Seoul,Musim Gugur 2019.
"Aku ingin hidup"
Untuk kesekian kalinya Kim Taehyung melempar batu yang sedari tadi berada dalam genggaman ke hamparan Sungai Han yang ada di hadapannya, Dua puluh menit sudah ia berdiri dan hanyut dalam pikirannya sendiri...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Los Angeles,awal Musim Gugur 2021.
Sara menguap disofa ruangan Apartement dengan mengusap wajah bantalnya yang sedikit berminyak, tidak ada yang dilakukan semenjak bangun tidur sedari tadi. Hanya mensecroll timeline Instagram yang membosankan. Sudah dua hari Sara berada di Los Angeles menemani Orang tuanya yang sedang melakukan perjalanan dinas selama seminggu di sini, ia sengaja ikut karena ingin sekalian liburan. Hari ini ia berencana keluar sekedar untuk berjalan-jalan menghilangkan penat, Sara beranjak dari sofa kemudian membersihkan diri untuk bersiap-siap.
Sara memilih menggunakan Taksi Online agar lebih bebas dari pada harus meminta Sopir Orang tuanya yang mengantarnya. Kini ia sudah berada di tengah keramaian jalan Los Angeles yang lumayan padat sore itu, tak lupa ia mengeluarkan kamera kesayangannya saat berjalan mendekati pemain piano Jalanan yang tengah memberikan pertunjukan yang sangat merdu di persimpangan jalan, Sara mengabadikan moment itu dengan memotretnya beberapa kali, ia suka mengumpulkan foto random apa saja yang membuatnya tertarik, Lagi pula apa salahnya menimbun sebanyak-banyaknya kenangan yang telah dilakukan, justru itulah aset, kekayaan yang bagi siapapun pasti akan menjadi potongan kisah, maka di arsipkan adalah keputusan terbaik. Sara berjalan menghampiri gadis pemain piano yang terlihat lebih muda darinya. "What a beautiful music, you playing this so great!" Sara bertepuk tangan dan memberikan pujian kepada gadis cantik yang terlihat berusia 15 tahun berwajah khas western girl dengan rambut blonde yang ia kuncir setengah atas, ia baru baru saja selesai menghela nafas panjang setelah menyelesaikan pertunjukannya. Gadis itu tersenyum senang, kemudian, "Thankyou, do you wanna play?" Tanyanya menatap Sara bersungguh-sungguh. "Can I?" Tanya Sara terlihat antusias. "Of course! Why not?" Ucap gadis itu langsung berdiri dan mempersilahkan Sara duduk di tempatnya barusan.
¬¬¬
PLAK!!!
"Apa kau bilang? Mama berlebihan? Kau tidak tau perasaanku saat anakku mati di dalam kandungan dan tidak ada satu orang pun yang bisa menolongku saat itu? Dua tahun Tehyung! Dua tahun kita berada di sini dan kau sama sekali tidak pernah mau bicara denganku," Wanita paruh baya berwajah oval yang cantik berumuran 40 tahunan itu menghapus air matanya yang terus-menerus membasahi pipinya."Untuk apa aku bicara? Mama tidak pernah menganggapku ada, Yang ada dipikiranmu hanya anak yang sudah mati itu dan selalu menyalahkanku!" Ucap Tehyung dingin seraya mengatur nafasnya yang tiba-tiba turun naik."Apa katamu?? Pergi kau dari sini! Aku tidak memiliki anak yang selalu membangkang sepertimu! Pergi!!!!!" Wanita itu berteriak dan mendorong tubuh Tehyung sekuat tenaga, apa yang ia ucapkan tadi berhasil membuat Tehyung mematung beberapa detik.
"Dari dulu aku memang mau pergi dari sini, tapi kalian selalu menahanku! Kenapa tidak bunuh saja aku sebagai gantinya?! Kenapa harus menyiksaku dengan tinggal bersama kalian?!" suara Tehyung meninggi begitu juga dengan langkahnya yang menjauh membanting pintu Rumah itu sekuat tenaga.
Kata-kata wanita paruh baya yang Tehyung sebut Mama tadi berhasil melukai hatinya sepenuhnya, mata laki-laki itu seketika memerah menahan tangis, ia berjalan gusar tanpa arah. Selama ini kehidupannya di LA bagai mayat hidup yang tak berwarna, suram dan hitam. Rasanya, setelah kematian akan lebih baik dari pada hidup yang kesepian dan membosankan tanpa teman-temannya. Tehyung semakin menjauh dari kawasan yang selama ini ia sebut Rumah, menyusuri jalan perkotaan yang ramai dan padat sore itu, meski setiap sudut jalanan itu sangat ramai, Tehyung merasa hanya ada dirinya sendiri di sana. Setidaknya ia butuh penghiburan yang bisa membuatnya bertahan hidup. Tehyung menghela nafas kasar, menatap kosong ke arah jembatan panjang yang ia pijaki saat ini, mungkin jika ia melompat dari atas sana, itu akan lebih baik, pikirnya. tidak ada lagi yang mempedulikan kematiannya di sini, pandangannya menerawang, mengingat kejadian tadi saat ia bertengkar hebat dengan Mamanya, hal semacam itu sudah biasa terjadi, namun kali ini dadanya terasa sesak dan nyeri diwaktu yang bersamaan saat ucapan Mamanya tentang Aku tidak pernah memiliki anak yang membangkang sepertimu, tidak ada kata-kata yang lebih menyakitkan bagi semua anak di dunia ini saat Ibu sendiripun tak menginginkanmu ada. Tiba-tiba suara merdu dentuman piano terdengar dari sebrang jembatan yang ia pijaki, seketika lamunanya tersadar dan dengan cepat mengangkat kepala mencari keberadaan pusat suara, Melodi itu berhasil membuat kedamaian merasuki tubuh dan pikirannya, hatinya menghangat. Alunan Melodi itu seakan-akan menyadarkan Tehyung kalau saat itu ia tidak ingin mati, ia hanya tidak ingin hidup. Yang ia butuhkan saat ini adalah seseorang bisa menghibur dan memberitahunya kalau Kau harus tetap hidup, bagaimanapun caranya, Dan Melodi itu berhasil menyadarkannya, ia berlari ke arah kerumunan dimana pusat melodi itu berasal, dan mendapati seorang gadis yang tengah bermain piano memunggunginya dengan beberapa pengunjung yang sedang menikmati pertunjukan.