BAB 1 Chapter 4: Keresahan

8 1 0
                                    

"Baik, kuliah pada hari ini cukup sampai disini. Jangan lupa untuk tugasnya nanti dikirim ke email saya." ujar seorang dosen perempuan yang sudah lansia dihadapan para mahasiswanya.

"Siap Ibu Michiku." teriak serempak mahasiswa di dalam kelas tersebut.

Perkuliahan hari ini selesai dengan meninggalkan bekas lelah yang sangat pegal dibadan ini. Sekarang jam menunjukkan pukul setengah 3 sore, dan berhubung ini hari Kamis, maka tidak ada perkuliahan sore. Banyak dari teman-temanku mulai bersiap-siap untuk pulang, atau mungkin hanya sekadar nongkrong bersama yang lainnya.

Aku masih terduduk menatap papan tulis putih di depan kelas yang penuh dengan coretan tulisan tangan dosenku tadi, Ibu Michiku. Mata kuliah pengantar psikologi ini benar-benar membuat psikologiku kacau. Mengapa sulit sekali memahami tentang kejiwaan itu? Aku kira bimbingan dan konseling tidak harus berurusan dengan hal-hal yang biasanya berada dijurusan psikologi.

"Ayo shalat dulu."

Suara Ehsan membuyarkan lamunanku. Ternyata ia sudah berdiri di sampingku dengan tasnya sudah ia kenakan dipunggungnya. Darto kulihat sekilas masih membereskan peralatan kuliahnya ke dalam tas. Aku hanya menganggukan kepala, tanda menyetujui ucapan Ehsan.

"Tugasnya tadi buat resume doang kan ya? tanyaku kepada Ehsan seraya memasukan beberapa barangku ke dalam tas.

"Oh, buat resume ya?" tanya balik Ehsan.

"Dih lu ditanya malah balik nanya San." gerutuku.

"Iya buat resume berdasarkan bab yang dibahas tadi dan yang akan dibahas minggu depan." timpal Darto yang sudah ikut berdiri di dekatku.

"Gue kira lu main game terus tadi di belakang..." ujar Ehsan.

"Kagaklah, multitasking San. Main game sambil dengerin dosen." kata Darto dengan bangganya.

"Ada ya multitasking-nya kaya begitu?" tanyaku.

"Cuma Darto emang HAHAHAHA."

Tawa Ehsan mengakhiri percakapan kami di kelas sebelum kami beranjak keluar dari dalam. Terlihat banyak sekali mahasiswa-mahasiswi berlalu lalang di dalam gedung daksanaputih ini. Kami harus melewati beberapa kerumunan untuk mencapai tangga dan segera menuruninya. Ketika sudah berada di lantai 2, tepat di depan lorong jurusan, mataku menangkap sosok Alif berada di sana bersama teman-teman sekelasnya. Ekor mataku juga menangkap sosok Sadil didekatnya. Kedua temanku yang melihat arah pandangku, sontak langsung menyenggol bahuku.

"Udah kali lihatnya, ayo ke masjid." kata Ehsan.

"Kelamaan dilihat yang ada lu cemburu." timpal Darto berjalan mendahului kami menuruni tangga.

"Biasa aja ah, jadian juga belum." belaku mengekor di belakang Darto bersama Ehsan.

"Omongan orang yang lagi kasmaran tuh susah buat dipercaya." balas Darto.

"HAHAHAHAHA, setuju gue!" Ehsan tertawa girang sambil mengacungkan jempolnya.

"Dih sue lu pada." ujarku dengan kesal.

Kami bertiga pun telah keluar dari gedung daksanaputih, bergegas menuju masjid kampus untuk melaksanakan shalat Ashar yang waktunya sebentar lagi akan masuk. Sebenarnya di dalam gedung daksanaputih, ada musholla untuk shalat juga walaupun kecil. Cuma memang dari kami bertiga, lebih suka di masjid kampus karena suasananya lebih terasa sejuk.

-|--|--|--|--|--|--|--|--|--|--|--|--|--|--|--|-

"Ini pada mau langsung pulang atau makan dulu? Atau mau ngumpul dulu aja gitu?" tanya Darto setelah memasang kembali sepatu selepas dari shalat Ashar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Failure StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang