Bagaimana Jeonghan harus menjelaskan situasi yang menghantamnya saat ini?
Hujan? Ah iya benar, hujan. Di luar sana, diliriknya dari ekor matanya; rintik air menetes deras. Dari celah jendela kaca yang pecah, jelas terlihat matahari sudah tenggelam. Langit di luar sana gelap, menambah suram ruangan tempat dia terbaring di atas ubin dingin nan kotor.
Apa lagi? Ah iya.... sunyi. Ruangan di sekitarnya begitu sunyi. Tak ada suara apapun. Tapi benarkah begitu? Benar-benar tidak ada suara atau memang indra pendengarnya saja yang sudah tidak berfungsi? Tapi, telinganya baru saja kembali berdenging sangat kuat. Ah... mungkinkah karena kepalanya dibenturkan di lantai tadi? Atau karena tamparan keras tepat di wajahnya yang tidak kurang dari tiga kali?
Tidak tahu. Jeonghan tidak tahu pasti berapa kali kepalanya dibenturkan dan wajahnya ditampar. Yang Jeonghan tahu saat ini hanya satu, seseorang yang ada di atasnya; yang tengah mengontrol tubuhnya, orang itu terus bergerak kuat membuat tubuh bagian bawahnya seakan dibakar.
Kalau saja, bukan hanya denging yang didengarnya. Sudah pasti telinganya akan dipenuhi suara tangis laranya dan geraman memuakkan dari pria di atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEANDAINYA
FanfictionPada akhirnya, banyak pihak yang hanya bisa berandai-andai.