BAB V 🌷

215 30 43
                                    

Ceileh, bisa istiqomah update diriku, wkwk.

Moga aja bisa keterusan ampe tamat yak!

Malem Sabtu jadwalnya sama Elia-Lion, kalo Malem Senin Rai-Ozie.

Aya sekarang mulai belajar nikmatin aktivitas penggarapan dua cerita itu di sela-sela kesibukan RL yang gada ahlak.

Dulu gegara saking gabutnya sampe pengen nulis Wattpad, tapi sekarang beneran karena pengen ngelepas stres. Maaf banget yak kalo tulisanku mulai terasa hambar atau hancur.

Diriku kalo di IG jarang alay, alaynya di WA sama FB. Temen-temenku di WA dah pada maklum sama hobiku ngegalau di sw.

Aya makasih banget sama para pembaca yang nikmatin coretan-coretan ini. Hehe.

Udahan yok ngebacotnya, selamat menikmati kak!

Happy Reading Gaes (!) 😚
___________________
__________________________

Angelia kembali ke ruang studio tepat waktu. Saat kamera on dan acara talkshow dimulai. Para perias di ruang make up merias mata itu seperti tak pernah digunakan untuk menangis, bekas sembab tertutup sempurna dan karena Angelia memang sudah asli cantik, tak akan banyak yang menyoroti riasan di sekitar matanya yang sengaja di-touch up lebih tebal. Aloha TV mempekerjakan tukang rias artis yang sangat profesional. Orang-orang di balik layar kamera yang seharusnya diberi penghargaan setinggi-tingginya, karena merekalah yang sejatinya andil menyukseskan acara teve. Artis itu pemanis kamera, sebab publik memuja visual mereka.

Zoya masih khawatir dengan kondisi kesehatan mental adiknya, ia menemukan gadis itu dengan keadaan yang benar-benar tak terduga tadi. "Kalau kau merasa tak nyaman, aku bisa meminta ke kru yang bertugas agar mereka menghilangkan saja pembicaraan tentang Lion," bisik Zoya empat puluh detik sebelum kamera siap. Elia hanya menggeleng, tapi ekspresi itu jelas menunjukkan ketidakberdayaan. Zoya langsung bicara kepada produser dan beberapa kru yang bertanggung jawab atas teks dialog. Semua akhirnya menuruti permintaan Manajer Angelia, meskipun belum secara resmi ditandatangani dalam surat kontrak. Zoya melakukan kesalahan karena lupa mengatakan agar tak ada yang berusaha mengorek informasi pribadi tentang Angelia terlalu dalam, apalagi membahas kenapa ia sempat menghilang dulu.

"Maafkanlah wanita tua ini, Nona Angelie. Mungkin tadi ada perkataan yang tidak enak dan menyinggung hati." Kaleda sempat berbicara sebentar dengan Angelia.

Gadis cantik bermata biru itu tersenyum begitu manis, kontras dengan ekspresi kosong dan ketakutanya beberapa saat lalu ketika Kaleda menanyakan tentang asal nama panggungnya. "Saya yang salah sudah membentak Nyonya Zuan. Sayalah yang seharusnya minta maaf. Tidakan tadi sudah masuk kategori benar-benar tidak sopan." Dua manik mata sebiru langit itu terlihat menggemaskan saat berkaca-kaca bila digunakan untuk meminta maaf secara tulus.

Kaleda pun juga ikut tersenyum, "Manisnyaaa!" Gemas dan terlihat ingin mencubit pipi tembam Angelia atau memeluknya. "Anak muda memang labil sekali. Anak pertamaku juga seumuran dengan Angelia loh. Oh iya, jangan dipanggil saya Nyonya Zuan, Nona Angelie bisa memanggilku Bibi Kaleda kalau mau." Suasana sekarang terasa lebih santai.

"Terima kasih, Bibi Kaleda." Angelia harus berimakasih juga pada Kak Zoya, berkat nasehatnya tadi, Ia sekarang bisa berusaha lagi untuk menerima apa yang sudah terjadi. Termasuk tentang Lion. Seseorang yang sedang dipikirkan Angelia sekarang mengacungkan kedua jempolnya dan mengangguk ceria. Itu Kak Zoya-nya, orang yang selalu ia ganggu, orang yang selalu ia buat sebal, tapi Kak Zoya tetap ada untuknya. Angelia berpikir, sepertinya Kak Zoya adalah hal pertama yang harus disyukurinya karena dibiarkan tinggal di Turki selama ini.

𝐖𝐡𝐞𝐧 𝐈 𝐂𝐚𝐧 𝐇𝐞𝐚𝐫 𝐘𝐨𝐮𝐫 𝐌𝐞𝐥𝐥𝐢𝐟𝐥𝐮𝐨𝐢𝐬 𝐕𝐨𝐢𝐜𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang