Sampai kapanpun, kamu akan selalu memiliki tempat tersendiri di hati ini. Tempat yang tidak akan pernah terganti, oleh siapapun itu.
-Jonathan Seth Trengginas-
***
Takkan pernah merasa, rasakan cinta yang kau beri.
Kuterjebak di ruang nostalgia
~Raisa - Terjebak Nostalgia
***
Jonathan menghela napas kasar. Sudah pukul setengah dua belas malam namun kedua matanya tak kunjung mau terpejam. Sudah tiga hari dengan hari ini dirinya sangat sulit tidur. Biasanya, ketika ia sudah meminum obat tidur yang biasa ia konsumsi Jonathan akan mudah terlelap. Namun tiga hari belakangan ini seolah berbeda. Obat tidur itu seperti tak memiliki efek apapun. Setelah meminumnya, Jonathan justru semakin tidak bisa tidur dan kepalanya semakin berat.
Jonathan belakangan ini berpikir dan terus-terusan merasa bersalah pada Valerie. Tentang perasaannya yang belum juga bisa mencintai gadis itu, di saat hubungan mereka sudah menginjak setahun lebih. Jonathan makin ke sini semakin berpikir keras. Apa yang salah dari Valerie sehingga ia tidak bisa mencintai gadis itu?
Juga selama setahun itu pula, Jonathan belum bisa melupakan Shakira. Lelaki itu tahu, inilah masalahnya. Masalah yang menurut Jonathan tidak bisa diselesaikan dengan semudah itu. Jonathan benar-benar mencintai Shakira, bahkan ketika di sampingnya sudah ada seseorang yang bisa memberinya begitu banyak cinta.
Jonathan membuka lock ponselnya. Terdapat pesan tak terbaca. Dua di antaranya dari Valerie, dan pesan lainya ada dari teman-temannya juga grup kelas. Jonathan menekan pesan yang ia terima dari Vale. Ucapan selamat malam sederhana, namun tetap rasanya hampa. Ia tidak bisa merasakan apa-apa.
Jonathan tahu, bahwa ia salah. Selalu, ketika dirinya ingin mencintai Vale, dirinya selalu teringat Shakira. Jonathan merasa dirinya terjebak di labirin tanpa jalan keluar. Dia seolah tersesat. Ketika dirinya seperti menemukan jalan keluar, ternyata semuanya semu. Hanya bayangan. Hingga lagi-lagi ia kembali ke titik awal, dimana ia hanya bisa mencintai Shakira. Tetap perempuan itu.
Jonathan menarik napas kasar, memijit pangkal hidungnya. Malam sudah semakin larut namun dirinya masih enggan untuk beranjak dari balkon kamarnya. Jonathan rasa ingin berlama-lama di sini. Atau mungkin sampai besok? Jonathan mengeratkan jaket yang ia gunakan. Menghirup napas dalam-dalam kemudian ia hembuskan perlahan. Perasaan sesak yang tak berkesudahan.
"Kak ..." Jonathan terkesiap ketika tiba-tiba Nesha, berada di belakangnya. Adiknya itu juga mengenakan jaket sama sepertinya. Nesha ikut berdiri di sebelah Jonathan dan tersenyum. "Susah tidur ya, Kak, belakangan ini?"
Jonathan mengangguk, membalas senyum sang adik yang sudah mengisyaratkan bahwa perkataan adiknya itu benar. Nesha hanya diam. Ia tahu apa yang dipikirkan sang kakak. Dirinya juga tahu apa yang kakaknya itu simpan sendirian.
"Kak? Ada yang mau lo ceritain ke gue nggak?" ujar Nesha lagi. Jujur saja kini keadaan matanya sudah tersisa lima watt. Namun demi sang kakak ia rela, Nesha tidak tahan melihat Jonathan seperti tersiksa seperti itu.
"Nggak," jawab Jonathan singkat.
"Udah cerita aja. Gue siap dengerin," kata Nesha lagi.
"Lo tuh sejak kapan deh Nesh, lo–gue, lo–gue ke kakak lo ini?" Jo bertanya karena penasaran. Entah sejak kapan, yang jelas seingatnya dulu Nesha tidak pernah berani manggil dengan sebutan lo-gue padanya. Sebenarnya Jo tidak keberatan, hanya saja Jo penasaran. Kapan adiknya ini mulai berubah?
"Melenceng jauh jawaban lo sama pertanyaan gue, Kak." Nesha berdiri semakin mendekat pada sang kakak dan menempelkan kepalanya ke pundak Jonathan. Ia memejamkan kedua matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness, 2022 || END√
Novela JuvenilPINDAH KE FIZZO. [Bagian kedua Tentang Kita Univers] "Karena bahagiamu, lebih kubutuhkan dari bahagiaku sendiri." *** Jonathan selalu sendirian, maka dari itu dia sangat benci kesepian. Namun ia lebih benci ketika melihat orang lain lebih kesepian d...