02. PURPLE STORE

46 22 1
                                    

Mohon koreksinya, maaf bila ada typo :)

Selamat Membaca 💜

Siang yang cerah, disebuah toko bernama Purple Store, toko yang menjual berbagai macam bunga serta tanaman hias. Saat para pelanggan memasuki toko tersebut, mereka akan langsung disambut oleh wangi dari bunga-bunga yang ada disana. Penataan ruang yang estetik dan pelayanan yang ramah, membuat orang-orang betah berlama-lama disana.

Disebelah kanan, terdapat meja kasir. Disana seorang gadis dengan rambut yang diikat ekor kuda serta menyisakan beberapa helai rambut dikedua sisi wajahnya membuat ia terlihat manis, apalagi wajah itu sedang menampilkan wajah bahagia. Gadis itu sesekali tersenyum dan tertawa saat sedang membaca sebuah novel.

Sangking asyiknya membaca, gadis itu bahkan tak menyadari bahwa ia diperhatikan dengan intens oleh seseorang.

"Qian, makan siang dulu gih. Jangan baca novel terus." ucap Mbak Dewi kepada Qian.

Gadis itu terlihat cengengesan "Eh, iya mbak. Siapp!" jawabnya sambil menutup novel yang ia baca.

Gadis itu pun segera berdiri dari duduknya seraya menaruh novel yang ia baca ke atas meja kasir. Kemudian berjalan pergi dari sana menuju ruang belakang, tempat istirahat. Beberapa menit kemudian, gadis itu kembali.

"Udah makan, kamu?" tanya Mbak Dewi.

"Udah mbak, lihat ini perut Qian buncit gini." jawab Qian sambil mengelus perutnya yang membuncit karena kekenyangan.

"Gemes bangettt sih!" Mbak Dewi terkekeh gemas, bahkan tangannya sudah bergerak mencubit pipi chubby milik Qian, membuat sang empu meringis sakit.

"Sakit mbak pipi Qian." ucapnya dengan cemberut.

"Hehehe maaf ya."

"Ya udah mbak kesana dulu ya, kamu jaga kasir aja." ucap Mbak Dewi kepada Qian, sebelum pamit pergi.

"Siapp!!"

Setelah perginya Mbak Dewi, seorang wanita paruh baya datang menghampiri Qian dengan membawa beberapa tangkai bunga mawar putih ditangannya.

"Permisi?" ucapnya yang membuat Qian mengalihkan perhatiannya.

"Ah iya bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya Qian dengan sopan tak lupa senyum manis yang terpatri di bibirnya.

"Saya pesan ini ya." jawab wanita itu seraya memberikan beberapa tangkai bunga mawar kepada Qian.

"Saya bungkus dulu ya."

"Adeknya kayaknya yang paling muda ya, disini?" tanya wanita itu, mengajak Qian untuk berbincang sembari menunggunya selesai membungkus pesanan miliknya

"Iya bu, saya yang paling muda disini."

"Orang tua kamu, ngga melarang?" tanya wanita itu lagi dengan heran.

"Saya tinggal sendiri, bu."

"Maaf ya, ibu nggak bermaksud." sesal wanita itu dengan prihatin.

"Iya bu, ngga apa-apa." Qian, gadis itu hanya tersenyum maklum.

Saat membungkus beberapa tangkai bunga mawar itu menjadi sebuah buket, Qian sesekali memandang ke arah wanita di depannya itu yang terlihat gugup?

"Ada yang mau ibu tanyakan lagi?" tanya Qian dengan sopan.

"Eh itu...." Wanita itu terlihat gugup saat berbicara, membuat Qian memandangnya dengan bingung.

"Iya bu?"

"Kamu, mau jadi anak saya?"

***

Qian mengayuh sepedanya di jalan raya. Semilir angin dengan lembut menerpa, membuat anak rambut gadis itu sedikit berantakan. Senyum manis terpatri di bibirnya. Setelah mengayuh sepedanya beberapa lama, ia pun menghentikannya di sebuah taman.

"Ramai bangettt!" serunya dengan antusias.

Gadis itu pun segera turun dari sepeda yang ia naikin dan memarkirkannya dengan rapi. Mengambil totabagnya yang berada di dalam keranjang dan menyampaikannya di bahu. Lalu dengan langkah riang ia memasuki daerah taman tersebut.

"Emm... aku ingin membeli apa, ya?" gumamnya dengan bingung.

Ibu jari dan jari telunjuknya mengusap-usap dagunya, terlihat bingung dengan kening yang mengerut. Manik mata gadis itu menoleh kesana-kemari, menelisik, melihat berbagai macam jenis makanan yang dijual.

"Beli cilung aja deh." ucapnya, lalu pergi ke penjual yang menjual jajanan cilung.

Setelah berkeliling membeli beberapa jajanan, gadis itu kini duduk di salah satu bangku taman. Lalu, ia mengeluarkan sebuah sketchbook dari dalam totabagnya. Ia mulai membuka sketchbook tersebut dengan hati-hati, tak lupa senyum puas tercetak di bibirnya.

Tangannya bergerak mengusap dengan lembut sebuah lukisan yang berisi 3 orang. Matanya berkaca-kaca saat melihat lukisan itu  "Qian kangen ayah sama bunda. Qian kesepian. Qian butuh kalian, hiks...." ucapnya sendu.

Melihat air mata yang menetes dan jatuh di punggung tangannya, segera ia menghapusnya "Nggak, kamu nggak boleh nangis! Harus kuat! Qian anak kuat! Kalau Qian nangis nanti ayah sama bunda sedih." ucapnya mencoba tegar, tak lupa senyum manisnya.

Membalikkan halaman sketchbook, disana sebuah lukisan 2 orang terlihat. Gadis itu tertawa kecil "Ayah... bunda..., tahu gak kalau tadi Qian ditawarin jadi anak sama ibu-ibu gitu, tapi Qian tolak. Qian ngga mau, nanti kalau Qian hadir di keluarga ibu itu yang ada nanti bikin masalah, kayak... mungkin suami atau anak-anaknya ngga suka sama Qian. Qian ngga apa-apa kok kalau sendiri. Qian kan berani." ucapnya menjelaskan kejadian yang ia alami tadi saat berada di toko kepada lukisan itu.

"Qian sayang ayah sama bunda."

Bersambung....

[04] QIANDRA ASTEROID [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang