chala berlari melewati gerbang sekolah yang masih terbuka, hari ini chala beruntung tidak harus merengek meminta dibukakan gerbang seperti biasanya karena memang chala memilih untuk memakai grab.
namun, chala tidak seberuntung itu. hari ini ada kejutan di sekolahnya dimana razia besar besaran telah diadakan, beberapa siswa dan siswi berhamburan mencoba menyembunyikan barang barang yang berpotensi dirampas oleh para osis.
"mati gue" gumam chala. dengan cepat ia menyembunyikan gelang yang dia pakai disakunya, berharap tidak akan ada osis putri yang akan menggeledah sakunya.
chala berdiri bersama teman sekelasnya, menunggu giliran nya untuk di check, beberapa teman nya mengeluh saat tidak sengaja para osis menyita make up yang mereka bawa untuk berdandan di sekolah.
persetan dengan apa yang akan dilakukan oleh para osis itu, menurut chala ada yang lebih berbahaya selain penyitaan. karena sekarang albian sudah berdiri di depan nya."boleh liat tas nya?" albian bertanya.
"liat aja" chala menyodorkan tas nya yang sudah terbuka, membiarkan tangan albian meraba dengan bebas. tidak ada yang aneh di dalam tas nya, hanya saja pandangan albian terkunci pada sepatu chala yang memakai sepatu berwarna putih lengkap dengan kaus kaki pendek yang hampir tidak terlihat itu.
"ko pake yang putih?"
"iya lagi dicuci"
"dihukum ya, gapapa?"
"buta lo? menurut lo gue gapapa?" tanya chala dalam hati, ia mengangguk pelan sambil melihat albian yang sudah menuliskan namanya di dalam buku merah. chala tidak sengaja melihat satu nama yang tertulis juga disana, sial itu reynald. ada kemungkinan chala akan di hukum dengan pria brengsek itu.
"lain kali jangan ngelanggar ya, hukuman nya berdiri di lapangan sambil hormat ke arah bendera"
albian pergi meninggalkan chala setelah memberikan hukuman, tak ada senyuman atau sapaan hangat dari albian tapi tak apa chala juga sudah terbiasa lagipula dirinya memang berniat untuk melupakan albian.
chala berjalan menuju ke arah lapangan, tas yang masih ia gandeng terpaksa ia simpan dikursi para siswi yang sudah sigap duduk berjajar hanya untuk melihat punggung pria yang tengah berdiri dibawah terik matahari. itu pasti reynald.
"dihukum juga lo?" tanya reynald.
"menurut lo?" jawab chala sembari mengikat rambutnya sedikit lebih tinggi, agar keringatnya bebas jatuh, tidak sampai membuat basah rambut yang baru saja dicuci itu. reynald yang melihat chala mengikat rambut hanya mematung, menatap setiap inci tengkuk dari gadis disampingnya.
"apa lo liat liat?"
"dih pd lo orang gua liat kesana" tunjuk reynald kearah kantin yang tengah di duduki jason dan albian. sengaja ia berbohong, karena kalo tidak, bisa habis dipukuli chala.
chala heran, dari banyak nya murid disekolah nya kenapa harus mereka berdua saja yang dihukum. kenapa pula harus dengan reynald? padahal chala akan lebih ikhlas menjalankan hukuman nya jika tidak dengan reynald. chala memperhatikan sekeliling nya, ternyata memang benar hanya chala dan reynald saja yang melanggar sepatu. selebihnya mereka mematuhi peraturan.
sudah hampir 20 menit chala dan reynald berdiri disana, tepat dibawah tiang bendera namun tidak ada satupun yang menyerukan bahwa hukuman mereka telah usai bahkan sekarang lorong terlihat sepi, pelajaran pun sudah dimulai. seharusnya chala dan reynald sudah masuk, tapi ini tidak ada siapapun hanya menyisakan mereka berdua serta pak eko yang sedang menjaga pos.
"lo gapapa?" tanya reynald. chala hanya mengangguk tanpa menjawab, reynald tahu betul ada yang salah dengan chala. wajahnya yang memucat mengisyaratkan dia tidak baik baik saja, ia terus menggerakan kakinya mencoba untuk menyeimbangkan tubuhnya yang terasa akan tumbang.
bruk
"ca!!"
reynald menopang tubuh chala yang sudah terkulai lemas di tanah, paniknya semakin menjadi jadi saat hidung chala mengeluarkan darah hingga menetes ke seragamnya.
"woi! bantuin ini chala pingsan!"
mendengar hal itu, pak eko yang sedang berduduk santai langsung berlari menghampiri dan mulai mengangkat tubuh chala ke uks. seorang siswi yang kebetulan sedang berjalan kearah toilet melihat kejadian itu, dengan cepat ia melapor kepada guru yang saat itu mengajar di kelas chala.
mendengar hal itu, alana berlari kearah uks. wajahnya memucat melihat tubuh chala yang terkulai lemas, tidak pernah sebelumnya alana melihat chala seperti itu. chala itu gadis yang jarang sekali sakit, bahkan jika chala harus berdiri dibawah udara yang dingin, chala tetap sehat seperti biasanya.
"ko bisa gini?" tanya alana pada reynald yang masih menatap sayu kepada chala.
"dia sama gua dihukum berdiri di lapangan, dan kita belum disuruh berhenti bahkan sampai dia pingsan"
alana menganga, tangan nya mengepal menahan emosi yang sudah tidak bisa ia tahan. ini gila, alana bahkan sekarang benci pada osis gila itu yang sudah merampas sebagian dari makeup nya.
"gimana udah siuman?"
alana dan reynald menoleh, ternyata itu suara albian dan disusul oleh jason di belakangnya.
plak
"lo anjing liat ga sih temen gue sampe gini, mikir apa sih lo hah?!"
satu tamparan keras mendarat di pipi kanan albian, jason yang selaku kekasih dari alana dengan sigap menarik tubuh alana agar tidak bertindak secara jauh. jason tahu betul alana sudah menahan emosinya sedari tadi, karena jason juga tahu alana tidak mungkin berani untuk sekedar menampar orang jika tidak terlalu naik pitam.
albian hanya tertunduk, dia juga tahu ini salahnya. seharusnya ia tidak terlalu keras untuk menghukum chala, tapi percayalah ini juga sudah jadi tanggung jawab albian untuk tidak menganggap sepele orang orang yang melanggar aturan.
"sorry alana" albian membuka suara, tidak ada ekspresi pada wajah albian membuat alana semakin berontak untuk tetap menghajar sang ketua osis itu. reynald memberi tahu pada albian untuk menunggu saja diluar, karena melihat emosi alana yang tak kunjung mereda.
"lan?"
serempak jason, alana dan reynald menoleh kearah sumber suara. ternyata chala sudah bangun dari pingsan nya, senyum alana merekah seolah melihat keajaiban padahal chala hanya pingsan tidak sampai mati.
"lo gapapa? lo mau minum?" tanya alana.
"iya gue haus"
"gua beliin bentar ya" reynald berdiri dan pergi untuk membeli air minum untuk chala, hatinya sedikit melega melihat chala yang sudah siuman.
"bu beli air minum ya jangan yang dingin"
"tumben nak reynald, tidak beli yang dingin untuk pacarnya yang tadi pingsan ya?"
"lah bukan pacar saya bu, amit amit"
"loh kok bilang nya amit amit toh? ntar kalo beneran berjodoh bagaimana? lagian tadi ibu liat cocok kalian berdua itu"
"ah udahlah ibu ngawur ini uangnya"
reynald kembali berjalan ke uks dengan minuman di tangan nya, bibirnya terangkat sesekali ternyata kata kata yang baru saja dikatakan ibu itu masih terngiang. dan reynald tidak sadar akan hal itu, "apa iya gue cocok sama si siluman?" tanya reynald dalam hatinya, ternyata perkataan ibu kantin membuatnya mulai tidak menepis kenyataan bahwa mungkin saja reynald menyukai chala.
tapi reynald juga tahu, dirinya mulai dekat dengan aleandra. bukankah artinya reynald juga harus bertanggung jawab?
_______
aku minta maaf kalo ceritanya ngawur dan tidak sesuai dengan ekspektasi kalian semua, tapi aku disini udah berusaha kasih yang terbaik versi ceritaku sendiri.
terimakasih untuk para readers yang sudah mau menyempatkan membaca, ily gaiss.
KAMU SEDANG MEMBACA
rumit.//
Teen Fiction"kalo semuanya terlalu rumit buat kita sekarang, aku milih pamit"