24

5.7K 485 74
                                    

..

Beberapa minggu kemudian, Xiao Zhan terbangun di malam hari. Lampu di kamarnya sudah mati. Keadaan menjadi gelap. Dia meaba kasurnya dan tidak ada Wang Yibo.

Menepuk-nepuk kasur.

Setelah yakin pria dingin itu tidak ada dia bangkit dari terlentang. Jam diatas nakas diambil dan dilihat jarumnya.

Bibirnya mengerucut karena jam masih 9 malam. Dia teringat setelah petang dia pingsan akibat muntah.

"Ibo~" dia merengek layaknya anak kecil.

Perlahan, kakinya menuruni kasur. Sendal berbulu dipakai di kaki kecilnya. Lalu berjalan kesal keluar kamar.

Xiao Zhan hapal, pasti pria itu di ruang kerjanya. Kini tujuannya lantai bawah. Suatu ruangan di sudut rumah, Zhan masuk tanpa mengetuk.

Yang di dalam terkejut saat sedang fokus. Pria itu melihat belahan hatinya terbangun di malam hari.

"Sudah baikan?" tanya Yibo yang menutup laptopnya. Lalu berfokus pada sang istri. Komputer di depannya juga di shutdown.

"Kenapa kau menghilang?"

Zhan melempar tubuhnya untuk duduk dipangkuan Yibo. Gerakannya pelan ingin dimanja. Kedua tangannya melingakar di leher Yibo.

Sedangkan Wang Yibo diam tidak bergerak. Pemandangan wajah bangun tidur milik Xiao Zhan sangat lucu dan indah. Yibo sulit menerjemahkan kiasannya.

"Ada apa?"
Yibo bertanya dengan telinga merahnya. Sifat manja Xiao Zhan selalu berhasil membuat Yibo panas dingin.

"Peluk" cicit Zhan.

"Ayo kembali ke kamar."
Wang Yibo menyelipkan tangan kirinya di pinggang Zhan. Lalu dia menatap mata kantuk milik istrinya. Begitu lucu wajah mengantuk iti dihiasi dengan bibir mengerucut.

Pria di pangkuan Yibo menenggelamkan kepalanya di leher yang lebih tua. Matanya terpejam ringan. Gambaran kesalnya hilang berganti dengan wajah damai.

"Ayo. Gendong" cicit Zhan dengan suara mengantuk. Hanya membuka mata saja sangat berat. Dia sulit mengendalikan kantuknya. Jujur, Yibo yang membuatnya langsung mengantuk.

Siang hari, Zhan tengah menonton televisi tiba-tiba ada yang memencet bel apartemen. Bibi Ji yang memijit kaki juragannya langsung berdiri lalu membuka pintu.

Zhan hendak berdiri melihat siapa yang datang. Ternyata, Zhanjin dan Acheng yang datang. Kedua pria manis itu langsung heboh ketika sahabatnya ingin menghampiri mereka.

"Yak! Siapa yang menyuruhmu jalan-jalan!!?"
Zhanjin mendorong Zhan agar duduk di sofa. Dia tidak mau ada kejadian papa hamil tersandung atau apalah itu. Yang hamil Xiao Zhan tapi yang jantungan Zhanjin.

"Ayo, ayo kita duduk. Jangan sampai keponakanku nanti kelelahan." ungkapnya.

Xiao Zhan perlahan duduk di sofa sama seperti yang diperintahkan sahabatnya. Dia ditengah, sementara sisi kirinya ada Acheng, di kanan ada Zhanjin. Tiga serangkai sejak di universitas itu sudah sangat kental. Tidak ada yang bisa memisahkan mereka.

"Acheng, Zhanjin? Kenapa tidak mengabari?"

Mereka bertiga berbincang, Zhanjin membawa setumpuk parsel buah sementara Acheng membawa banyak susu untuk orang hamil.

"Aiyo, kenapa harus berkabar dulu. Lebih baik seperti ini. Mengejutkan tidak? Ayo lah terkejut."

"Aa aku terkejut." ejek Zhan yang berpura-pura terkejut. Teman-temannya ini memang sangat absrud. Terutama si binal Zhanjin.

Me To You (YIZHAN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang