Dela masih sibuk dengan buku catatan di depannya. Sudah 2 jam Ia sibuk dengan tugas merangkum ini. Dan hanya tinggal 1 paragraf lagi dan tugasnya akan selesai.
Sebuah kotak sterofoam tiba-tiba diletakkan seseorang didepan Dela. Membuatnya mau tak mau harus mendongak untuk melihat siapa yang meletakkan sterofoam itu.
" Akbar?"tanya Dela tak percaya. Sedangkan yang ditanya hanya tersenyum.
"Buat lo."
"T-tapi kok gue?"
"Gak papa kali. Ambil aja. Gue ikhlas kok."
"Gak usah deh,Bar. Makasih gue gak laper. Mending lo kasih ke Nisa aja."jawab Dela tak enak hati.
Pasalnya Ia tau bahwa sahabatnya itu sudah lama menyukai sosok Akbar El-Fathy ini. Dan Dela tidak mau persahabatannya hancur hanya karena seorang laki-laki.
"Gak usah makasih. Kalo lo mau ambil aja. Tapi kalo lo gak mau gak papa buang aja." Ujarnya lalu melangkah pergi meninggalkan Dela sendirian.
Dela menatap bungkusan itu. Jujur saja, Ia sebenarnya lapar. Tapi Ia tak mau mengakuinya. Toh, siapa juga yang mau mengaku kelaparan di depan orang yang tidak dikenal?.
Dela membuka bungkusan itu dan mulai memakan isinya. Selain Ia lapar, Ia juga harus tetap menghargai pemberian orang kain kan?.😌
Setelahnya Dela kembali berkutat dengan tugas yang hanya tinggal satu paragraf itu. Dan hanya tinggal menunggu waktu yang telah ditentukan. Sekitar 20 menit lagi. Ia akan kembali ke ruangan mengerikan tempat dosen itu berada.
~~~
Tok tok tok"Masuk!" Suara bariton yang selalu terdengar kala seseorang mengetuk pintu itu kembali bersuara. Menandakan bahwa seseorang didepan pintu itu boleh masuk.
" P-permisi pak."
"Ya? Ada perlu apa?"
"I-itu pak. Saya mau mengoreksikan rangkuman yang bapak suruh kemarin."
Dela menyerahkan kertas-kertas ditangannya pada sang dosen. Pak Afkar tampak serius membacanya. Sesekali ia mencoret apa yang menurutnya tidak cocok dan salah.
Selang beberapa menit pak Afkar mengembalikan kertas-kertas itu. Sudah tertera banyak sekali coretan didalamnya. Dela merasa seakan-akan ia sedang menjalani masa-masa skripsi nya.
"Jangan sampai mengulangi kesalahan untuk yang kedua kalinya." Suara datar milik pak Afkar kembali terdengar.
"I- insyaallah,pak."
"Oh iya,satu lagi. Jangan biasakan bicara sambil gagap."
"Emm, baik pak. Kalau begitu saya permisi dulu,pak. Assalamualaikum."
"Waalaikum salam."
"Astaghfirullahal adzim." Lirih Afkar yang kini sudah sendirian di ruangannya.Ia tak tau. Mengapa setiap kali bertemu dengan gadis itu,hatinya selalu bergetar. Ia tak tau apa-apa tentang gadis itu. Yang Ia tau hanyalah namanya. Azkiya Dela Ananta. Hanya itu. Ia bahkan tidak tau berapa umur gadis itu. Tapi yang pasti gadis itu lebih muda darinya.
Cklekk
"Bro! Lo gak mau balik apa?" Tanya Edwin-dosen kimia sekaligus sahabat baik Afkar.
" Iya ini baru mau balik."
" Eh kalau boleh yau nih yee. Tuh anak siapa,Af?"
"Siapa?" Tanya Afkar tak mengerti.
"Ya elah pake nanya. Yang barusan keluar dari ruangan lo. Lumayan sih cantik anaknya."
"Sadar bro lo udah punya si Risya. Masih aja ngelirik yang lain."
" Iye gue inget. Kan gue cuma nanya doang. Kagak usah panas gitu deh,Af. Gue masih setia sama si Risya kok."
Afkar dibuat tak mengerti olehnya. Panas??. Untuk apa Ia panas hanya karena Edwin membahas Dela tadi?.
" Makanya cepet nyusul gue,Af. Biar hidup lo gak ngenes mulu."
"Enak aja lo kalo ngomong.umur gue masih 24. Masih terlalu muda buat gue nyusul lo. Gue mah bukan lo yang ngebet banget sampe nikah muda."
"Yee gak papa nikah muda. Yang penting gue udah kerja. Dosen pula."
"Terserah lu bae."
"Ya udah deh gue duluan ya. Bini gue dah nunggu tuh di rumah."
" Yee yang udah ada bini mah beda yaa." Balas Afkar kencang begitu Edwin akan membuka pintu. Sedangkan Edwin hanya terkekeh pelan mendengarnya.
~~~
"Assalamualaikum"
"Waalaikum salam"jawab seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di sofa.
"Duduk sini dulu,Afkar."ujarnya begitu melihat putranya hendak melangkah pergi.
Afkar pun menuruti kemauan Umi nya. Walaupun Ia pasti tau apa yang akan dibicarakan oleh Umi nya ini.
"Nak,kapan kamu mau nikah? Umi udah gak sabar pengen lihat kamu nikah."
"Masih belum Umi. Insya Allah nanti ya." Ujarnya sambil mengelus tangan Umi nya lembut.
" Umi sama Abi udah makin tua,Afkar. Umi cuma mau mastiin kalau kamu ada yang jaga nanti. Sudah ada yang dampingi kamu kalau Umi gak ada."
" Hush, Umi kok ngomongnya kayak gitu?."
"Makanya,Nak. Cepet cari calon. Umi tau kalau kamu sudah besar. Jadi Umi gak mau jodoh- jodohin kamu."
Afkar hanya menunduk mendengarkan. Ia tak berani menjawab pertanyaan Umi nya. Sudah berulang kali Umi membicarakan tentang ini. Dan sudah berkali-kali juga Afkar berusaha menghindari percakapan seperti ini.
Bukannya apa. Tapi Afkar hanya belum siap saja. Ia pikir masih terlalu muda untuknya menikah saat ini.walaupun Ia sudah memiliki pekerjaan tetap untuk dapat menghidupi keluarganya kelak.
"Umi gak mau tau. Pokoknya bulan depan harus ada gadis yang bakal kamu kenalin ke Umi." Ujar Umi akhirnya lalu beranjak pergi meninggalkan Afkar yang masih termenung disana.
Afkar menghembuskan nafasnya pelan. Susah sekali menghadapi dunia percintaan bagi orang-orang sepertinya. Yang bahkan belum tau apa itu arti cinta.
Ia benar-benar bingung saat ini. Bagaimana mana bisa Ia mendapat jodoh hanya dalam waktu 1 bulan?. Ah,Uminya ini ada-ada saja.
*
*
*
*
KIRA-KIRA APA YANG BAKAL TERJADI SELANJUTNYA YAA
APA AFKAR BAKALAN MERJUANGIN DELA??TAPI AFKAR MASIH GAK YAKIN TUHH.OGHEYY DEH
POKOKNYA KITA LIAT AJA DI NEXT CHAPTER YAA 😉SEE YOU BYE BYE🤗👋
AT THE NEXT CHAPTER
KAMU SEDANG MEMBACA
Pharmacy Love Story
RomanceAzkiya Dela Ananta. Gadis cantik pecinta buku. Tidak suka membahas tentang cinta ataupun lelaki. Sedang mengejar mimpinya untuk menjadi apoteker di jurusan farmasi. Tidak menyangka bahwa Ia telah mengubah hidup seorang dosen tampan. Afkar Alfa...