6. Kebenaran

185 35 5
                                    

Hai gaes!!!

Sorry lama banget gak update. Ada setengah bulanan. Huft😥

Tapi aku usahain bakal up setiap hari kamis atau jumat. Insyallah🤧🤧

Oke langsung aja yaaaa

















Jakarta Pusat, 04 September 2017

Hari presentasi pun tiba. Meisya sampai di kampus dengan rasa senang. Beberapa hari yang lalu Meisya mengerjakan tugasnya bersama Vano. Lebih tepatnya Meisya yang cari bahan Vano yang merapihkannya. Walau tak berdiskusi secara langsung bagi Meisya sudah cukup. Cukup untuk membuat nilainya aman.

Tiba-tiba seseorang menghampiri gadis itu. Saat menoleh dia melebarkan senyumnya saat mendapati bahwa sang pacar yang menghampirinya.

"Kayaknya seneng banget hari ini. Ada kejadian apa tuh?" Tanya Gilang. Dia tanpa malu-malu lagi langsung menggenggam tangan Meisya.

"Ahh kelihatan ya?" Meisya memegang pipinya dengan sebelah tangannya yang bebas.

"Banget. Kamu kan nggak bisa nutupin emosi kamu." Gilang mengusap kepala Meisya dengan lembut.

"Itu.. aku seneng karena nilai aku bakalan aman. Kamu tau kan kalau aku masuk kesini karena beasiswa. Jadi aku nggak mau nilai aku turun satu pun." Ucap Meisya. Tak pernah sekalipun dia melepaskan senyuman diwajahnya.

Gilang terdiam. Dia berpikir. Apa yang dimakaud pacarnya itu tugas kelompok bersama pria aneh itu?

"Menurut aku, temen kelompok kamu itu aneh deh." Ucap Gilang. Mereka berhenti melangkah karena mereka sudah sampai digedung fakultas ilmu komputer.

"Hm? Aneh? Maksud kamu?" Memang semua teman satu kelas dan jurusannya mengatakan kalau Vano itu aneh. Dan mereka juga mengatakan kalau Meisya terlalu berani mengajak bicara Vano.

"Iya aneh. Seharusnya cowok kayak dia itukan punya banyak temen, terus nggak tertutup kayak dia. Pasti ada sesuatu yang disembunyikannya." Gilang sudah merasa tak suka saat pertama kali melihat Vano. Dia merasa aneh.

"Hmm yah terserah juga sih dia mau gimana. Yang penting nilai aku kali ini bagus. Kamu tenang aja. Habis ini aku usahain nggak terlalu deket sama dia deh." Meisya tau kalau pacarnya itu khawatir. Tapi demi nilai dia akan menahan semua perkataan orang.

"Ya udah, kamu masuk gih. Aku juga udah mau masuk kelas." Gilang pun melepaskan tangannya.

"Hmm.. kamu semangat ya belajarnya~ Nanti siang kita makan bareng! Dah!" Meisya berlari masuk kedalam gedung. Dia segera menghampiri Zeanne yang sudah menunggunya di depan pintu masuk.

Pandangan Gilang teralihkan saat dia melihat seseorang yang menjadi pembicaraannya dengan pacarnya tadi. Vano. Hari ini pun dia memakai pakaian tertutup. Hoodie hitam polos di padukan dengan celana tranning hitam berliris putih. Tak lupa juga dia menutup kepala dengan topi hitamnya. Dia menutupi sebagian wajahnya dengan topi hoodie.

Kenapa Gilang merasa terancam saat melihat pria misterius itu? Apa karena pacarnya berdekatan dengan pria itu? Bukan. Gilang merasa seperti itu karena takut kartunya yang selama ini di sembunyikannya terbuka begitu saja oleh pria itu.




☆☆☆☆




Seperti yang diharapkan Meisya. Presentasi bersama Vano itu sangatlah menguntungkan. Walau dia tak pernah diskusi tapi setelah mendapat penjelasan dari Vano dia jadi mengerti pembahasan materi mereka.

Teman-teman yang lain juga terpukau dengan hasil presentasi mereka. Saat itu juga mereka mendapatkan nilai paling tinggi karena berani untuk tampil duluan.

Limerence | Rasa Ingin Memilikimu Semakin Kuat [Jaeminju]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang