"Aku telah menyuntikkannya pada mereka. Besok seharusnya mereka tidak akan berubah menjadi bayi lagi. Jika berhasil, kau bisa memberinya pada temanmu yang lainnya."
"Terima kasih, Senku."
[Name] menghela napasnya lega. Setelah selama kurang lebih 4 bulan dia mengasuh bayi kriminal itu, hari ini obat penawarnya telah berhasil Senku buat, dan mereka telah disuntikkan dengan obat itu.
Yang sedikit rewel setelah disuntik adalah Ran. Sejak pagi memang dia sudah demam, dan ketika menerima obat itu dia semakin rewel. Hanya saja yang membuat [Name] tak nyaman, karena Ran selalu mendusel dadanya.
[Name] tahu dari Rindou jika kakaknya itu selalu sering bermain dengan wanita, dia juga teringat saat Ran pernah memberinya teh yang berisi obat perangsang. Pria licik itu sekarang menggunakan kesempatannya untuk bermanja ria dengan [Name].
Bayi Rindou terus menatap tajam pada Ran yang berada di gendongan [Name]. Tadi, beberapa kali dia melemparkan boneka pada kakaknya itu agar tidak modus pada [Name].
"Sebaiknya aku memberi kabar pada Takashi." Monolognya, "Senku, aku akan memberi bayaran atas obat ini. Kau katakan saja nominalnya."
"Berikan satu kartu hitammu."
"Saito, tolong siapkan hal yang diminta Senku. Buat kartu itu atas namanya, dan juga pin-nya." Titahnya yang diangguki oleh Saito.
"Kalau begitu aku akan kembali ke ruanganku. Ayo..."
Tangan kanan [Name] menggendong Ran, dan tangan kirinya menggenggam tangan mungil Mikey. Mikey juga menggenggam tangan Sanzu, kemudian Sanzu menggenggam tangan Rindou, Rindou memegang tangan Kokonoi, dan Kokonoi menggenggam tangan Kakucho.
Para pelayan ataupun "anak" yang tinggal di rumah itu menatap gemas pada bayi-bayi yang bergandengan tangan itu, mereka seperti ingin menyebrangi jalanan yang ramai saja.
Awalnya, mereka memang takut kepada bayi-bayi itu, karena sering menampilkan eskpresi wajah yang seram dan juga aura gelap yang melekat pada diri mereka. Namun seiring berjalannya waktu, dan melihat ekspresi mereka yang menggemaskan saat bersama nona mereka, mereka tidak dapat menahan diri untuk tidak merekam hal-hal itu.
"Takashi, kau kencan dengan Hanagaki?" Tanya [Name] begitu melakukan panggilan video.
"Oh? Apakah ini bisa dikatakan kencan? Kami lebih terkesan sebagai seorang ayah yang mengajak putrinya bermain."
[Name] terkekeh mendengar penuturan Takashi, mereka memang terlihat seperti seorang ayah muda yang mengajak putrinya bermain. Matanya melirik Mikey yang terlihat penasaran.
"Obatnya sudah berhasil dibuat, sedang diuji coba, jika berhasil besok aku akan memberikannya pada kalian." Jawabnya sambil mengangkat tubuh Mikey ke pangkuannya, agar bayi itu dapat melihat Takemichi.
"Sudah berhasil, ya... syukurlah. Apakah kami perlu membayarnya?"
"Tidak, aku sudah membayarnya." Jawabnya cepat, "Lagipula membayar Senku itu sedikit merepotkan. Terkadang dia meminta hal-hal yang tak masuk akal."
"Baiklah kalau begitu. Besok mari bertemu."
"Sampai jumpa."
Mikey memang tidak berbicara, tapi [Name] tahu jika dia sangat ingin bertemu dengan Takemichi. Sayangnya, Mikey tidak memiliki keberanian untuk bertemu dengan orang itu.
Mungkin saja suatu hari nanti [Name] bisa membawanya pada pernikahan Takemichi? Semoga saja.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY [Bonten]
Fanfiction[COMPLETED] "Hei! Kau harus bertanggung jawab karena mengetahui rahasia kami!" Tokyo Revengers © Ken Wakui