08.Harpa Besi rongsokan.

1 0 0
                                    

o0o

"Aku diam bukan berarti aku cosplay master Limbad"

Maya Raadangdut_

o0o

Happy Reading 😍

"Alhamdulillah kenyangg!!"

Setelah selesai menyantap Soang guling.
Kelima gadis itu duduk sambil meluruskan kakinya ke depan kecuali Maya.

Maya saat ini tengah menatap nanar tulang tulang soang yang baru saja ia lahap bersama saudara-saudaranya.

Setetes air hidung mengalir dan jatuh mengenai tulang soang itu.

"Hiks hiks maafkan akyuhh soanngg!!"
Maya mengeluarkan air mata buaya dan menangis tersendu sendu.
Hal itu membuat saudara saudaranya menatap Maya tertegun dan langsung salto menghampirinya.

"Lo kenapa dek?" tanya Novita bingung.

Beberapa menit berlalu tetapi Maya tak kunjung menjawab pertanyaan Novita.

"Lo pincang?"

"Tuli bego!!"

"Sial!! gue punya dosa apa sampe di kasih sodara nggak waras semua."

"Bener tuh, yang bener tuh buntung."

Perkataan pedas saudara saudaranya tetap tidak menggangu aktifitas pura pura bisu Maya.

Hingga tepukan di pundaknya membuat Maya langsung tersadar dari lamunannya dan menatap Alina yang baru saja menepuk pundaknya menggunakan palu.

"Jangan cosplay Master Limbad ajg!. Kita ikut emosi bansd."
ucap Alina pelan sambil merangkul Maya penuh dendam.

"Hiks!! s-soang yang kita makan tadi tuh soang yang gue colong di rumah raksasa."

"Hahh?!! apa?!!"
Alina berucap sok kaget. Padahal dari tadi ia sudah menyadari bahwa soang yang mereka santap adalah soang hasil curian.

"B-berarti kita makan barang haram dong?"
Nisa mengguncang pundak Novita sembari menangisi nasib mereka yang sangat naas.

"Stt diem! dengerin maya dulu."
ucap Novita bijak.

"Gimana kalo si raksasa nyamperin ke sini buat minta si soang?."
tanya Maya menatap saudaranya penuh harap.

"udah, pasti tu raksasa ga bakalan dateng ke si-"
Perkataan bijak Alina terpaksa terhenti kala mendengar suara ketukan pintu.

Kini, semua mata memandang ke arah pintu.
Dengan sigap, Ara menggelinding menuju pintu untuk mengetahui siapa yang mengetuk.

Kelima saudara Ara yang lain datang menghampiri Ara yang tengah terkaget kaget sampai kejang kejang di depan pintu.

"Siapa Ra?" tanya Nisa.

"Papa? Tumben kesini. Biasanya papa dateng kalo perlu ikan doang."
Maya bertanya kepada sang ayah yang tengah leha lehoy di depan pintu sambil membawa gagang kapak.

SOMPLAKableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang