BAB 1 Chapter 1: Nuralif Fianti

16 0 0
                                    

'Drap drap drap'

Suara derap langkah kaki memenuhi gedung fakultas ilmu pendidikan pagi ini. Jam sudah menunjukkan pukul 07.45 pagi, yang artinya tersisa 15 menit lagi sebelum jam pertama kuliah pada hari Senin ini dimulai. Gedung ini dinamakan gedung daksanaputih, karena warna gedung ini putih. Sesederhana itu saja. Sebuah gedung tempat fakultas ilmu pendidikan atau biasa disingkat dengan FIP dari Universitas Cahaya Batavia atau UCB. Entahlah, mengapa kampus ini dinamakan 'Cahaya Batavia' padahal sudah jelas kotanya sekarang bernama Jakarta, bukan Batavia lagi. Singkatan kampus inipun sering menjadi plesetan beberapa orang bahkan oleh mahasiswanya sendiri, yaitu menjadi UCuB. Ah, seharusnya mereka yang bernama 'Ucup' harus mendapatkan pendidikan gratis sampai drop out di kampus ini.

Aku Jayden. Jayden Prakarsa Angkasa. Ya, namaku sedikit unik memang. Mengapa harus ada 'Angkasa' pula di dalamnya? Padahal bermimpi menjadi astronot saja tidak pernah. Tapi sudahlah, nama adalah pemberian orangtua. Aku biasa dipanggil Jay oleh kebanyakan orang. Selain itu aku juga banyak panggilan lain, seperti Arsa, Asa, atau bahkan yang paling tidak enak didengar, Nden.

Aku seorang cowok dengan perawakan sedikit chinese. Padahal keluargaku tidak ada orang China, tapi mungkin ini karena percampuran dari keluarga Ayahku yang seorang Manado-Minang-Palembang dan ditambah sentuhan Jawa dari Ibuku, dan tadaaa terlahirlah sosok sepertiku. Bertinggi 170 cm dengan berat 67 kg, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus juga. Mataku minus yang mana membuatku harus selalu menggunakan kacamata di dalam keseharianku, khususnya dalam menjalankan aktivitas perkuliahan.

Oh iya, aku seorang mahasiswa. Mahasiswa baru tepatnya dari jurusan bimbingan dan konseling. Iya itu, jurusan yang sebagian besar akan menjadi guru BK di sekolah-sekolah. Padahal bermimpi menjadi guru saja tidak, tapi takdir berhasil membawaku ke dalam dunia pendidikan ini. Aku berada pada angkatan 2016, sesuai dengan tahun masukku. Sekarang aku masih semester 1, dan hari ini perkuliahan sudah berjalan 5 minggu lamanya.

"Jay, lu ngapain bengong?"

Perhatianku teralihkan dari gedung daksanaputih ini ke arah orang yang memanggilku. Ah ternyata Darto. Salah satu temanku di kelas. Dia sama sepertiku, seorang mahasiswa bimbingan dan konseling. Seorang perantau dari Brebes dengan tubuh gempal dan rambut keritingnya. Ia orang yang sangat serius, realistis, dan maniak game. Baru 5 minggu mengenalnya saja, aku langsung tau dia seorang gamers, karena setiap waktu kosong di kelas selalu ia gunakan untuk bermain game melalui handphone-nya.

"Kagak, lu baru datang To?"

"Iya seperti yang lu lihat. Ayo langsung masuk aja, kelas udah mau mulai." ucap Darto.

"Engga ada tugas kan ya?" tanyaku berjalan di samping Darto masuk ke dalam gedung daksanaputih di depan kami.

"Keknya engga ada deh. Engga tahu juga gue Jay."

"Ah gue tahu..."

"Hah? Tahu apaan? Tugas?"

"Bukan,"

"Lah terus?" Darto menatapku dengan raut wajah penasarannya.

"Gue tahu lu weekend kemarin pasti main game terus sampai lupa ada tugas atau engga yee kan hahaha." Jawabku dengan gelak tawa diakhir.

"Biasalah..." ujarnya sambil memperlihatkan layar handphone-nya yang sedang menampilkan sebuah permainan.

Kami berdua tertawa bersama sambil menaiki tangga menuju ruang kelas kami yang berada di lantai 3 gedung daksanaputih ini. Jam sudah menunjukkan pukul 07.55 pagi, masih belum terlambat untuk datang ke kelas, namun sudah terlambat untuk mengerjakan tugas jika memang ada.

-|--|--|--|--|--|--|--|--|--|--|--|--|--|--|--|-

"Jay mau makan kagak? Ehsan udah nungguin tuh di depan kelas." tanya Darto berdiri di depanku.

Love Failure StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang