PERSONA

8 2 0
                                    


Setelah sampai di kawasan Persona, kawasan yang berada lumayan jauh dari keriuhan Kota, jam sudah menunjukkan pukul 6 sore yang artinya matahari akan segera menyelesaikan tugasnya di bumi. Sebuah tulisan Persona yang tiba-tiba menyala dengan lampu-lampu yang sedikit remang berwarna ungu, mengelilingi tulisan yang menempel di sisi kiri gedung. Ini dia Markas Persona, tempat yang selalu di elu-elukan gadis-gadis di sekolah Sara, tidak sembarangan orang bisa memasuki gedung ini. Hampir 99% anggota Skylord beranggota laki-laki dan 1% lainnya adalah perempuan. Sebenarnya anggota Skylord dulu hanya mereka bertujuh, namun seiring berjalannya waktu, banyak yang meminta perlindungan dari mereka, terutama orang-orang yang diganggu oleh komplotan lain. Itu sebabnya mereka bertujuh adalah Induk dari serikat Skylord yang berharga. Tidak ada yang diperbolehkan masuk kecuali mereka adalah member Skylord.

Sara hanya terdiam saat memasuki kawasan dalam gedung yang lumayan gelap dengan tulisan-tulisan Pilox didinding yang menghiasi setiap tembok di seluruh ruangan, dulu Sara mengira tempat ini adalah tempat paling mengerikan yang di dalamnya terdapat orang-orang yang sedang transaksi Narkoba dan semacam pergaulan sex Bebas, namun saat ia sudah berada di sana, ia merasa sedikit bersalah telah berprasangka seperti itu, ini semua karena gossip murahan yang sering ia dengar di sekolah. Apa yang ia saksikan sangat bertolak belakang dengan apa yang ia bayangkan, ia menyaksikan beberapa anggota yang tengah sibuk bermain billiard, ada juga yang beramin catur, dan bahkan ada yang tengah asyik Karaoke dengan suara yang awut-awutan. Mereka disambut dengan hangat oleh orang-orang yang keluar masuk gedung dan menatap Sara dengan tatapan bertanya-tanya, mungkin karena wajahnya yang terlihat asing. Mereka masuk ke dalam salah satu ruangan yang dipenuhi sofa di mana-mana serta satu kasur berukungan king size, di pojok bagian timur terdapat satu buah kulkas serta Meja Makan yang di apit oleh kursi-kursi kecil. Persis seperti Apartement Mini namun tak tertata rapi. Sara hanya duduk disofa mengikuti Sokjin dan yang lain, hanya Junkook dan Jimmin yang memilih tidur dikasur berukuran king size tersebut. Tehyung merasakan getaran ponselnya disaku celana kemudian cepat-cepat meregohnya sembari mengernyitkan dahi saat melihat layar ponsel dengan nomor yang tak dikenal tertera di sana.

"Hallo?" Ucapnya setelah meletakkan ponsel itu di telinga. "Hallo?? Good boy??? How are you??" Suara laki-laki yang tidak asing dari sebrang sana membuat Tehyung meloudspeker panggilannya. "Long time no see ya? Hahaha." Suara laki-laki itu terdengar lagi, membuat mereka semua saling pandang satu sama lain."Pengecut." Suara Tehyung tiba-tiba berubah dingin."Wow Calm down bro! kau kembali dari Los Angeles membawa hadiah menarik untukku," Tehyung melirik ke arah Sara yang sedari tadi hanya diam membisu bertanya-tanya dengan siapa Tehyung menelpon."Dia bukan siapa-siapa," jawab Tehyung masih bernada dingin. "Hahaha ayolah! jangan seperti ini denganku, Park Sara, gadis itu ada di sana kan?" Sara meremas roknya sembari menggigit bibir bawahnya saat mendengar laki-laki asing itu menyebut namanya."Dia tidak sengaja lewat dan membantuku, itu saja." Tehyung seperti menjelaskan laki-laki itu agar tidak membawa Sara ke dalam masalah mereka, namun dengan kalimat seadanya."Oh ayolah..Aku rindu menikmati gadis-gadismu seperti sebelumnya, kalau dia bukan siapa-siapa, berikan padaku, biarkan aku mengurusnya." Mendengar itu Sara meneguk salivanya berkali-kali, ucapan laki-laki itu berhasil membuatnya merinding, ia tak menyangka menolong orang asing di jalan akan menjadi boomerang untuk dirnya sendiri. "Kutegaskan sekali lagi, dia bukan siapa-siapa. Jangan membawanya ke dalam masalah ini. Kau itu laki-laki, mau sampai kapan kau bersikap pengecut? hentikan trik menjijikkanmu ini, Jangan seenaknya membut gadis yang tidak bersalah menjadi korban kegilaanmu." Tehyung langsung mematikan sambungan telepon setelah menekankan kata-kata terakhirnya barusan. Sara hanya menunduk merasakan tubuhnya yang bergetar, ia hanya meremas roknya tanpa mengatakan apapun. Seolah bibirnya kelu tak bisa bicara.

MELODYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang