Prolog

13 1 0
                                    

Langkahnya pasti. Tatapan nya memancarkan kobaran amarah yang siap meledak. Siapapun yang memandangnya akan bergidik ngeri melihat kemarahan yang terpancar jelas dari kedua sorot matanya.

Langkahnya terhenti tepat didepan sebuah ruangan yang bertuliskan "Ruang OSIS". Tanpa bersusah payah mengetuk pintu, Naren langsung menendangnya hingga terdengar bunyi yang sangat keras.

Braakkk...

Sontak saja, Zeline yang berada di dalam ruangan terlonjak kaget atas sambutan dari Naren. Sorot matanya memancarkan tanya, ada apa sampai cowok itu datang dengan amarah yang tergambar jelas di raut wajahnya?

"Naren?" Tanya cewek itu dengan satu alis terangkat tanda menanyakan 'ada apa?'.

Langsung saja, Naren melemparkan sebuah amplop dengan logo sekolah mereka kehadapan cewek itu.

"Jelasin apa maksud Lo?!" Ucapnya dengan datar.

"Kenapa Lo mau bikin Rania di drop out dari sekolah ini?" Lanjutnya dengan nada yang tidak bersahabat.

Zeline hanya menghela nafas kasar. Jadi masalah Rania, pikirnya.

"Dengar ini baik-baik Zeline Kanaya Dirgantara! Cara Lo terlalu kampungan buat jauhin gue dari Rania. Dan satu hal lagi, sampai kapanpun gue gak bakalan suka sama cewek angkuh kaya Lo!"

Naren mengucapkan kalimat itu dengan penuh penekanan disetiap katanya. Tak ingin terlalu emosi, Naren bergegas pergi dari tempat itu. Sampai diambang pintu, Naren berhenti dan kembali menghadap Zeline.

"Dan gue minta sama Lo, jangan pernah kasih surat itu ke orang tuanya Rania. Kalo sampe itu terjadi, Lo bakal tau sendiri akibatnya!"

Dengan raut muka yang datar, Zeline menatap Naren yang berada diambang pintu.

"Gak bisa! Peraturan tetap peraturan. Siapapun yang melanggar akan dikenakan Sanki sesuai dengan pelanggaran yang mereka buat, tanpa memandang siapa mereka dan apa jabatan mereka. Jadi maaf, permintaan ditolak!" Telak Zeline dengan tegas dan lugas.

"Lo egois! Lo terlalu mementingkan urusan Lo sendiri tanpa melihat resiko disekitar Lo." Setelah mengucapkan kalimat itu, Naren langsung pergi dari hadapan Zeline yang masih memasang raut datar andalannya.

ZELINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang