"Memang seharusnya dia tau dari awal, untuk apa terlalu lama memendam, jika hasilnya sama saja?"
-Nara Pranadipta.*****
Waktu baru menunjukkan pukul enam pagi, namun Nara sudah sampai di sekolah. Kondisi tubuhnya mulai membaik, setelah meminum obat pemberian cowok baik hati semalam.
Mata gadis itu memicing, mendapati motor ninja hitam yang sudah terparkir di parkiran sekolah. Ia sangat mengenali motor siapa itu. "Alden selalu datang pagi ya?"
Dipenuhi rasa penasaran, Nara perlahan mendekati motor itu. Lalu tangannya dengan hati-hati memegang jok bagian belakang. Teringat kejadian kemarin, ia menyunggingkan senyumnya.
Nara benar-benar merasa bangga bisa duduk di motor cowok itu. "Kapan ya, gue bisa duduk disini lagi?"
Tak ingin terlalu lama berdiri disini, Nara berbalik badan, dan hendak pergi dari sana. Sampai tiba-tiba suara klakson mobil menghentikan langkahnya.
Nara memandang mobil itu, merasa tak asing dengan mobil mewah yang berhenti di hadapannya. Napas gadis itu tercekat, saat salah seorang keluar dari mobil itu. "M-Maudy?"
Maudy Ananchell, gadis dengan seragam sekolah ketat serta kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya, perlahan mendekati Nara. Menatap Nara dari atas ke bawah.
"Ngapain lo?" tanyanya, benar-benar terdengar tak sopan.
Nara hanya menghela napas, lalu membuang pandangannya ke arah lain, malas berurusan dengan biang onar SMA Garuda itu.
"Paling abis naro guna-guna, di motor Alden!" Gadis dengan penampilan sama seperti Maudy tiba-tiba berucap, membuat Nara menatap kesal ke arahnya.
"Ya ampun Nara, kemarin Galang, sekarang Alden. Ternyata lo lebih murah, dari yang gue bayangin, ya?"
Nara mengepalkan tangannya, mendengar penghinaan yang keluar dari bibir tipis Maudy. "Jangan asal ngomong, kalau gak tau apa-apa. Lagipula gue sama Galang emang temenan dari kecil, sama sekali gak ada niat deketin dia karena hal kotor yang kalian pikirin!"
Maudy tertawa mendengar ucapan Nara. "Oh ya? Keliatannya antara lo sama Galang, hubungan kalian gak se murni kayak apa yang lo bilang barusan, deh."
Nara menghela napas lelah. "Terserah, terserah kalian mau mikir gimana tentang gue. Gak ada urusan lagi kan? Gue pergi."
Nara pergi begitu saja, meninggalkan tatapan kesal dua gadis itu. "Lo parkirin mobil gue dulu, gue harus buru-buru ke kelas."
Chellin mengangguk, lalu kembali masuk kedalam mobil mewah itu.
*****
"Orang pinter kalau jam istirahat gini, tetep belajar ya?" pertanyaan bodoh dari Nara dibalas tawa pelan Hanin dan Fanka.
"Orang pinter, dukun maksud lo?" ujar Hanin, semakin mengencangkan volume tawanya, membuat beberapa pengunjung kantin menatap meja mereka.
Fanka yang tertawa, ikut menyahut. "Ya nggak lah, Nara. Mereka juga butuh tenaga buat belajar. Lo lagi cari seseorang?"
Tebakan Fanka langsung dibalas cengiran oleh Nara. "Kok tau?"
Pandangan Nara, teralih pada Ghia yang berlari kencang ke arahnya. Gadis itu bahkan dengan lihai menghindari lalu lalang orang-orang kantin.
"WOI, RA!"
Nara benar-benar terkejut saat Ghia berteriak tepat di depan wajahnya. "Santai Ghi, ada apa sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AldeNara
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Tentang Nara Pranadipta, Gadis periang yang menyukai Alden Sergio Abiyasa, cowok cuek tak berperasaan yang tak pernah membalas perasaannya. Merasa tertantang dan penasaran mengapa Alden tak pernah membalas perasaannya, Nara...