Karin 🕊️[4] Revisi

3.6K 348 12
                                    

"Apa yang kalian lakukan? Aku lihat rumah ini masih berantakan, debu dimana-mana, dan kalian malah bergosip begini. Kalian mau makan gaji buta, hm?"

"Maaf Nyonya Karin, Nyonya Sooyoung melarang kami membersihkan rumah." Salah seorang maid dengan enggan menjawab seolah ia berbicara dengan rekan kerjanya.

Karina mengangguk mengerti. "Kalau begitu, kemasi barang-barang kalian, dan segera pergi dari sini."

"Maaf sekali lagi Nyonya Karin, kami tidak bisa mengikuti perintah, Nyonya."

"Iyalah …. Memangnya kau siapa bisa memerintah mereka semua?" Ucap Anggia dengan nada congkaknya. Ia berdiri di sana dengan angkuh, menatap Karina rendah. Ia masih dendam dengan kejadian semalam.

"Kau tanya aku? Aku siapa?" Karina bersedekap dada. Menatap Anggia dengan raut wajah meremehkan. "Aku adalah pemilik rumah ini. Rumah ini atas namaku. Harusnya aku yang bertanya, kau siapa?" Tantang Karina.

"Nyali kau besar sekali akhir-akhir ini, ya. Apa kau kangen dengan rasa kena tusuk jarum? Kalau iya, maka dengan senang hati kami di sini membantu mengurangi rasa kangen kau itu. Kau, ambil yang biasa." Perintah Anggia kepada salah seorang maid.

Sedangkan Karina cuma menatap malas. Sepertinya terlihat menyenangkan. Tapi masa sih pakai jarum, tidak kreatif sekali.

"Bawa dia."

"Tidak usah pegang-pegang. Aku bisa jalan sendiri." Tolak Karina.

Karina menatap nyalang gudang yang menjadi saksi dari semua perbuatan penyiksaan yang dilakukan oleh mertuanya, tidak-tidak! Karina tidak akan pernah menganggap perempuan tua itu mertuanya.

Karina bertanya-tanya, apakah mereka ini masih memiliki sisi kemanusiaan? Setiap ingatan yang tidak mengenakan melintas dalam pikiran Karina, rasanya emosi Karina meluap-luap. Kok bisa sih penghuni tubuh ini sebelumnya sabar sekali. Kala itu dia, sudah pasti mengadu lah. Nah, maka dari itu, sehabis ini mau mengadu, hihihi ....

Plak!

Karina terperanjat kaget ketika rasa panas menjalar di pipinya.

"Apa yang kau tertawakan?!"

"Berani sekali kau menyentuh pipiku. Bagaimana kalau pipiku tubuh jerawat karena bakteri dari tangan kotor kau itu? Kau mau bertanggung jawab, hah?" Karina menatap Anggia jijik.

Napas Anggia sudah tidak beraturan karena tekanan emosinya memuncak. Baru kali ini emosinya tidak stabil selama hampir dua tahun dia menyiksa Karina.

Sret

Anggia menjambak rambut Karina kencang. Rasanya Anggia ingin sekali menarik rambut Karina hingga lepas sampai ke akar-akarnya.

"Seharusnya anak yatim piatu seperti kau ini harus tahu diri. Tempat kau itu harusnya di panti, bukan rumah megah bak istana. Dan berhenti menggunakan tubuh kau ini untuk menggoda suamiku. Kau harus tahu batasan, Karina!"

"YAK!" Anggia teriak kencang karena wajahnya diludahi oleh Karina.

Plak!

Anggia kembali menampar Karina.

"Bagus Anggia, bagus, hahaha ...."
Karina tertawa senang yang mana membuat orang-orang yang berada di sana bingung. "Inilah yang ku tunggu. Kau sudah melakukan kesalahan besar kali ini. Kau tahu, ini akan menjadi bukti kalau kau telah melakukan kekerasan kepadaku."

Pindah Raga ° JenRina verTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang