PROLOG

63 3 0
                                    

Seoul,Musim Gugur 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seoul,Musim Gugur 2019.

"Aku ingin hidup."

Untuk kesekian kali, Kim Tehyung melempar batu yang sedari tadi berada dalam genggaman ke hamparan Sungai Han yang ada di hadapannya. Dua puluh menit sudah ia berpijak dengan tatapan kosong dan larut dalam pikirannya sendiri. Lamunan itu terhenti saat tiba-tiba ponsel yang berada di saku celananya berbunyi. Tehyung menatap layar ponsel itu sejenak kemudian menghela nafas pendek.

"Ada apa?" Tanyanya setelah meletakkan ponsel itu di telinga. "Anak-anak Medusa membawa kabur Jimmin!" Suara laki-laki dari seberang telepon terdengar sedikit panik. "Posisi?" Tanyanya masih tetap tenang menanggapi lawan bicaranya.

"Persona."

Sambungan telepon itu terputus setelah ia mendengar lawan bicaranya menuturkan tempatnya berada. Ia meregoh saku celana mencari kunci, kemudian bergegas pergi dari tempat yang sunyi itu.

~~~

Tehyung terdiam beberapa saat sembari melihat kesekeliling halaman gedung yang teramat sepi, baru setelah itu membunyikan klakson beberapa kali. Segerombolan laki-laki keluar dari gedung tua yang lumayan mewah dan terlihat klasik bertuliskan Persona di sisi kiri gedung. Mereka berlari menghampiri mobil Tehyung dan berhamburan masuk ke dalam. Tehyung melongo ke belakang, ia melihat Park Jimmin yang tiba-tiba tersenyum bodoh padanya.

"Sialan! Kau menipuku?!" Ucapnya melayangkan pukulan pada pundak Kim Namjun tanpa ampun. "Hei hei.. tenanglah! Ini idenya Sokjin hahaha," Namjun terkekeh berusaha menghindari pukulannya. "Ayolah kita pergi dari sini," sahut Joen Junkook yang duduk di kursi belakang. "Bagi rokok Tae," sahut Min Yoonki menepuk bahu kanan Tehyung. "Di kantong kursi," jawabnya kemudian melajukan mobil dengan kecepatan sedang. "Sebentar... Ada sesuatu yang tertinggal," Jimmin tiba-tiba membuka jendela mobil dan melongokan kepalanya keluar."Apa itu?" Tanya Junkook menoleh penasaran ke arahnya."Calon anak-anakku tertinggal di Kamar Mandi!" teriaknya dibalas tawa mereka semua memecahkan keheningan malam itu. Seketika semua masalah yang ada pada diri mereka masing-masing telah terlupakan begitu saja. Mereka selalu melakukan hal-hal konyol yang membuat hidup jadi lebih ringan, hidup jadi lebih berwarna. Tehyung hanya mempunyai mereka, penyemangat hidupnya.

Kebahagiaan itu tak berlangsung lama saat tiba-tiba mobil Suv hitam menyalip mobilnya dan menghadangnya di Jalan raya, dua laki-laki asing mengenakan setelan jas hitam formal keluar dan menghampiri mobilnya. "Ck sial!" Tehyung tiba-tiba mengumpat, baru setelah itu menurunkan kaca mobilnya. "Tuan harus ikut dengan kami, Bos besar ingin bertemu dengan Tuan."

~~~

"Kau harus bertanggung jawab," Suara tegas dari Pria yang berada di hadapan Tehyung memecahkan keheningan mereka berdua. "Aku tidak bersalah," jawabnya datar. "Mamamu keguguran karena ulahmu." Tehyung tersenyum getir mendengar hal yang ia rasa tidak masuk akal itu, seakan tak menyangka pria yang ada di hadapannya berkata demikian. "Papa juga yang salah terlalu sibuk," Ucapnya berbalik menyalahkan. "Kita harus pergi dari sini, Mamamu butuh healing dari traumanya," "Jangan atur hidupku." "Ikuti perintah Papa atau teman-temanmu—" "Baiklah." Jawabnya dingin, lagi pula percuma juga jika ia terus berdebat dengan Papanya, ia tidak akan pernah menang.

~~~

Tehyung berpamitan kepada keenam sahabatnya untuk memulai hidup baru di Los Angeles. Hanya berisi pesan singakat, Aku pamit ke LA, ku harap kita masih bisa bertemu lagi dan terus komunikasi.

Dengan berat hati, Tehyung melangkahkan Kaki menyusuri koridor Bandara Incheon yang sangat ramai pagi itu. Entah kapan ia bisa kembali ke Seoul dan bertemu lagi dengan teman-temannya. Atau mungkin tidak akan ada lagi kesempatan, mengingat hidupnya seperti boneka yang hanya bisa di atur oleh Orang tuanya.

 Atau mungkin tidak akan ada lagi kesempatan, mengingat hidupnya seperti boneka yang hanya bisa di atur oleh Orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MELODYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang