♬ Someday you will know it too ...
I’ll run toward the starlight ♬⇆ㅤ ||◁ㅤ❚❚ㅤ▷||ㅤ ↻
Rembulan sudah sempurna merajai angkasa. Semenjak kepulangan Tala, tidak ada interaksi ataupun konversasi berarti di meja makan. Mega mencuci piring, Tika menata dan membersihkan meja, setelah itu bubar barisan, kembali ke kamar masing-masing.
Di salah satu kamar lantai dua, Langit sudah merebahkan badan di atas kasur. Bergeming. Rasanya malas sekali meski hanya untuk sekadar menyingkirkan buku biologi bekas dipelajari Tala yang masih tergeletak di dekat kaki Langit.
Tatapan netra hitam legam Langit seutuhnya terpaku pada langit-langit kamar dan cahaya lampu yang berpendar. Langit mengelap peluh yang mengucur deras di pelipisnya menggunakan punggung tangan. Perasaan menyebalkan malah menghantam penjuru hatinya dengan telak.
Semesta ... mau sampai kapan, sih?
Tanpa bisa memberontak, seisi benak Langit sempurna diinvasi oleh suara-suara dari masa lalu. Perbincangan dengan papanya di kala itu.
[versi lengkap ada di buku cetak]
Tidak ada yang lebih ditakuti siswa SMANSABA selain disuruh ke depan atau ulangan dadakan. Benar-benar definisi dari mimpi buruk sesungguhnya. Lain halnya dengan Tala yang menghela napas lega. Nasib baik ia sempat membaca materi biologi di rumah Langit, semalam. Waktu pulang juga Tala teruskan dengan mempelajari materi untuk kelas hari ini.Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ya. Begitulah seharusnya. Tidak dengan seorang anak lelaki yang tiba-tiba mengganti tempat duduknya ke belakang bangku Tala, menyingkirkan seorang perempuan yang memang duduk di sana sejak awal. Keringat dingin meluncur dari pelipis Tala. Tangan basah itu mencengkeram pulpen di genggamannya erat-erat, berusaha menahan tremor.
Tala tidak pernah takut dengan ulangan dadakan, karena ia sudah mempersiapkan segala kemungkinan terburuk yang akan muncul di soal. Ia pun ingat bahwa minggu ini memang memasuki masa-masa ujian tengah semester, sehingga usahanya lebih ditingkatkan dari level sebelumnya. Tidak ada yang perlu dirisaukan. Hanya saja, Tala memiliki ketakutan yang lain. Hal yang takut untuk ia suarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persimpangan Angan [OPEN PO]
Teen FictionMemori yang menolak untuk mati. Melodi sepi yang tak kunjung mau menepi. Juga denyut nadi yang enggan mengingkari mimpi-mimpi. Ini semua tentang Bentala, yang ingin terus melangit dalam kisah hidupnya. Akan tetapi, semakin ia kejar, semakin menjauh...