"Suatu saat, kesetiaan dapat berbalik menyerangmu dengan pengkhianatan."
~Happy reading~
>Really<
"Noona?"
"Hmm.." balas Jisoo dengan masih mengatur nafasnya.
"Kita beneran berkencan? Kita masih pacaran, kan?" tanya Jungkook sambil menatap mata Jisoo dengan intens.
"Oh?" balas Jisoo terkejut.
Sepersekian detik berikutnya, Jungkook memecah keheningan dengan tawanya.
"Aku hanya bercanda, kajja kita makan! Kau pasti lapar setelah berlari," ucap Jungkook masih dengan tawa tipisnya lalu beranjak berdiri.
Jisoo masih terdiam. Oleh karena tidak sabar, Jungkook menarik kedua tangan Jisoo sehingga Jisoo bangkit dari duduknya.
Jisoo menatap raut wajah Jungkook dengan serius.
"Bagaimana pertandingan hari ini?" tanya Jisoo.
Jungkook hanya membalas dengan senyuman kelincinya. Ia beralih memeluk tubuh Jisoo erat. Jisoo tentu paham apa jawaban Jungkook.
"Jeon Jungkook memang terbaik," ucap Jisoo sambil menepuk punggung Jungkook.
Jungkook melepaskan pelukannya. "Ani-ani, bukan hanya aku, tetapi timku-lah yang terbaik," elak Jungkook sambil mengacungkan jempolnya.
Jisoo membalas dengan acungan jempol, "Geure."
"Palli kajja, aku sudah lapar," ajak Jungkook lagi.
>Really<
Setelah pertemuan sarapan keluarga Taehyung selesai, ia langsung meninggalkan meja makan dan menuju taman di kediamannya. Walaupun masih memakai piyama tidurnya, ketampanan anak tunggal kandidat presiden nomer 1 tetap terpancar nyata. Ia berdiri diam menatap kolam ikan di hadapannya dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐄𝐀𝐋𝐋𝐘
FanfictionSemua terlalu indah untuk dikenang, pantaskah semua kenangan Jungkook diabadikan oleh Jisoo dalam sebuah kisah? Sebuah kisah cinta sederhana Jeon Jungkook dan Oh Jisoo. Terkadang Jisoo berpikir apakah ia masih pantas menerima cinta tulus dari pria i...