"Kerja bagus, [Surname]-san! Seperti biasanya, kau memang ahlinya dengan pisau bedah!"
Setahun berlalu, semuanya kini menjadi normal. Karena tidak mengasuh bayi lagi, [Name] kembali bekerja sebagai Dokter Bedah, sekaligus menjadi Direktur Utama di rumah sakit milik neneknya itu.
Bonten juga melakukan aktivitas mereka dengan normal. Kali ini, mereka tidak lagi mengedarkan narkotika ataupun prostitusi. Mereka membentuk sebuah perusahaan yang bekerja di bidang industri dan juga persenjataan.
Tapi, mereka masih bekerja sebagai pembunuh jika saja ada orang kaya yang menyewa mereka. Mereka juga masih membunuh para pengkhianat.
Jejak kejahatan mereka dianggap tidak ada oleh pemerintah Jepang, sebab mereka telah berkontribusi pada pemerintahan, dengan mengirim beberapa senjata untuk para polisi dan tentara.
Alasan sederhana mereka mencoba memperbaiki diri karena [Name]. Mereka tidak ingin merusak reputasi [Name] sebagai seseorang yang baik. Juga tidak ingin merepotkan Takemichi, pria itu harus bahagia dengan Hinata sekarang, sebab mereka juga mulai bahagia.
"Halo? Ada apa Kakucho?"
"Begini, apakah kau sibuk malam ini? Kami ingin mengajakmu makan malam."
"Ah... sayang sekali... maaf aku tidak bisa datang. Malam ini aku ada janji dengan Nenek, mungkin lain kali? Maaf sekali..."
"Tidak, tidak apa-apa. Salah kami karena mengajakmu mendadak. Lain kali kami akan mengajakmu jauh-jauh hari."
"[Surname]-san!! Tolong bantu operasi di ruangan tiga!!"
"Baiklah, aku menantikannya Kakucho. Titip salamku pada yang lain, aku harus pergi dulu!"
"Semoga operasinya lancar."
Kakucho mematikan panggilan, menatap rekan-rekannya kemudian menggeleng dengan lemah. Desahan kecewa kompak dikeluarkan oleh ketujuh rekannya, lagi dan lagi mereka gagal mengajak [Name] untuk makan malam.
[Name] tidak menghindari mereka, hanya saja jadwalnya begitu padat sehingga susah untuk bertemu meski sebentar. Sebenarnya mereka juga tak kalah sibuk, oleh karena itu komunikasi hanya mereka lakukan melewati ponsel.
Mikey menggerutu sebal, dia sudah sangat merindukan [Name] setelah terakhir bertemu 2 bulan yang lalu. Dia kesal sebab hanya bisa melihat [Name] dari layar TV saja.
Tidak hanya bekerja di ruang operasi, atau ruang dukunnya, atau ruangan direkturnya. [Name] juga sering muncul di TV pada program kesehatan. Selain itu karena kakeknya juga merupakan seorang politikus, [Name] ikut terseret dalam hal itu.
"Seperti biasa, dia cantik..." Puji Ran dengan siulan saat melihat [Name] pada sebuah berita.
"Percuma saja cantik, jika diajak bertemu tidak bisa!" Gerutu Mikey dengan wajah kesal. "Memangnya dia tidak merindukan kita!?"
"Tidak ada yang bisa kita lakukan, Mikey. Kehidupan [Surname] menjadi lebih padat karena Nenek dan Kakeknya." Ujar Takeomi memberi sepiring penuh dorayaki untuk Mikey.
"Tapi dia bisa tuh bertemu dengan Takashi!"
Takeomi menghela napasnya lelah, "Mitsuya direkrut oleh Neneknya untuk menjadi designer pribadi [Surname], tentu saja mereka sering bertemu!" Jelasnya dengan geraman kecil.
"Haruskah kita bekerja sebagai pengawalnya? Supaya kita sering bersama dengannya?" Tanya Kokonoi, "SETUJU!! SIAPAPUN YANG BERANI MENYENTUHNYA, KATANAKU AKAN MENEBAS KEPALANYA!!" Ujar Sanzu kelewat semangat.
"Bukankah kita sudah berjanji untuk tidak melakukan pembunuhan di hadapan [Surname]? Kalian mau dia menjauh dari kalian?"
"Tidak..."
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY [Bonten]
Fanfiction[COMPLETED] "Hei! Kau harus bertanggung jawab karena mengetahui rahasia kami!" Tokyo Revengers © Ken Wakui