Part 1

52 31 36
                                    

Assalamualaikum
Halo, selamat pagi, malam, siang, sore semuaaa..
I just wanna say..
Enjoy bacanya yaa, ini first time aku buat cerita teenfiction kaya gini, so , I hope kalian suka yaa.
Kritik dan saran diterima di sini dengan lapang dada.
.
.
.
Happy reading 🖤
.
.

I see your monsters

I see your pain

Tell me your problems

I'll chase them away

I'll be your lighthouse

I'll make it okay

When I see your monsters

I'll stand there so brave

And chase them all away
...

Aninda mengakhiri petikan gitarnya ketika terdengar suara Mamanya, Bu Ara memanggilnya. Ini sudah waktunya makan malam. Aninda menaruh gitar nya ke tempat semula. Ia segera beranjak keluar kamar menuju lantai bawah.

Gadis 16 tahun itu gadis yang ceria. Hidupnya seakan penuh warna. Memiliki orang tua yang romantis, adik yang penyayang dan keluarga yang harmonis, adalah impian setiap anak yang dari kecil harus merasakan patahnya hati karena pertengkaran keluarga. Rumah yang besar dan mewah menambah iri setiap orang yang melihat.

Senyumnya selalu terpasang seakan topeng yang sudah menyatu dengan wajahnya. Begitu enerjik hingga kadang orang orang berpikir, hidup Aninda selalu bahagia. Tapi, mungkin memang bahagia. Karena satu masalah tak pernah hinggap di bahunya, kecuali biasanya masalah cinta. Cinta monyet biasa, anak remaja. Atau mungkin karena Aninda pandai mengatasi masalah, menjadikan masalah besar menjadi kecil dan menganggap masalah kecil itu tidak ada.

Pak Sahil, Papanya, Bu Ara, Anaya adiknya dan Mbak Fia, Asisten Rumah Tangga di rumah Aninda sudah duduk rapi di meja makan.

"Tinggal nunggu aku ya? Hehe." cengiran khas Aninda dalam menghadapi berbagai situasi.
"Kak Anin lama deh." Anaya cemberut, adiknya itu pasti sudah sangat lapar.

Aninda segera duduk bergabung bersama mereka. Mereka berlima pun mulai membaca doa bersama dan memakan makanan masing masing dengan nikmat. Hanya ada dentingan suara sendok garpu yang beradu dengan piring. Ayam rica rica buatan Bu Ara memang the best. Hingga tak perlu waktu lama, mereka sudah menghabiskan makan malamnya, bahkan Pak Sahil saja nambah.

"Enak banget Ma soalnya." ucap Pak Sahil saat diejek Bu Ara.

Aninda membantu Mbak Fia membawa piring kotor ke tempat cuci piring. Mbak Fia tentu sudah dianggap seperti saudara sendiri.

Ting tong ting tong..

Suara bel rumah terdengar. Bu Ara segera membukakan pintu.
"Malam tante, Assalamualaikum."
Itu Dannie Ragatha. Tetangga sekaligus teman sekolah Aninda dari kecil sampai SMA. Herannya, mereka berdua selalu satu kelas. Mereka dekat tapi tak mau dianggap sahabat, karena memang, ketika bertemu mereka seperti Tom and Jerry, tahu kan gimana Tom and Jerry ketemu?

Gurun SaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang