1. akhir yg pedih

27 5 0
                                    

Inilah akhir dari Kehidupan yg penuh dengan warna & Kebahagiaan. Jika kamu memiliki kesempatan untuk Bahagia? Maka nikmatilah terlebih dahulu kesempatan itu.

********

Hujan yg awalnya hanya berupa Rintikan,
lama kelamaan malah semakin deras & kencang. Nampaknya, Hujan semakin menambah keresahan di Hati seorang gadis mungil yg tengah berdiri di depan pintu kelasnya. Gadis itu masih duduk di bangku Sekolah dasar.

Sedari tadi, ia terus melihat jam tangan yg Melingkar indah di pergelangan tangan kecilnya dengan wajah yg terlihat Resah. Sebagian temannya sudah pulang terlebih dahulu dengan jemputannya. Sementara ia masih menunggu kedatangan nenek tercintanya yg selalu menjemputnya. Gadis itu adalah Deska, gadis Cantik dengan mata hanzel yg indah. Bulu mata yg lentik turut melengkapi keindahan matanya. Tubuhnya yg mungil juga menambah kesan menggemaskan pada dirinya.

"Hai Deska, kamu kok belum pulang sayang?." Tanya Seorang ibu ibu berbody Seksi & berwajah Cetar mengkilau yg tiba tiba saja berada di depan Deska.

Menyadari namanya di sebut, Deska pun langsung mengarahkan pandangannya ke sumber suara "Nenek Deska belum dateng tante." Jawab Deska lirih.

Ia adalah tante Iren, ibu dari Freya. Freya adalah Sahabat terdekat Deska. Karna itu tante iren sangat mengenal Deska & keluarganya. "Owh gimana kalau kamu pinjem Handphone tante aja, buat telfon Nenek kamu. Sementara tante mau manggil Freya di dalam." Ucap tante Iren dengan senyuman genitnya, Deska pun nampak menimang nimang dulu tawaran darinya.

"Hmm iya deh tante, tapi Deska pinjem buat Telfon Ayah Bunda Deska aja, soalnya hari ini Ayah ada pameran Lukisan terbarunya. Deska pengen cepet cepet pulang biar bisa lihat pameran ayah." Jawab Deska dengan bibir mengrucut, tante Iren yg melihatnya pun berusah menahan tawanya.

"Iya deh terserah Deska aja, tunggu ya tante cariin nomor kontaknya Bunda Deska dulu." Ujar tante iren, kemudian ia nampak mengotak atik Handphonenya.

"Ini Deska, tante kedalam dulu ya." Ucap tante Iren sembari menyerahkan benda pipih berwarna merah miliknya itu.

Deska pun langsung memencet tombol Telfon di benda pipih itu. Hingga panggilan pertama tidak terjawab, padahal berdering.

Panggilan kedua, tetap tidak terjawab.

Panggilan ketiga, tetap sama.

Panggilan keempat...

"Halo, ada apa jeng Iren?."

Itu adalah suara Bunda Deska, tante Iren rupanya hanya memiliki Nomor kontak Bundanya Deska saja.

"Bun, aku Deska."

"Loh Deska, kamu lagi sama Freya ya? Kok gak datang kesini. Katanya tadi mau lihat pameran Ayah."

"Nenek belum dateng jemput bun, gimana kalau bunda aja yg datang kesini buat jemput Deska?? Deska pengen buru buru kesana, Deska pengen lihat pameran Ayah." Rengek Deska, sedari tadi ia memang terus resah memikirkan pameran Ayahnya yg akan di mulai sebentar lagi.

Terdengar helaan nafas dari sebrang sana "gimana ya? Bunda gak bisa jemput. Bunda harus menemani Ayahmu."

"Tapi bun___."

Tuttt

Belum selesai Deska menyelesaikan kalimatnya, tetapi bundanya sudah memutus sambungan terlebih dahulu. Inilah yg tidak Deska suka dari Bundaya, Bundanya pasti akan lebih mementingkan Ayahnya dari pada Deska.

Deska pun kembali termenung sembari menatap Nanar Handphone tante Iren yg berada di tangannya. Hingga sebuah tepukan pada pundaknya menyadarkannya.

"Non Deska ayo pulang, Nenek Kalyani gak bisa ikut jemput non hari ini. Tadi tiba tiba saja badannya menggigil."

Mendengar kabar itu, Deska langsung menghela nafasnya panjang. Ia merasa khawatir pada neneknya, tapi di sisi lain ia juga ingin segera ke acara pameran Ayahnya. & pembara berita itu ternyata Pak Manab, Sopir pribadi yg biasanya mengantar jemput Deska ke Sekolah. Pak Manab berdiri di depan Deska dengan memakai jas Hujan & membawa sebuah payung kecil berwarna Biru. Payung itu milik Deska.

Masih dengan perasaan gelisah, Deska pun mengangguk saja. Saat ia akan melangkahkan kakinya bersama pak manab, Deska baru mengingat kalau ia masih membawa Handphone tante Iren di tangannya.

"Pak tungguin Deska di sini ya, Deska mau balikin Handphone tante Iren." Ujar Deska yg hanya mendapat anggukan dari pak Manab.

Saat ini Deska sedang berada di dalam mobil BMW Hitam yg di bawa oleh pak Manab menuju ke tempat di mana acara pameran Ayahnya di selenggarakan. Deska pikir, di rumah neneknya pasti akan di jaga oleh bi Mani, karna itu ia memilih untuk tetap datang ke Pameran Ayahnya yg sudah ia nanti sejak beberapa hari yg lalu.

Dengan perasaan gelisah, Deska terus bolak balik melihat jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 10:45, sementara acara Ayahnya akan di selenggarakan pada jam 11:00. Tinggal lima belas menit lagi. Deska harap ia bisa sampai di sana tepat waktu.

"Cepet pak Manab, bentar lagi acara Ayah di mulai." Ujar Deska gelisah.

"Baik non."

Deska memang sudah menunggu acara ini sejak lama. sama seperti ayahnya, ia juga sangat Menyukai Seni lukis. Deska berharap suatu saat nanti ia juga bisa menjadi Pelukis terkenal sama seperti ayahnya.

Bahkan di usianya yg masih sangat muda ini, yaitu 7 tahun. ia sudah memiliki keahlian seperti ayahnya. Deska juga sering mendapatkan Juara dalam lomba menggambar & Mewarnai di Sekolahnya.

Drrrdd drdddd ddrrddd

Tiba tiba terdengar suara Handphone berbunyi, ternyata itu suara Handphone pak Manab, karna Deska memang masih belum di perbolehkan untuk memiliki benda itu.

"Bentar ya non bi Mani telfon." Ujar pak Manab meminta izin.

Karna masih merasa Gelisah, Deska hanya menjawabnya dengan anggukan saja. Tanpa berfikir hal apa yg bisa terjadi setelah ini. Karna pak Manab menerima Telfon dengan masih dalam Keadaan Menyetir.

"Kenapa bu?."

Sebenarnya pak Manab & bi Mani memang sepasang suami Istri. Karna itu pak Manab memanggil bi Mani dengan panggilan 'ibu'.

"Owh iya bu, nanti bapak bel_____."

aaaaaaaaaa

Pakkkkkkkkkkkkk

BBRUKKKKKKKKKK

~●○◇○●~

DeskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang