"Aku melakukan kesalahan dan akan selalu begitu jika membiarkanmu terus mencintaiku."
~Happy reading~
>Really<
Jungkook menyalakan mobilnya yang terparkir di depan restoran dengan tergesa-gesa. Akan tetapi, pandangannya menggelap ketika melihat beberapa meter di depan mobilnya terparkir, seseorang mengajak Jisoo ke dalam mobilnya. Seokjin.
Mata Jungkook memerah. Ia mengepalkan kedua tangannya. Sebelumnya Jungkook tidak pernah merasa marah pada Seokjin meskipun dia tau Seokjin menyimpan perasaan lebih pada kekasihnya. Jungkook selalu tenang karena Jisoo miliknya, Jisoo kekasihnya. Sekarang Jungkook tersadar bahwa Seokjin dapat membuatnya marah, setelah ia menyadari bahwa ada kemungkinan Jisoo tidak membalas perasaannya meskipun status Jisoo masih miliknya. Jungkook menggeram, memukulkan kedua tangannya pada kemudi mobil.
Mobil Seokjin telah melaju meninggalkan tempat itu. Jungkook memilih untuk melajukan mobilnya pula, bukan untuk menyusul mobil Jin tentunya. Ia tak mungkin membiarkan malamnya menjadi lebih buruk karena melihat sesuatu yang seharusnya tidak mengganggu pikirannya, terlebih di malam yang istimewa ini. Mobil Jungkook melaju cepat, membelah keramaian kota hingga mencapai sebuah tempat hiburan eksklusif yang ramai. Club.
Dentuman musik club dan aroma alkohol menyeruak menyambut kedatangan Jungkook. Seseorang menyenggol lengannya ketika Jungkook hendak bergegas menuju meja bar.
"KTP," ucap seseorang yang menahan langkah Jungkook.
Jungkook merogoh saku jasnya. Ia mengeluarkan sebuah kartu yang dapat lawan bicaranya ketahui bahwa kartu itu bukan KTP. Jungkook memberikan kartu tersebut dengan santai. Lawan bicaranya menerima kartu itu, membacanya sekilas, lalu menatap tubuh Jungkook dari kepala hingga kaki. Ia mengembalikan kartu itu pada Jungkook dan membiarkan Jungkook melewatinya.
Jungkook melepas jasnya dengan kasar, meletakkannya di meja bar. Ia memilih duduk di salah satu kursi yang menghadap ke meja bar lalu memesan bir. Sosok yang tadi menghalangi jalannya kini mendekat pada barista yang menerima pesanan bir dari Jungkook tampak membisikkan sesuatu dan dibalas anggukan oleh si barista. Jungkook tak terlalu mempedulikan hal tersebut. Fokusnya kini hanya meluapkan emosinya dengan meminum bir yang akan sangat cocok meredakan panas di tubuhnya. Jungkook meneguk cepat segelas bir yang tadi ia pesan. One shot.
"Wow one shot, kau sungguh hebat dan apa kau mau bercerita tentang apa yang menyakiti hatimu, anak muda?" tanya si barista.
Jungkook hanya menatap barista tersebut. Kemudian ia mengarahkan pandangannya ke gelas birnya yang telah kosong.
"Lagi," pinta Jungkook. Barista itu melakukan tugasnya kembali dengan mengisi gelas kosong Jungkook.
"Tampaknya kau benar-benar sedang sakit hati, ya?" ucap si barista dengan menggeleng-gelengkan kepalanya setiap Jungkook meminta tambahan bir.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐄𝐀𝐋𝐋𝐘
FanfictionSemua terlalu indah untuk dikenang, pantaskah semua kenangan Jungkook diabadikan oleh Jisoo dalam sebuah kisah? Sebuah kisah cinta sederhana Jeon Jungkook dan Oh Jisoo. Terkadang Jisoo berpikir apakah ia masih pantas menerima cinta tulus dari pria i...