Sebelumnya mau tanya dong, enaknya dikasih visual cast atau engga ya? Atau readers sendiri yg mau berimajinasi karakternya? Comment yaa..
.
.
Happy reading all
.
.
."Silakan duduk Pak,Bu."
Pak Sahil dan Bu Ara duduk di depan Dokter Andrew yang memang menunggu dari tadi.
"Bagaimana dok? Apa yang terjadi pada anak kami?" Bu Ara terlihat tak sabar dari tadi.
"Saya akan jelaskan pelan pelan. Sebelumnya, perkenalkan nama saya Dokter Andrew, saya adalah Dokter spesialis saraf."
ujar Dokter Andrew."Saraf? Apa yang terjadi dok?" tanya Bu Ara sekali lagi.
"Anak bapak dan ibu tidak mengalami luka serius pada bagian luar tubuh, kami sudah membalut luka yang di kepala Aninda." terang Dokter Andrew.
"Syukurlah dok.""Tapi Pak, Bu. Mungkin dikarenakan benturan keras terjadi di kepala Aninda, sehingga dia mengalami Traumatic brain injury atau cedera otak. Apakah saat kecelakaan Aninda tidak memakai pelindung kepala?"
"Tidak dok." jawab Pak Sahil."Akibat adanya cedera otak tersebut, kami pun melakukan tes darah, CT scan, MRI dan EEG yang menunjukkan hasil bahwa Aninda terkena amnesia."
"Amnesia dok? Lupa ingatan?" Bu Ara nampak terkejut mendengar penuturan Dokter Andrew.
"Iya Bu. Aninda mengalami amnesia retrograde. Amnesia ini menyebabkan hilangnya ingatan pada memori masa lalunya." jelas Dokter Andrew.
"Astaghfirullah, Ya Allah.." Bu Ara menyenderkan kepalanya pada bahu Pak Sahil. Dia tak menyangka anaknya akan mengalami hal seperti ini. Pak Sahil mencoba menenangkan Bu Ara. "Lalu, apa hanya itu dok?" tanya Pak Sahil.
"Sayangnya tidak Pak. Saraf otak yang menghubungkan otak dengan saraf tulang belakang juga mengalami kerusakan. Sehingga, sinyal untuk bergerak tidak sampai pada otot dan menyebabkan kelumpuhan dari pinggang sampai ke bawah." lanjut Dokter Andrew menerangkan.
Bagai petir di siang bolong menghujam hati Pak Sahil dan Bu Ara. Tak kuasa mendengar penjelasan dari Dokter Andrew, Bu Ara menangis sejadi jadinya. Ia memeluk suaminya, mencoba menguatkan dirinya sendiri untuk menerima segala kenyataan yang terjadi.
"Bapak dan Ibu mohon bersabar ya. Untuk saat ini, kami akan memindahkan Aninda ke ruang rawat inap karena Aninda mengalami koma sementara akibat benturan keras di kepalanya. Jika Aninda masih belum sadar setelah tiga hari, maka kami akan memindahkan Aninda ke Ruang ICU."
"Saya harap bapak dan ibu kuat agar anaknya juga bisa kuat. Itu saja yang saya sampaikan, untuk kondisi lebih lanjut, kita tunggu Aninda sadar dari koma nya. Terima kasih Pak, Bu."
"Terima kasih kembali Dok."
Pak Sahil dan Bu Ara keluar dari ruangan Dokter Andre, mereka berjalan menuju UGD. Sampai di sana, Aninda sudah akan dibawa ke ruang rawat inap.
"Tante, Om, apa yang terjadi?" Sonia yang melihat Pak Sahil dan Bu Ara, segera meminta penjelasan tentang keadaan Aninda.
"Administrasi sudah aku urus, sehingga Aninda sekarang bisa langsung di bawa ke ruangan. Bagaimana penjelasan Dokter tadi?" Pak Bayu juga penasaran dengan apa yang terjadi.
Bu Ara masih tak kuasa menahan tangis. Ia memeluk Sonia, menumpahkan segala kesedihannya di pundak Sonia.
"Aninda..."*****
"Dan, lo kuat kan di dalam?" Emar masih setia di depan pintu kamar mandi Dannie. Emar khawatir melihat keadaan Dannie. Tidak ada suara seseorang mandi, hanya suara shower yang mengalir di malam yang sunyi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gurun Sahara
Teen FictionKRITIK DAN SARAN DITERIMA DENGAN LAPANG DADA. . UPDATE TIAP HARI MINGGU . . "Hampa, kosong, sepi, tandus. Semua nampak sama aja. Itu hidup gue sekarang." ~Aninda Sahara~ . Sahara, bagi Aninda itu hanyalah sebuah nama. Nama gabungan dari Papa dan Ma...