2. Puncak

287 40 10
                                    

Hai gaes!!!

Aku gak bakal banyak bacot. Aku cuma mau bilang makasih udah mau baca~~ 😍😍

Selamat membacaa~~ 😄😄






Jakarta Selatan, 10 Agustus 2017

Bramawijaya. Kampus swasta elite yang diisi oleh banyak anak orang kaya. Yah, walah tak sedikit diisi oleh orang biasa yang cerdas. Mereka masuk biasanya dengan beasiswa karena tak sembarang orang biasa bisa memasuki kampus unggulan itu.

Tahun ini menjadi yang ke-21 penerimaan mahasiswa baru. Seperti tahun sebelumnya. Banyak anak orang kaya ataupun anak biasa dari dalam kota sampai luar kota mendaftarkan diri ke kampus itu. Tak sedikit pula dari mereka terpaksa masuk kesana karena suruhan orang tua mereka.

Contohnya, tuan muda Mahendra ini. Anak bungsu dari Majes Mahendra, pemilik perusahaan makanan ternama di kota itu.

Vano Restu Mahendra. Sejak awal dia tidak ada kepikiran untuk berkuliah. Setelah tamat dia ingin merasakan kebebasan dengan menjadi fotografer profesional di luar negeri. Tapi apalah daya. Kekuasaan dan kekuatan ayahnya lebih besar dari niatnya.

Walaupun dia menuruti ayahnya untuk masuk kampus elite itu, tapi dia tidak akan membiarkan pilihannya memilih jurusan dikacaukan oleh ayahnya itu. Dan dia harus sedikit menanggung resikonya.

"APA!!! Ayah sudah bilang pilih jurusan bisnis! Kenapa kau malah memilih jurusan nggak jelas itu! Hah?!" Memang itu yang harus ditanggung Vano.

Vano mengangkat sedikit pandangannya. Dia memberanikan diri untuk menatap sang ayah. "Ayah dulu bilang yang penting Vano bisa masuk ke sana apapun jurusannya. Kenapa ayah malah marah?"

"Apa?! Kapan pula aku--"

"Yah! Aku sudah mengikuti suruhan ayah! Kenapa ayah selalu memarahiku?! Yang pentingkan aku udah masuk sana. Pilihanku nggak salah! Jurusan inilah pilihanku!" Ah.. baru kali ini Vano berani berteriak seperti itu pada ayahnya.

"Kau sudah berani melawan ya?!"

PLAK!!!

Satu tamparan kembali mendarat pada pipi kiri Vano. Kali ini pun Vano tidak merasakan sakit lagi karena sudah terbiasa dengan itu. Tapi entah kenapa dia merasa hatinya selalu sakit, seperti ada yang menusuk ulu hatinya.

"Tuan muda!" Lagi. Untuk kesekian kalinya para pembantu selalu menyaksikan pertengkaran ayah dan anak itu berakhir dengan tamparan.

"Hah.. terserah kau saja. Aku sudah nggak bisa lagi mengaturmu!" Majes berjalan kearah sofa. Dia mengambil jasnya yang tadi dilemparkannya kesana. "Ingat! Kalau memang itu pilihanmu, kau harus bertanggungjawab dan harus mendapatkan nilai sempurna untuk itu. Jangan buat aku malu."

Setelah mengatakan itu, Majes melangkahkan kakinya keluar. Dia akan kembali ke kantor. Tadi karena mendapat kabar dari pihak kampus tentang pilihan jurusan Vano dia segera meninggalkan kantor dan pulang.

Vano masih berdiam diri di ruang tamu yang besar itu. Para pembantu tadi mulai mendekati Vano untuk menanyakan apakah dirinya baik-baik saja?

"Tuan muda.." Ucap salah satu dari mereka. Beliau sudah Vano anggap seperti pengganti ibunya. Beliau juga merasa sakit kalau Vano terus dipukuli seperti itu.

Dia pun tersadar. Ini sudah bukan waktunya untuk melamun. Dia harus mempersiapkan diri untuk acara penyambutan mahasiswa baru nanti. "Vano nggak papa kok bik. Vano ke kamar ya, mau siap-siap untuk ke kampus besok." Dengan wajah muram, Vano pergi menuju kamarnya di lantai dua.

☆☆☆☆

Tangerang, 10 Agustus 2017

Kamar bernuansa putih cream itu tengah terisi gelak tawa dari dua gadis muda yang sedang antusias membahas hari esok. Besok, tepatnya hari Jumat sore mereka akan pergi ke puncak untuk acara penyambutan mahasiswa baru.

Limerence | Rasa Ingin Memilikimu Semakin Kuat [Jaeminju]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang