Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Marah. Seungcheol marah sekali dan menyesali tindakannya untuk menjawab telefon dari nomor yang tidak dikenalnya. Tangannya meremas ponselnya dengan kuat sebelum benda itu dibantingnya dan pecah.
"Bajingan tua itu! Apa dia tidak punya otak?! Sialan! Arghhhh!"
Petang itu, panggilan dari ayahnya yang tengah ditahan di kantor polisi benar-benar menghancurkan diri Seungcheol. Sungguh, segala doa yang dia ucapkan semalam, tadi pagi, dan saat dirinya membaca berita yang tengah hangat di lingkungannya; semua itu hancur.
Korban penculikan dan pelecehan itu orang yang sama. Si Dia yang kemarin sore membeli susu pisang, yang memberinya origami dengan malu-malu, dan dia yang menerobos hujan...
....dan pelaku yang menghancurkan hidup remaja laki-laki yang begitu polos nan lugu adalah orang yang sama telah menghancurkan hidup Seungcheol.