Dengan seragam yang sama-sama berantakan, enam orang siswa berjalan beriringan melawati koridor SMA Garuda. Kedatangan mereka disambut meriah oleh para siswi yang sengaja menunggu mereka melewati koridor.
"HUA.. AKHIRNYA LEWAT JUGA!!"
Galang dan tiga temannya hanya tersenyum tipis, berbeda dengan tiga orang lainnya, mereka dengan senang hati menerima pujian dengan senyum lebar.
"Gini ya, nasib orang ganteng, dikerumuni banyak bidadari-bidadari Garuda," ujar Kemal Mahardika, cowok berkulit hitam manis dengan senyum menggoda yang kabarnya hampir memacari seluruh siswi Garuda.
"Gantengan juga gue, tuh liat, fans gue lebih banyak daripada lo," Tenggara Anggasana, cowok yang berdiri di sebelah Galang, menyahut.
Kemal yang mendengar itu buru-buru membalas. "Jelas banyakan gue lah."
Galang hanya geleng-geleng kepala, sombong sekali dua sahabatnya itu. Jelas-jelas fansnya lah yang paling banyak di sekolah ini.
"Berisik lo berdua, emang fans bisa bikin lo pada kaya raya?" ucap Gama, membuat Tenggara dan Kemal terdiam.
Galang dan Bram kompak tertawa. Berbeda dengan Alden, cowok itu hanya diam sambil terus memperhatikan ponselnya. Ia sama sekali tak peduli dengan apa yang dibahas teman-temannya.
"Kalo jalan gak boleh sambil main handphone, Den. Kata Mami gue, bisa kesandung," Gama berucap, dengan wajah menggemaskannya.
Alden menatap Gama sekilas, lalu kembali fokus pada ponselnya. "Udah ada yang ngebuktiin kalo ucapan Mami lo itu bener?" tanya Alden, sengaja menekan kata 'Mami.
"Udah-"
Brukkk
Ke-enam cowok itu kompak memalingkan wajahnya pada gadis mungil yang sudah tersungkur di lantai. Kondisinya sangat mengenaskan, dengan ponsel yang terlempar persis di depan kaki Alden.
Nara meringis, gadis itu perlahan mengangkat wajahnya.
Mampus, kok bisa pas banget jatoh disini?!Nara diam, tak bergerak sama sekali. Ia membiarkan rambut panjangnya menutupi wajahnya yang memerah.
"HAHA.. Lo ngapain Ra?" Kemal tertawa keras, diikuti yang lainnya.
"Gak ada angin, gak ada hujan, kok lo nyungsep Ra?" Tenggara ikut tertawa, dengan jahil, ia mengeluarkan ponsel dari dalam saku jaketnya, lalu memotret Nara yang sudah lemah tak berdaya.
Alden tersenyum tipis, lalu menunduk untuk mengambil ponsel gadis itu. Ia geleng-geleng kepala, melihat kondisi ponsel Nara yang sudah hancur.
Galang menyodorkan tangan kanannya, ingin membantu Nara untuk bangkit, namun gadis itu tak kunjung menerima uluran tangannya. "Bangun Ra, kalo lo diem gini, yang ada makin banyak yang liatin lo."
Pasrah, Nara menerima uluran tangan Galang. "Makasih Gal."
Galang hanya mengangguk, ia lalu menatap Gama, Tenggara, dan Kemal yang belum juga menghentikan tawa mereka. "Mau di lanjut sampai kapan?" Galang berucap dingin, membuat ketiganya kompak berhenti tertawa.
"Sorry, bos Galang yang galak," ujar Kemal, ia memang kurang ajar.
Nara melirik Alden yang juga sedang menatapnya. Buru-buru ia memalingkan wajah, ia lalu menyambar tasnya yang masih tergeletak di lantai. "Gue ke kelas duluan ya, makasih Gal, udah bantu."
Galang mengangguk. "Lain kali hati-hati cil!"
Nara memutar bola matanya, tanpa menunggu lebih lama lagi, ia meninggalkan kumpulan cowok tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AldeNara
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Tentang Nara Pranadipta, Gadis periang yang menyukai Alden Sergio Abiyasa, cowok cuek tak berperasaan yang tak pernah membalas perasaannya. Merasa tertantang dan penasaran mengapa Alden tak pernah membalas perasaannya, Nara...