Sanzu menggigit gemas permen-permen yang berada di mulutnya. Terus menggigit, menciptakan bunyi "kretek-kretek" yang berisik.
Merasa kesal pada kekasihnya, karena dia menyimpan sabu miliknya entah dimana. Padahal Sanzu sudah membongkar kamar kekasihnya itu, tapi masih saja dia tidak menemukan sabu kesayangannya.
"Cih! Padahal dia baru saja menjadi kekasihku, tapi sudah seperti ini. Bagaimana jika nanti menjadi istri?"
"Sial! [Name] bangsat! Aku ingin sabu!!"
"Kau bicara sesuatu, Ciyo?"
Sanzu dengan cepat membungkam mulutnya dengan permen, berpura-pura tidak mengatakan apapun sebelumnya.
[Name] menghela napasnya dengan lelah. Kali ini Sanzu memang tidak membuat hancur kamarnya, namun dia membuang sampah permen di atas kasurnya, dan juga remahan-remahan permen itu.
Sanzu memintanya tidur dengan semut?
"Pulanglah, kenapa kau masih di sini?"
"Mengusirku?"
"Tentu saja! Kau selalu membuatku merasa repot!"
Tidak ada kata kalem ketika menghadapi Sanzu. Sifat [Name] yang dewasa dan tenang seketika menghilang setiap berhadapan dengan Sanzu.
"Jika aku tidak mau?"
"Aku akan memberimu penglihatanku." Jawab [Name] dengan senyuman mematikan.
Sanzu bergegas bangkit dari kasur [Name], sambil merapikan bungkus permen yang dia sengaja buang di kasur kekasihnya itu. "Biarkan aku menginap hari ini." Ujar Sanzu, setelah selesai merapikan kekacauan.
"Dan kenapa aku harus mau?"
"Hey, mommy. Treat me like Rindou, okay?" Ujar pria itu, sambil menaikkan dagu [Name] dengan telunjuknya. "I wanna kill Rindou, that fucking bastard!"
"Language, Ciyo."
"Sorry, mommy? Or nah~ just give me kiss."
Dengan cepat, [Name] memberi kecupan pada dagu Sanzu. Sengaja melakukan hal itu untuk menggoda kekasihnya itu, dan ya, Sanzu sudah memasang wajah jengkel padanya.
Hubungan antara keduanya itu jarang romantis, atau bahkan bisa dikatakan tidak romantis sama sekali. Menjalani hubungan love-hate relationship yang sering menyusahkan orang lain. Keduanya sangat sering bertengkar!
Tidak hanya adu mulut, terkadang mereka bertengkar dengan fisik. Katana, pisau lipat, pistol, payung, mereka sering mengacungkan senjata itu satu sama lain. Lalu akan berhenti jika salah satu dari mereka terluka.
Tidak ada lagi [Name] yang rasional. Bahkan dia berani menodongkan payung yang berisi banyak roh jahat, dan juga pistol ke kepala Sanzu. Dia juga sering melukai tubuh dan wajah tampan kekasihnya itu, namun pada akhirnya dia juga mengobati luka yang dia buat.
"Cih! Jika Rindou memintamu menciumnya, kau pasti akan melakukannya."
"Tentu saja, kenapa aku harus menolaknya?" Tanya [Name] dengan senyum remeh. "Dia itu pria yang saaa~ngat manis."
Sanzu terkekeh, entah darimana datangnya, kini di pelipis [Name] sudah menempel pistol yang berisikan penuh dengan peluru. "Pistolku sudah lama tidak mencium seseorang. Sepertinya dia juga ingin menciummu, mommy." Ujarnya dengan jarak wajah yang sangat dekat.
"Aku tidak punya waktu bermain denganmu." Jawabnya dengan tenang menurunkan pistol itu. "Aku mempunyai janji dengan Luna dan Mana, kami akan bermain ke taman hiburan. Kebetulan cuaca malam ini bagus, jadi kau kembali ke markas Bonten."
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY [Bonten]
Fanfic[COMPLETED] "Hei! Kau harus bertanggung jawab karena mengetahui rahasia kami!" Tokyo Revengers © Ken Wakui