.
.
.
"Kacau banget, lo!"
Jong In melihat penampilan Eri pagi ini dengan tatapan murka.
"Kenapa, Kak?" Eri tersenyum manis, memutar sebagian rambutnya dengan tangan kiri--sementara tangan kanannya memegang permen tusuk. "Cantik, ya?"
Jong In geleng-geleng kepala. Ia melihat ke sekitar sekolah, dan hampir semua orang yang disana memperhatikan interaksi mereka berdua.
Ketua OSIS tampan, dan anak kelas 10 yang paling populer karena sering mencari gara-gara di sekolah mereka. Seperti hari ini, gadis itu sudah mendapat 5 poin dari Jong In sebab mengenakan kaos kaki yang tidak standar, rok di atas lutut, make up berlebihan, rambut yang di cat warna coklat, dan... Terlambat!
"Hari ini 5 poin buat kamu."
"Tulis aja Kak." Eri masih berpenampilan genit di depan Jong In.
Mereka itu, serasi. Begitu kata anak-anak di SMA Cendikia. Selalu bertengkar tiap kali bertemu, tapi romantis dalam waktu yang bersamaan.
"Sampai kapan mau kayak gini?"
"Sampai Kak Jong In jadi pacar aku."
Jong In menatap Eri dengan senyum sinisnya. "Sinting..."
Tapi tidak mengurungkan niat untuk mendekati Eri, merapikan rambut berantakan--membersihkan warna merah di rambut Eri yang ternyata hanya diwarnai menggunakan blush on, mengucir rambut gadis itu. Membiarkan seluruh pasang mata warga Cendikia menatap keduanya dengan bertanya-tanya.
FYI, mereka berdua sepakat untuk tidak mengungkap bahwa mereka adalah satu keluarga. Eri tidak mau jika guru membandingkan kepintarannya yang jauh di bawah rata-rata Jong In. Jong In setuju-setuju saja, jika ia mengaku satu keluarga, teman-teman brengseknya akan mendekati Eri yang menjadi favorit mereka. Itu jauh lebih merepotkan daripada menjadi pacar pura-pura Eri.
"Cantik, kok. Tapi nggak bisa nempatin diri. Jadi percuma..."
Cantik?
Eri mendongak, menatap mata Jong In yang tersenyum tulus padanya. Sapuan lembut tangan Jong In di pipinya membuat Eri hampir pingsan. Tapi, saat Jong In menurunkan wajah, mengambil alih permen di tangannya dengan bibir--Eri tidak memiliki lagi kendali untuk bertahan.
Anjir...
Abang gue. Ganteng. Banget!!
Jong In berjongkok. "Heh, angkat kaki lo!"
Menurut, Eri mengangkat kakinya sedikit, membiarkan Jong In melepaskan sepatu Eri dan mengganti dengan kaos kaki baru yang dia bawa. Sedikit menyusahkan, memang. Tapi Jong In sudah lelah dengan semua drama yang ada di rumah.
Sebab melihat Eri menangis karena Suho membandingkan mereka, Jong In merasa bersalah juga.
"Ganti kaki satunya."
"Ah?"
Eri menurut, menurunkan kaki kanannya yang sudah ganti kaos kaki dan membiarkan Jong In mengganti kaos kaki di kaki kirinya. Karena tidak bisa menyeimbangkan tubuh, kedua tangan Eri memegang pundak Jong In.
"Jangan ngintip, lo!"
"Nggak ngintip juga kelihatan. Warna pink..."
"Sialan lo, mesum!" Eri memukul pundak Jong In. Cukup kencang sampai Jong In terkekeh.
"Nanti pulang sekolah ke mall bentar. Beli hotpants."
"Dibeliin Kak Jong In?"
"Hm,m..."
Eri tersenyum sekaligus terpukau. "Tumben baik?"
.
.
.
"Wih... Suit.. Suit.." Baekhyun, anak baru di kelas mereka menggoda Eri dari sisi Kyungsoo.
"Tadi ada yang mesra-mesraan di depan gerbang gak sih, Soo?"
"Hm."
"Aish... Gak asik, lo. Kaku banget."
"Retorik."
Eri terkekeh. Memilih mengabaikan Baekhyun, ia duduk di bangku depan mereka berdua bersama dengan Asmara.
"Lo pacaran sama Kak Jong In, Ri?" Asmara menatap mata Eri penuh tanda tanya.
"Pendekatan, sih. Doain ya Ra.."
Asmara tersenyum sambil mengangguk. Meski hatinya sedikit terluka sebab Jong In, adalah seseorang yang Asmara taksir sejak duduk di bangku SMP.
"Kak Jong In itu keren. Dia selalu jadi orang penting buat guru-guru. Prestasinya tentu nggak diragukan lagi. Lo harus belajar, Ri. Supaya bisa menyeimbangi Kak Jong In. Nggak harus seimbang, bukan buat Kak Jong In juga. Tapi buat lo sendiri, supaya bisa nyusul kemana pun Kak Jong In kuliah dan nggak ada cewek yang bisa gantiin posisi lo buat Kak Jong In."
"Semuanya, ya. Minta gue belajar. Dipikir gue ngapain kalo di sekolah, sih?" Eri berpura-pura merajuk.
"Tidur terus!"
Mendengar itu, Eri menoleh ke belakang. Memperhatikan Kyungsoo dengan tatapan kesal karena ucapan savage miliknya.
"Apaan sih, Soo?"
"Gue cuma ingetin sih. Lo kan suka lupa diri."
"Iya, iya... Terserah lo, deh. Gue lagi happy jadi nggak pengen diganggu dulu, byee..."
Kyungsoo tersenyum tipis melihat Eri bahagia seperti ini. Meski bukan karenanya, meski lagi-lagi, hanya Jong In--siswa kelas 12 IPS 1 itu yang berhasil membuat Eri menjadi seperti ini. That's ok. Kyungsoo ikut bahagia melihat Eri bahagia.
"Kalau suka, perjuangin, Soo. Takutnya terlambat. Nanti lo nyesel." Baekhyun berbisik lirih. Akan tetapi, Kyungsoo menggeleng tegas.
"Enggak. Kami cuma teman, tidak lebih."
Meski saat mengucapkan kalimat itu, sebagian dari hati Kyungsoo ada yang berbeda. Kyungsoo tidak yakin, tapi itu sedikit menyakitkan.
.
.
.
Vote dan komentar ya Eriiii 🥺❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET HOME
FanfictionMereka bilang; menjadi adik terakhir dan satu-satunya perempuan di sebuah keluarga itu menyenangkan. Well, big no!! Dia akan menarik kata-katanya lagi setelah masuk ke keluarga gue. Gue berani jamin itu!