04

228 27 3
                                    

⚜ Ephemeral

Angin yang sejuk melintasi taman di tengah kota ini begitu juga daun yang berguguran yang jatuh ketanah menjadikan suasananya sedikit tenang, tapi disisi lain ada seseorang yang sedang gugup karena ingin segera menyatakan perasaanya. Lantas dia sedang diam untuk merangkai sebuah kata-katanya.

Dengan modal keberaniannya dia mengajak seseorang disampingnya untuk melanjutkan hubungannya yang lebih serius lagi.

"Ayo kita pacaran (name)" Gugupnya.

(Name) diam tanpa adanya respon, dia sedang mencerna ucapnya. Sejujurnya dia juga tidak ingin melangkah lebih serius untuk mengenai hubungannya, cukup sampai disini saja perasaan yang sudah ia menganggap bahwa Rin adalah seorang teman baiknya.

"Rin maaf, tapi aku gak bisa.." Terlihat jelas raut wajahnya yang murung dan kecewa. Siapa sih orang yang tidak sakit hati jika perasaanya di tolak.

"Ouhh yaa.. Aku mengerti, kamu gak usah ngerasa bersalah atas ucapanku tadi.." Sejujurnya Rin merasa hatinya seperti sedang ditusuk-tusuk oleh duri yang beracun.

Bukan karena (name) tidak suka dengan Rin tapi kali ini perusahaan menuntut dirinya untuk tidak menjalin hubungan dengan siapapun jika ia ingin kariernya naik. Tapi (name) juga tidak memiliki rasa cinta kepadanya, dia sudah menganggap sebagai temannya sendiri.

"Rin.. Maaf bukan maksudnya aku gak suka sama kamu, tapi memang perasaan tidak bisa di bohongi kan rin?" Wajah murungnya dipaksa tersenyum di hadapan (name)

"Aku kesini ngajakin kamu untuk melepas beban di hatiku aja dan sekarang aku lega.. Ternyata kau menganggapku sebagai teman saja tidak lebih" Ucapnya sambil menatap langit yang mulai sore.

"karena ini sudah sore biar aku anter kamu pulang aja.. Aku mau pergi sama abangku nanti malam" (Name) meresponnya dengan anggukan saja. Rin mengantarnya pulang sampai di apartemennya.

Diperjalan Rin tidak mengajaknya ngobrol sama sekali, berbeda dari sebelumnya yang biasanya Rin selalu membuatnya tertawa, padahal sejak bercakapan awal ia bertemu dengan Rin hubungannya semakin dekat seperti seorang sahabat.

Kini ia sudah dekat didepan apartemennya (name) yang tinggal hanya menyebrang saja. Ia memulai percakapan untuk mencairkan suasana yang canggung ini "Rin makasih ya udah nganterin aku pulang"

Rin hanya membalas dengan anggukan kepala saja. "Rin ada yang mau aku kasih tau ke kamu"Pandangan mereka bertemu.

"Minggu depan setelah acara perpisahan, aku bakalan pindah dari kota ini" (Name) mengalihkan pandanganya kearah depan dan menghentikan langkahnya.

"Kamu mau pergi kemana?" Kini langkah Rin terhenti juga ketika (name) diam.

"Mungkin kita gak bakalan ketemu lagi, soalnya aku ada tawaran kerja di Osaka" Nada bicaranya melemah.

(Name) memang bekerja di perusahaan studio rekaman yang terkenal di Shibuya. Tapi perusahaan memindahkannya ke Osaka karena ia akan memulai kariernya disana terlebih dahulu.

Rin seperti acuh dengan faktanya mungkin itu alasan dia di tolak cintanya oleh (name), Maka dari itu Rin cuman memberinya selamat saja. Rin hanya memandang (name) yang bejalan menyeberangi jalan, sesudahnya ia melambaikan tangan untuk perpisahannya.

Rin masih memangawasi (name) sampai ia masuk ke apartemennya. "Bangsattt.. Kenapa rasanya sukaa gue gakk ilang-ilang sihh.. Cepetan deh lo pergii.. Anjingg" Batinnya sambil menendang benda yg menghalanginya.

Rin menyusuli kakaknya yang sedang kumpul dengan gengnya dibar club yang biasanya mereka kunjungi. Dengan wajah murungnya dia berhadapan dengan sang kakak " Ada apa Rin? Tumben murung gitu" Tanya sang kakak.

Entertainment Stage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang