06

217 23 0
                                    

⚜ Indestructible

Panggilan telpon berakhir

Kini mereka sedang duduk bersama di sebuah ruangan kantor yang terbilang cukup mewah dan luas. Ada beberapa tumpukan berkas di atas meja kantor serta juga rak buku yang tersusun rapih dan beberapa figuran mahal.

Nampak luas pemandangan kota disore hari dari balik kaca, cahaya jingga yang masuk dari celahan kaca membuat ruangan ini terlihat sangat futuristik.

(Name) masih memainkan ponselnya sejak ia bertelponan dengan manajernya sehingga membuat Ran berdecak sekesal. "Gimana mau ngobrol kalo kamunya aja fokusnya ke ponsel terus.." Ucap Ran.

"Maaf kak, aku harus kabarin manajer aku dulu untuk mampir kebutik, soalnya aku minggu kemarin pesan baju di butik (milik mitsuya)" Kemudian (name) menaruh ponselnya di tas kecilnya.

Ran dari tadi hanya memperhatikan gerak-gerik (name) yang sedang asik berkutat dengan ponselnya. "Yaudah kalau begitu ini kamu tanda tangani berkasnya." Ran menyodorkan surat perjanjiannya.

Kemudian (name) membacanya terlebih dahulu dari syarat-syaratnya. "Kok ini kontraknya sampe 2 tahun kak?" Tanyanya.

Ran merentangkan tangannya di sofa panjang yang ia duduki. "Kan udah kakak bilang.. Bahwa kakak akan membayarnya berapapun untuk kerjasama kita" Tegasnya.

(Name) masih berpikir-pikir dahulu karena syarat dari perjanjian ini terbilang sangat aneh. Ini seperti perjanjian antara dua orang aja, Bukan seperti perjanjian (name) dengan perusahaan tetapi ini masih ada sangkut pautnya sedikit dengan perusahaan.

Ran mengangkat alisnya melihat keraguan didalam diri (name) "gimana (name), kamu masih ragu?" Tanyanya.

Ia segera menghilangkan pikiran negatifnya Karena ia ingin menjalaninya sebagai seseorang yang profesional, maka (name) tanpa ragu langsung menandatangani.

Terukir jelas senyum Ran bawasannya dia seperti menang dalam taruhannya. Padahal di sisi lain (name) hanya merasa tidak enakan dengan kakak seniornya itu.

"Okee,, (name) terima makasih atas kerjasamanya" Ran bersalaman dengan (name). Ran bangkit dari sofanya kemudian ia mengambil berkas itu dan menaruhnya di atas meja kantornya.

"Hmm bagaimana kalau kita ngobrol di restoran saja sekalian kita makan bersama" Ajak Ran, (Name) hanya mengangguk menyetujuinya.

(Name) menaiki mobil mewah milik Ran, dan kini Ran membawa (name) pergi dari kantornya. Didalam mobil (name) terasa pusing mungkin karena ia kecapean. Tapi salah besar justru itu karena reaksi obat yang tadi di tuang dalam minuman oranyejus yang ia minum.

Mobilnya berhenti saat sedang lampu merah "kak aku pusing, kayanya kita batalin dulu aja deh makan malamnya.." (Name) menekan pelipisnya dengan jari tangan dan perlahan penglihatannya mulai redup.

"Kamu pusing.. Yaudah kakak anter kamu pulang yaa.." Khawatirnya yang ia buat-buat.

Tanpa ada respon dari (name), kini ia sudah hilang kesadarannya. "Udah tidur ya.." Ran tersenyum, Kemenangan sekarang ada di tangan Ran.

Rencananya suskes, kini Ran membawanya kesebuah apartemen mewah miliknya. Ran memiliki apartemen mewah yang kadang sering dipake oleh anggota bonten untuk meeting dan lain-lain.

Kini ia sampai di apartemennya, yang letaknya jauh dari keramaian manusia dan aksesnya juga bisa di bilang lumayan sulit. Kemudian Ran menggendong (name) kedalam apartemennya, Ia membawanya ke lantai paling atas.

Hari sudah mulai gelap Ran membaringkan (name) diatas spring bed yang berukuran king size. Disitu ia masih belum sadar, karena efek obatnya sangat kuat ditambah lagi ia juga kelelahan.

Entertainment Stage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang