Sudah terhitung tiga hari setelah Hana pulang dari cafe, Juno belum memunculkan batang hidungnya apalagi memberinya kabar.
Ah tidak. Lebih tepatnya kemarin Hana berpapasan didepan ruang laboratorium. Namun Juno hanya menatapnya datar seolah mereka tak pernah kenal.
Sepertinya laki-laki itu tengah menunggu gadis pujaan hati yang mungkin akan segera menggeser posisinya sebentar lagi.
Tapi selagi posisi itu masih ada padanya, Hana tak akan menyerah untuk kembali mendapatkan perhatian Juno.
Dengan riang Hana berjalan menuju kelas XII MIPA 2 dimana kelas Juno berada, sambil bersenandung kecil Hana membawa sekotak bekal yang ia siapkan sejak pukul lima pagi dan satu cup kecil puding coklat kesukaan Juno.
Sebenarnya Hana sering membuatkan bekal untuk kekasihnya, namun sekarang dia baru kembali membuatnya setelah beberapa bulan belakangan ini.
Tok tok tok...
"Permisi...!!" Hana melihat hanya ada segelintir murid mungkin yang lain tengah berada di kantin mengingat sekarang adalah jam istirahat.
"Hana!! Nyari Juno?" Tanya seorang murid dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, dia adalah Revan si ketua kelas yang merupakan salah satu teman dari Juno.
"Iya. Juno nya ada?"
"Ada, masuk aja Han." Revan sedikit menggeserkan tubuhnya dan tangannya memberikan gesture untuk mempersilahkan Hana masuk.
Terlihat satu kaki di selonjorkan dan satu kaki dilipat sebagai tumpuan benda pipih yang terus dia tatap. Terdengar umpatan kecil yang keluar dari mulutnya menandakan dia kalah saat bermain game bersama temannya.
"Jun, aku bikinin kamu bekel nih. Jangan lupa dimakan ya..!" Hana duduk bersila di hadapan Juno, namun menjaga jarak antara keduanya karena terlihat jelas dari raut wajahnya menyiratkan ketidaksukaan.
"Nggak usah, aku udah makan barusan Giselle bawain."
Giselle. Sekarang Hana kalah satu langkah dibelakang gadis bernama Giselle itu.
"Oh gitu ya." Ucap Hana sendu lalu menundukkan wajahnya.
"Sini bekelnya buat gue aja, gue juga belum makan." Seakan tak membiarkan tangan Hana terus terulur tanpa menerima sambutan, Harvi bersuara.
"Ya udah nih buat lo.." Hana mengangkat wajahnya dan tersenyum manis karena bekal buatannya tak sia-sia.
Juno mendengus kasar, karena ada rasa tidak rela dalam hatinya saat Hana memberikan bekal yang seharusnya untuk dirinya justru sekarang ada pada tangan temannya.
"Napa Lo? iri?" Tanya Harvi setelah pamitnya Hana.
"Cihh dia niatnya juga ngasih buat gua."
"Terus tadi kenapa lo nolak tolol, malahan nerima dari si Giselle." Sembur Revan yang geram akan sikap Juno.
"Nggak. Gua nggak bisa nolak, Giselle sahabat gua."
"Justru itu dia cuma sahabat Lo jangan kasih harapan lebih, mungkin lo ngerasa kalian hanya sebatas sahabatan. Tapi kalau Giselle anggap lo lebih dari sahabat gimana? Lo mau tanggung jawab?" Tutur Harvi panjang lebar.
"Apa jangan-jangan lo suka sama dia?" Tebak Revan yang membuat Juno terdiam tidak dapat menjawab.
Revan bertepuk tangan diiringi tawa setelahnya. Namun bukan karena hal lucu yang dia tertawakan melainkan karena tebakannya benar terbukti.
"Gua harap lo nggak bakal nyesel karena keegoisan lo." Harvi menepuk pundak temannya lalu beranjak dari sana.
Revan Prawira
Harvi Narendra
@mygalaxy012304
TBC.
Hi! Gimana sampai sini?
Kalau ada yang salah jangan sungkan untuk negur karena aku terima semua kritikan dari kalian.Jangan lupa vote dan komen terimakasih 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
hidup Untuk mati [In the process ]
Teen FictionAku menyesal karena keegoisanku harus kehilangan dirimu. Jika waktu dapat diputar, aku ingin berada pada posisi dimana kau masih berada di sampingku enjoy the story🖤🖤