Chapter 4

2 1 0
                                    

"Rania, dipanggil Bu Dinar sekarang." Zeline berada diambang pintu kelasnya. Menginterupsi kepada Rania untuk ke ruangan Bu Dinar.

"Ada masalah apa?" Tanya Rania bingung.

Zeline hanya mengidikan bahunya acuh tanda tak tau.

"Aku temenin ya." Pinta Naren.

"Gak usah, Naren. Aku bisa sendiri kok. Lagian bentar lagi juga masuk. Mending kamu balik ke kelas."

Naren dengan terpaksa mengangguk kan kepalanya. Kakinya melangkah melewati meja Zeline berdampingan dengan Rania untuk keluar kelas.

"Kamu yakin gak mau aku temenin?" Naren kembali bertanya meyakinkan. Dirinya sudah berada didepan kelas dengan Rania.

"Iya Naren." Balas Rania dengan senyum manisnya untuk meyakinkan Naren.

"Yaudah kalo ada apa-apa cerita sama aku ya." Titah Naren.

"Siap komandan." Balas Rania dengan hormat membuat Naren yang melihatnya ikut tersenyum.

Dengan gemas, Naren mengacak rambut Rania yang berujung Rania merajuk manja.

"Ehem,, serasa dunia milik berdua ya." Intrupsi seseorang kepada Naren dan Rania.

"Eh, hai Kenan, Vano." Balas Rania salah tingkah kepada kedua sahabat Naren.

"Mau kemana Ran?" Tanya Vano.

"Oh, ini gue disuruh keruangan Bu Dinar. Udah dulu ya, bye." Rania menjawab seraya pamit kepada tiga sekawan itu.

Naren membalas dengan senyuman. Tapi beda dengan kedua sahabatnya yang menatap Rania dengan ekspresi yang sulit dibaca.

Kenan Alvaro, sahabat Naren sekaligus ketua dari eskul musik. Keduanya bersahabat semenjak bertemu di eskul yang sama dan memiliki hobby yang sama pula.

Elvano Mahendra, sahabat Naren sejak duduk dibangku sekolah menengah pertama hingga saat ini. Kedua nya sama-sama menyukai musik.

Persahabatan ketiga nya sangat erat karena mereka memiliki hobby yang sama. Walau tak bisa dipungkiri ada saja pertengkaran diantara ketiganya tetapi mereka tetap kembali ke prinsip persahabatan mereka bahwa "Apapun masalahnya, tidak akan ada yang bisa menghancurkan persahabatan mereka."

###

Keesokan harinya.

Suasana di kantin terlihat ramai di jam istirahat. Para siswa berbondong-bondong mendatangi stand-stand yang menjual makanan untuk mengisi perut mereka.

Naren terlihat memasuki area kantin seorang diri. Matanya menangkap siluet sahabatnya. Kakinya melangkah, menghampiri meja sahabatnya.

"Tumben Lo sendiri. Vano mana?" Tanya Naren kepada Kenan yang sedang duduk di kursi kantin menyantap makanannya.

Kenan hanya mengidikan bahunya tanda tak tahu. Dirinya hanya fokus untuk cepat-cepat menghabiskan sisa makanan nya.

"Santai aja kali, gue gak minta makanan Lo." Sindir Naren yang melihat sahabatnya makan terlalu cepat.

"Gue ada urusan." Jawab Kenan

"Zeline nyuruh gue ke ruangan OSIS sekarang." Lanjut Kenan dan berlalu pergi dari hadapan Naren.

Sedangkan Naren hanya memutarkan bola matanya, malas. Kenapa semua orang harus patuh pada perintah cewek egois itu sih? Pikirnya.

ZELINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang