yang meluruskan pandangannya pada sang bulan.
Itu bulat sempurna.
Sangat pas untuk menyatakan kalimat seperti-
"Aku menyukaimu."
"H-hah?"
Pemuda perak menatap horror pada si raven, niat hati ingin meneguk susu di tangannya, beruntung ia urungkan sebelum minuman tersebut harus tersembur sia-sia setelah mendengar kata-kata Obito barusan.
"Bercanda."
Obito terkekeh menatap Kakashi yang masih terkejut, ditepuknya perlahan rambut yang senada dengan awan kelabu.
"Tapi Kakashi, apa aku ini pantas dicintai?"
"Lalu apa? pantas kupukuli sih sudah jelas."
"Serius dong," gandengnya pada lengan Kakashi, mencegah tangan yang ingin melemparinya dengan kaleng.
"Memang siapa yang mencintaimu?"
"Tidak, maksudku, aku menyukai seseorang tapi dia menyukai orang lain."
Kakashi mengedip polos pada Obito, "Kasihan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
FanfictionPernikahan atas dasar wasiat terakhir seorang ayah yang ingin melihat anak kesayangannya bahagia setelah kematiannya. Kakashi tak pernah mengira hal seperti ini akan terjadi. Mendapat gelar sebagai pasangan serasi, dengan tulus mencintai satu sama l...